Menyusuri Desa Adat Punduk Dawa: Keindahan dan Tradisi Hingga Sejarah Pura Pasek yang Sakral

Desa Adat Punduk Dawa adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali. Desa ini dikenal dengan keindahan alamnya yang khas, tradisi yang masih terjaga, dan peran pentingnya sebagai pusat spiritual bagi masyarakat Hindu di Bali. Desa Adat Punduk Dawa juga merupakan simbol kekayaan budaya Bali yang memadukan warisan leluhur dengan kehidupan masyarakat yang harmonis.

Apr 16, 2025 - 06:00
Mar 8, 2025 - 06:37
Menyusuri Desa Adat Punduk Dawa: Keindahan dan Tradisi Hingga Sejarah Pura Pasek yang Sakral
Desa Adat Punduk Dawa (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Sejarah Desa Adat Punduk Dawa sangat erat kaitannya dengan perkembangan agama Hindu di Bali. Nama “Punduk Dawa” berasal dari bahasa Bali, di mana “Punduk” berarti punggung atau bukit, dan “Dawa” berarti panjang. Nama ini mencerminkan topografi wilayah desa yang berupa perbukitan memanjang. Desa ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan Kerajaan Klungkung, di mana ia memainkan peran penting dalam penyebaran budaya dan agama Hindu. Hingga kini, masyarakat Desa Adat Punduk Dawa tetap memegang teguh tradisi leluhur yang diwariskan secara turun-temurun.

Salah satu keistimewaan Desa Adat Punduk Dawa adalah tradisi Mabubu. Tradisi ini merupakan ritual unik yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat Punduk Dawa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali. Tradisi ini diadakan pada hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Raya Nyepi, sebagai upaya pembersihan desa dari pengaruh negatif dan roh jahat. 

Prosesi Mabubu dimulai dengan bunyi kentongan di bale banjar sebagai tanda bagi warga untuk berkumpul di Pura Puseh. Selanjutnya, peserta membawa 'bubu', yaitu kumpulan daun kelapa kering yang dibentuk menyerupai tabung, dan mengaraknya dari ujung selatan desa menuju kuburan desa (setra). Selama perjalanan, bubu tersebut dibakar, melambangkan pembakaran segala unsur negatif. Prosesi ini diakhiri dengan pembakaran bubu di setra sebagai simbol pembersihan total desa.

Keistimewaan lain yang ada di Desa Adat ini adalah keberadaan pura-pura yang menjadi pusat spiritual bagi masyarakat setempat. Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek menjadi pura utama di desa ini. Pura ini tidak hanya memiliki nilai spiritual yang tinggi, tetapi juga menjadi simbol persatuan bagi semeton Pasek, baik di Bali maupun di luar daerah. Keunikan arsitektur Pura Penataran Agung adalah perpaduan antara desain tradisional Bali dengan sentuhan modern, seperti adanya fasilitas lift untuk memudahkan akses bagi lansia dan sulinggih. Selain itu, Pura ini sering menjadi tempat pelaksanaan upacara keagamaan besar yang melibatkan banyak sulinggih dan umat Hindu.

Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Selain Pura Penataran Agung, Desa Adat Punduk Dawa juga memiliki pura-pura lain yang tak kalah penting. Pura Dalem, misalnya, adalah tempat pemujaan roh leluhur dan Dewa Siwa dalam aspek pelebur. Pura Puseh menjadi pusat pemujaan Dewa Wisnu sebagai penjaga keseimbangan alam dan pemberi kemakmuran. Pura Desa adalah tempat berkumpulnya masyarakat untuk melaksanakan kegiatan adat dan upacara desa. Pura Melanting, yang didedikasikan untuk Dewi Laksmi, menjadi tempat bagi para pedagang untuk memohon kelancaran usaha mereka. Pura Taman Beji digunakan untuk ritual penyucian diri atau Melukat sebelum melaksanakan upacara di pura lainnya. Sedangkan Pura Subak menjadi tempat pemujaan Dewi Sri, simbol kesuburan, yang sangat penting bagi para petani.

