Menguak Keunikan Ritual Pemakaman di Desa Les : Tanpa Api dan Tanah

Desa Les adalah sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Buleleng, Bali. Dikenal karena keindahan alamnya yang masih asri, Desa Les juga memiliki kekayaan budaya yang menarik untuk ditelusuri. Masyarakatnya yang mayoritas beragama Hindu menjaga tradisi leluhur dengan sangat baik, menjadikan desa ini sebagai salah satu pusat kearifan lokal di Bali Utara. Salah satu tradisi yang unik dan jarang ditemukan di tempat lain adalah ritual pemakaman tanpa api dan tanah, yang mencerminkan hubungan mendalam antara manusia dan alam.

Feb 2, 2025 - 11:00
Jan 5, 2025 - 21:14
Menguak Keunikan Ritual Pemakaman di Desa Les : Tanpa Api dan Tanah
Setra Banjar Adat Les (Sumber Gambar : Koleksi Pribadi)

Pemakaman di Banjar Adat Les

Ritual pemakaman di Desa Les memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari tradisi Bali pada umumnya. Dalam ritual ini, proses penanganan jenazah dilakukan dengan cara yang berbeda dari praktik yang lazim di kalangan masyarakat Hindu di Bali, di mana jenazah biasanya dimakamkan di dalam tanah atau menjalani prosesi kremasi (ngaben). Di Desa Les, jenazah tidak ditanam maupun dibakar, melainkan ditempatkan di dalam sebuah struktur khusus yang menyerupai rumah kecil. Struktur ini dibuat menggunakan bahan seperti batako dan semen, yang dirancang sedemikian rupa untuk setiap jenazah secara individual.

Rumah kecil ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga mencerminkan filosofi masyarakat Desa Les tentang hubungan antara manusia dan alam. Jenazah yang ditempatkan di dalam rumah kecil tersebut akan menjalani proses alami di mana tubuh secara perlahan terurai dalam waktu sekitar satu hingga dua tahun. Proses alami ini dianggap sebagai simbol penyatuan roh dengan alam, sebuah keyakinan yang menunjukkan penghormatan mendalam terhadap siklus kehidupan dan harmoni dengan lingkungan.

Setiap rumah pemakaman yang dibangun memiliki aturan khusus yang mencerminkan nilai-nilai kekerabatan yang kuat. Hanya jenazah dari anggota keluarga inti yang diizinkan untuk ditempatkan di dalam rumah pemakaman tersebut. Tradisi ini tidak memperbolehkan adanya jenazah dari luar keluarga yang ditempatkan dalam satu rumah pemakaman, menjadikan struktur ini sebagai simbol eksklusivitas dan keutuhan keluarga. Dengan demikian, setiap rumah pemakaman tidak hanya berfungsi sebagai tempat fisik untuk jenazah, tetapi juga sebagai perwujudan penghormatan terhadap hubungan keluarga, tradisi, dan kepercayaan spiritual masyarakat Desa Les.

Setra Banjar Adat Les (Sumber Gambar : Koleksi Pribadi)

Tradisi ini bukan tanpa alasan. Masyarakat Desa Les percaya bahwa kematian adalah bagian dari siklus kehidupan yang harus dilalui dengan harmoni bersama alam. Dengan menempatkan jenazah di dalam rumah kecil tersebut, mereka menghormati elemen-elemen alam sebagai bagian dari semesta yang saling berhubungan. Tradisi ini juga menunjukkan sikap masyarakat Desa Les yang menghargai kesederhanaan dan menolak praktik yang dianggap berlebihan.

Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam rumah kecil tersebut, keluarga dan masyarakat akan melakukan upacara sederhana. Upacara ini biasanya melibatkan doa dan persembahan kepada roh leluhur serta dewa-dewa penjaga desa. Setelah itu, jenazah yang telah dibungkus dengan kain putih sebagai simbol kesucian akan dimasukkan ke dalam rumah kecil yang telah disiapkan.

