Menelusuri Keindahan Dramatari Gambuh: Ketika Drama Teater dan Tarian Menjadi Satu

Dramatari Gambuh merupakan salah satu seni tari yang dipantaskan dalam bentuk teater. Di samping dari unsur seni tari yang lebih mendominasi, terdapat juga unsur-unsur seni lainnya seperti seni tabuh, seni sastra, seni berdialog, seni rupa, beserta dengan seni rias yang terpadu secara harmonis dan indah. Dramatari gambuh ini sudah diyakini menjadi salah satu tarian sacral di Desa Adat Pedungan, Kelurahan Pedungan.

Nov 14, 2024 - 23:27
Oct 22, 2024 - 22:59
Menelusuri Keindahan Dramatari Gambuh: Ketika Drama Teater dan Tarian Menjadi Satu
Sekaa Dramatari Gambuh (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Apa itu Dramatari?

Kesenian tari merupakan salah satu aspek penting di dalam penunjang budaya Bali. Seni tari sangat berpengaruh dalam seni adat, budaya, dan juga pariwisata yang ada di Bali. Tari Bali sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Sejak jaman primitif, pra-Hindu, feodal, hingga saat ini tari Bali terus dikembangkan dengan kurangnya ide-ide para seniman penciptanya, namun tari Bali ini benar-benar hadir dan menjadi suatu kebutuhan di dalam roda kehidupan warga di Bali. 

Di Bali terdapat beberapa bentuk kesenian yang termasuk ke dalam jenis dramatari. Dramatari merupakan pagelaran tari yang dibawakan  dengan cara berlakon dengan membawakan sebuah cerita.  Salah satu drama tari yang ada di Bali adalah “Dramatari Gambuh”. Dramatari gambuh merupakan salah satu warisan budaya bali yang terbilang mengesankan. Drama tari gambuh merupakan drama tari tertua dan dianggap sebagai sumber dramatari di bali. 

Dramatari gambuh dipentaskan dengan diikuti gamelan pegambuhan dengan suara seruling yang memilukan dan dipersembahkan oleh penari kawakan yang menyayi dan mampu menyesuaikan percakapan dengan suara gamelan. Dramatari gambuh ini biasanya mengambil sumber lakon dari cerita panji, lakon-lakon ini umumnya berupa lakon babon atau lakon pokok yang berpegang teguh pada alur cerita yang terdapat di dalam lontar malat.

Asal-usul Dramatari Gambuh

Dramatari gambuh merupakan seni pentas yang berbentuk teater. Di samping unsur seni tari yang dominan,  terdapat juga unsur-unsur seni lainnya seperti seni tabuh, seni sastra, seni vokal dialog, seni rupa, dan seni rias yang terpadu secara harmonis dan indah. Gambuh merupakan seni pertunjukan yang berbentuk drama tari yang bersumber dari cerita malat/panji, selain itu juga dikarenakan munculnya wayang gambuh beserta dengan krativitas baru di abad ke-21 di Desa Batuan, Gianyar.

Tari Gambuh (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Gambuh merupakan suatu dramatari Bali yang dahulunya dipentaskan untuk kepentingan di istana. Dramatari gambuh dianggap sebagai sumber dari segala jenis tari klasik Bali. Dramatari gambuh di Pedungan ini sudah sejak tahun 1800an. Di mana, perkembangan dramatari gambuh ini bermula dari perjalanan leluhurnya dari Desa Tegalalang, Gianyar yang kelak kemudian menetap di Desa Pedungan.

Pementasan Dramatari Gambuh

Dramatari gambuh Pedungan ini biasanya dipentaskan paling sering saat adanya upacara agama (piodalan) Sang Hyang Taksu di Pura Puseh, yaitu tiga hari setelah Hari Raya Tumpek Wayang. Namun, pementasan dramatari ini tidak hanya akan dipentaskan berdasarkan peringatan setelah hari raya itu saja, melainkan juga akan dipentaskan jikalau ada warga dari desa Pedungan yang ingin membayar hutang atau dalan istilah bali yang disebutkan dengan sebutan sesangi atau naur sesangi (kaul).

Tari Gambuh (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Dramatari Gambuh merupakan dramatari yang di dalam pementasannya terdapat alur cerita. Umumnya, cerita-cerita yang dibawakan dalam dramatari gambuh diambil dari puisi romantik malat yang mengisahkan petualangan-petualangan Pangeran Panji Inu Kerta Pati dam permaisurinya yang bernama Candra Kirana. Bahasa yang digunakan oleh para pemain dalam pementasan dramatari gambuh adalah Bahasa Kawi. Musik iringan gamelan pagambuhan merupakan seperangkat gamelan untuk mengiringi dramatari gambuh yang memiliki instrumen dengan jumlah terbanyak dari jenis-jenis gamelan untuk iringan tari-tarian Bali. Sebagaimana yang dijabarkan oleh Prof. Dr. I Wayan Dibia (1999), instrumen dari gamelan gambuh terdiri dari beberapa buah seruling besar, satu atau dua buah rebab, sepasang kendang kecil, sebuah kempur, kajar, klenang, kenyir, sepasang gumanak, sepangkon ricik, satungguh kangsi, dan sebuah gentorang.

Instrumen Dramatari Gambuh (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Mengenai gerak penari ketika dipentaskan pada setiap tokoh memiliki gerakan yang sangat khas, sesuai dengan pembagian karakter atau perwatakan tokoh yang bersangkutan. Para penari Gambuh ini berasal dari Banjar Bendesa dan Puseh, tetapi tidak menutup kemungkinan diluar banjar itu juga diperbolehkan untuk ikut serta dalam pementasan dramatari gambuh tersebut. Namun, dengan catatan para penari Gambuh khususnya Gambuh di Pedungan ini harus melakukan beberapa tahap pembersihan diri terlebih dahulu sebelum menarikan dramatari gambuh. Khusus untuk penari perempuan sampai saat ini yang boleh ikut sebagai penari adalah perempuan yang belum berumah tangga dan sudah melakukan pembersihan diri. Sebelum melakukan pementasan biasanya dilakukan persembahyangan oleh para penari dan juga adanya upacara pembersihan areal pementasan sebelum dan sesudah pementasan dramatari gambuh.

Dramatari Gambuh sangat dijunjung tinggi oleh warga Desa Pedungan. Ini dibuktikannya dengan tradisi dramatari ini yang masih berjalan hingga saat ini. Menurut dari salah satu warga setempat mengatakan bahwa dramatari ini akan diwariskan secara turun-temurun untuk menghormati warisan daripada leluhur mereka. Di dalam usaha pelestarian ini, warga setempat tidak membatasi untuk anak-anak remaja turut serta di dalam pementasan dramatari ini. Di mana, dengan keikutsertaan dari generasi muda inilah yang akan memunculkan rasa bangga akan warisan leluhur, sehingga mereka akan tertarik secara generasi ke generasi untuk selalu mempelajari dramatari gambuh tersebut.