Pura Dalem Desa Adat Punduk Dawa (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Tradisi dan adat istiadat di Desa Adat Punduk Dawa menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Upacara keagamaan seperti Melasti, Ngusaba Desa, dan berbagai ritual lainnya dilakukan secara rutin untuk menjaga keseimbangan antara dunia sekala (nyata) dan niskala (spiritual). Seni tari dan musik tradisional juga menjadi bagian dari tradisi desa ini. Tari Rejang dan Tari Baris sering dipentaskan dalam upacara adat, diiringi oleh alunan gamelan yang khas. Keterlibatan generasi muda dalam pelestarian seni dan budaya menunjukkan betapa kuatnya ikatan antar generasi dalam menjaga warisan leluhur.

Kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Adat Punduk Dawa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional dan adat istiadat. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani, mengolah sawah dan ladang dengan cara tradisional yang ramah lingkungan. Selain bertani, masyarakat juga mengembangkan kerajinan tangan seperti anyaman bambu dan pembuatan kain tradisional. Produk kerajinan ini tidak hanya digunakan untuk kebutuhan lokal tetapi juga diminati oleh wisatawan sebagai cendera mata khas Bali. Gotong royong menjadi nilai utama dalam kehidupan sehari-hari, di mana masyarakat saling membantu dalam berbagai kegiatan, mulai dari persiapan upacara hingga pembangunan infrastruktur desa.

Keadaan Jalanan Desa Punduk Dawa (Sumber Foto : Koleksi Pribadi) 

Keindahan alam Desa Adat Punduk Dawa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Perbukitan hijau, sawah yang membentang luas, dan suasana pedesaan yang tenang menawarkan pengalaman autentik bagi pengunjung. Wisatawan juga dapat mengunjungi rumah-rumah tradisional yang masih dipertahankan oleh penduduk setempat, memberikan gambaran nyata tentang arsitektur Bali kuno. Dengan keberadaan pura-pura yang sarat akan nilai spiritual, desa ini juga menjadi tujuan wisata religi yang menarik.

Namun, seperti halnya desa-desa adat lainnya, Desa Adat Punduk Dawa juga menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian adat. Masuknya teknologi dan pengaruh budaya luar dapat memengaruhi pola pikir generasi muda. Untuk mengatasi hal ini, tokoh adat, pemerintah desa, dan masyarakat terus bekerja sama dalam berbagai program dan kegiatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan tentang adat istiadat dan seni budaya diajarkan sejak dini untuk memastikan bahwa tradisi leluhur tetap terjaga dan dihormati oleh generasi berikutnya.

Krematorium Desa Adat Punduk Dawa (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Salah satu fasilitas unik di Desa Adat Punduk Dawa adalah keberadaan krematorium yang digunakan untuk pelaksanaan upacara ngaben atau pembakaran jenazah sesuai tradisi Hindu Bali. Krematorium ini dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa, tetapi juga melayani masyarakat dari luar desa yang membutuhkan fasilitas serupa.

Krematorium ini menjadi simbol modernisasi yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional Hindu. Proses kremasi dilakukan dengan tetap mengikuti tahapan upacara adat sesuai ajaran agama. Keberadaan krematorium ini tidak hanya mempermudah proses ngaben dari sisi praktis, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan dari pembakaran terbuka.

Pura Puseh Desa Adat Punduk Dawa (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Harapan ke depan, Desa Adat Punduk Dawa dapat terus menjadi contoh bagaimana tradisi dan modernitas dapat berjalan seiring. Dengan potensi budaya dan keindahan alam yang dimilikinya, desa ini berpeluang besar untuk berkembang sebagai destinasi wisata budaya yang semakin dikenal. Selain itu, keberadaan pura-pura yang sarat akan nilai spiritual juga dapat menjadi pusat studi dan penelitian tentang agama Hindu dan budaya Bali.

Desa Adat Punduk Dawa bukan hanya sebuah tempat dengan keindahan alam dan budaya, tetapi juga merupakan cerminan dari harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas. Dengan semangat gotong royong dan komitmen untuk menjaga warisan leluhur, desa ini menjadi salah satu contoh terbaik dari kekayaan budaya Bali yang tak ternilai harganya.