Para anggota keluarga juga tidak mengenakan pakaian mewah atau perhiasan selama prosesi ini. Kesederhanaan menjadi salah satu nilai yang ditekankan dalam ritual ini, menandakan penghormatan kepada mereka yang telah meninggal tanpa menonjolkan kekayaan atau status sosial.

Pura Dalem Geremet Banjar Adat Les (Sumber Gambar : Koleksi Pribadi)

Ritual pemakaman ini sangat berbeda dengan tradisi ngaben yang terkenal di Bali. Dalam tradisi ngaben, pembakaran jenazah dianggap sebagai proses penting untuk membantu roh mencapai alam berikutnya. Namun, di Desa Les, ritual pemakaman dilakukan dengan cara yang unik dan berbeda. Tradisi ini memberikan perspektif baru dalam cara masyarakat menghormati mereka yang telah meninggal, sekaligus memperlihatkan keberagaman praktik budaya di Bali.

Keunikan tradisi pemakaman di Desa Les tidak terlepas dari tantangan yang harus dihadapi. Dalam era modern, praktik seperti ini sering kali dianggap tidak lazim oleh sebagian pihak. Tekanan dari luar, terutama dari mereka yang kurang memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini, menjadi salah satu hambatan yang dihadapi masyarakat Desa Les. Meski begitu, masyarakat tetap berusaha mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari identitas budaya mereka.

Selain menghadapi tekanan sosial, masyarakat Desa Les juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga lokasi pemakaman dengan baik. Pemakaman ini harus dirawat agar tetap sesuai dengan nilai-nilai adat dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam menjadi salah satu prinsip utama yang dipegang oleh masyarakat setempat, sehingga mereka terus berupaya melakukan pengelolaan yang bijaksana.

Kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam tradisi ini. Pengelolaan yang baik bukan hanya penting untuk menjaga kelestarian adat, tetapi juga untuk memastikan bahwa tradisi ini tidak merusak keseimbangan ekosistem. Dengan semangat gotong royong dan nilai-nilai kearifan lokal, masyarakat Desa Les terus melestarikan tradisi pemakaman ini sebagai warisan yang berharga bagi generasi mendatang.

Pura Dalem Pingit Desa Adat Les-Penuktukan (Sumber Gambar : Koleksi Pribadi)

Di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang semakin kuat, masyarakat Desa Les menghadapi berbagai tantangan untuk menjaga kelestarian tradisi pemakaman unik mereka. Tradisi ini menjadi warisan berharga yang telah turun-temurun dijaga sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat setempat. Dengan penuh kesadaran, mereka terus berupaya melestarikan ritual ini meskipun menghadapi tekanan dari perubahan zaman dan pandangan luar yang kadang kurang menghargai nilai-nilai tradisional. Masyarakat Desa Les meyakini bahwa menjaga tradisi ini bukan sekadar mempertahankan kebiasaan, tetapi juga melindungi esensi dari kearifan lokal yang menjadi fondasi kehidupan mereka. Salah satu langkah yang dilakukan untuk memastikan kelangsungan tradisi ini adalah melalui edukasi kepada generasi muda. Generasi penerus diajarkan untuk memahami sejarah, nilai, dan filosofi di balik tradisi ini agar mereka dapat menghargai dan melanjutkannya dengan penuh rasa bangga.

Ritual pemakaman di Desa Les menjadi salah satu contoh nyata dari bagaimana tradisi lokal memiliki nilai-nilai yang mendalam dan universal. Tradisi ini mengajarkan tentang penghormatan kepada mereka yang telah tiada dengan cara yang sederhana, namun penuh makna. Dengan tanpa melibatkan api ataupun tanah, masyarakat Desa Les memperlihatkan cara yang berbeda dalam menyikapi perpisahan dengan orang yang dicintai. Praktik unik ini tidak hanya memperlihatkan keberagaman budaya di Indonesia, tetapi juga menyampaikan pelajaran berharga tentang harmoni dengan alam serta nilai kesederhanaan dalam hidup. Ritual ini bukan hanya serangkaian prosesi adat, tetapi juga cerminan filosofi kehidupan yang mengingatkan setiap orang untuk selalu menghormati siklus kehidupan dengan cara yang bijaksana.