Mengenal Tradisi Ngerebeg di Desa Adat Tegal

Tradisi Ngerebeg di Desa Adat Tegal, Badung, Bali, merupakan warisan budaya yang kaya akan nilai spiritual dan sosial. Dilaksanakan setiap enam bulan pada Wraspati Kliwon Wuku Langkir, tradisi ini bertujuan memohon keselamatan dan perlindungan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Prosesi utamanya melibatkan pendataan penduduk melalui tek cor dan ritual Ngunya, di mana warga desa bersama-sama mengelilingi wilayah desa untuk menyingkirkan pengaruh negatif.

Jan 24, 2025 - 09:30
Jan 4, 2025 - 19:23
Mengenal Tradisi Ngerebeg di Desa Adat Tegal
Tradisi Ngerebeg (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Tradisi Ngerebeg, yang dikenal juga sebagai Wraspati Ngepik, merupakan salah satu tradisi sakral yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Desa Adat Tegal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. Tradisi ini dilaksanakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Wraspati Kliwon Wuku Langkir, lima hari setelah Hari Raya Kuningan.

Istilah "Ngerebeg" berasal dari kata yang berarti ramai, bergemuruh, atau berjejal. Makna ini sejalan dengan suasana upacara yang penuh semangat dan melibatkan partisipasi hampir seluruh warga desa. Ngerebeg memiliki tujuan utama untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi masyarakat desa. Selain itu, upacara ini dipercaya mampu melindungi desa dari pengaruh negatif, termasuk wabah penyakit dan bencana. Dalam setiap tahapannya, terselip nilai-nilai luhur berupa penghormatan kepada leluhur, menjaga harmoni dengan alam, serta memperkuat ikatan sosial antarwarga.

Prosesi Ngerebeg di Desa Adat Tegal (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Prosesi Ngerebeg dipusatkan di Bale Agung Pura Desa Tegal, yang menjadi tempat utama pelaksanaan upacara. Sebelum upacara dimulai, dilaksanakan "tek cor", yaitu pendataan jumlah penduduk desa. Dahulu, setiap kepala keluarga membawa jinah bolong (uang kepeng) sebagai simbol jumlah anggota keluarga. Tradisi ini kini berkembang, dengan uang kepeng sering digantikan oleh uang rupiah, namun tetap mempertahankan makna simbolisnya.

Puncak acara adalah prosesi Ngunya, di mana masyarakat bersama-sama membawa berbagai perlengkapan upacara untuk mengelilingi wilayah desa. Prosesi ini dilakukan dengan penuh semangat, dan diyakini mampu menyingkirkan segala pengaruh buruk dari lingkungan desa. Seluruh masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua, turut serta dalam kegiatan ini, menciptakan suasana yang meriah sekaligus khidmat.

Prosesi Ngunya sebagai Rangkaian Tradisi Ngerebeg (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Tradisi Ngerebeg bukan sekadar ritual adat, tetapi juga menjadi wadah untuk mempererat hubungan sosial di antara warga. Partisipasi aktif semua kalangan menunjukkan betapa kuatnya semangat gotong-royong yang dimiliki masyarakat Desa Adat Tegal. Melalui Ngerebeg, nilai kebersamaan, saling menghormati, dan menjaga keharmonisan tetap terjaga.

Selain itu, Ngerebeg menjadi simbol kearifan lokal yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali, yakni Tri Hita Karana—konsep harmoni antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Melalui tradisi ini, generasi muda diajarkan untuk mencintai warisan budaya leluhur dan meneruskan nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya.