Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal

Siapa yang tidak mengenal Ubud? Salah satu tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi ketika berwisata ke pulau Bali. Ubud menawarkan keindahan alam serta budaya yang masih sangat kental hingga sekarang. Ubud terdiri dari banyak desa adat yang menyusungnya. Salah satu yang akan dibahas yaitu Desa Adat Padang Tegal, yang di dalamnya terdapat suatu kawasan hutan konservatif yang bernama Mandala Suci Wenara Wana.

Jan 14, 2024 - 00:32
Dec 26, 2023 - 22:53
Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal
Icon Monkey Forest di Desa Padang Tegal (Sumber: Koleksi Penulis)
Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal
Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal
Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal
Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal
Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal
Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal
Wenara Wangun Desa, Kearifan Lokal Desa Adat Padang Tegal

Ubud, sebuah destinasi yang memesona di Gianyar, Bali, memiliki daya tarik unik yang menarik para wisatawan dari seluruh dunia. Terletak di pusat pulau Dewata, Ubud dikenal sebagai pusat seni dan budaya Bali. Kawasan ini dipenuhi dengan sawah hijau yang menggoda mata, hutan tropis yang rimbun, dan sungai-sungai yang berliku. Selain keindahan alamnya, Ubud juga menjadi tempat bagi banyak seniman, pematung, dan pengrajin lokal yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat berkumpul dan menghasilkan karya seni yang khas. Pusat seni ini juga menyimpan kekayaan budaya Bali melalui pertunjukan tari tradisional, gamelan, dan upacara keagamaan yang dapat dinikmati oleh para pengunjung. Ubud juga terkenal dengan pasar tradisionalnya yang meriah, di mana wisatawan dapat menemukan beragam barang kerajinan tangan, pakaian, dan hasil pertanian lokal. Selain itu, keberadaan pura-pura dan situs sejarah seperti Monkey Forest menambah pesona spiritual dan sejarah kawasan ini. Dengan suasana yang tenang dan keindahan alam yang memukau, Ubud menjadi destinasi yang sempurna bagi mereka yang mencari ketenangan, inspirasi seni, dan keajaiban budaya Bali yang khas.

Pasar Seni Ubud (Sumber: Koleksi Penulis)

Ubud tidak terlepas dari beberapa desa adat yang terdapat di dalamnya. Salah satu yang terkenal yaitu Desa Adat Padang Tegal. Menurut sejarahnya, asal usul Padang Tegal terdapat hubungan erat dengan perjalanan Rsi Markandeya. Legenda mengisahkan bahwa Rsi Markandeya, seorang bijaksana yang dihormati, menemukan tempat yang terang disinari cahaya disebut "Padang" sedangkan "Tegal" mengindikasikan lokasi. Oleh karena itu, Padang Tegal dapat diartikan sebagai tempat yang penuh cahaya terang.

Gate Utama Monkey Forest (Sumber: Koleksi Penulis)

Selayaknya desa adat di Bali, Desa Adat Padang Tegal terdiri dari beberapa banjar yang menyusungnya. Istilah "banjar" mengacu pada kelompok masyarakat yang terorganisir secara mandiri dengan tujuan bersama, seperti pembangunan wilayah sekitar, kegiatan keagamaan, atau kerja bakti. Banjar berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya di tingkat lokal. Masing-masing banjar memiliki balai pertemuan sendiri, yang seringkali disebut "bale banjar" tempat di mana berbagai pertemuan, diskusi, dan kegiatan budaya dilangsungkan. Selain itu, banjar juga bertanggung jawab atas keamanan lingkungan setempat dan memiliki peran penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan, seperti Ngaben (upacara kematian) atau Odalan (perayaan upacara di pura). Sistem banjar mencerminkan solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat Bali, di mana warga saling membantu dan bekerja sama untuk memajukan kehidupan bersama. Beberapa banjar yang terdapat di Desa Adat Padang Tegal yaitu: Banjar Padang Tegal Kaja, Banjar Padang Tegal Mekar Sari, Banjar Padang Tegal Kelod, dan Banjar Pengosekan.

Pura Desa Lan Puseh Desa Padang Tegal (Sumber: Koleksi Penulis)

Pura Dalem Agung Desa Padang Tegal (Sumber: Koleksi Penulis)

Desa Adat Padang Tegal memiliki tiga pura yang memegang peranan sentral dalam kehidupan masyarakatnya. Pertama, Pura Desa sebagai tempat berstananya Dewa Brahma. Kedua, Pura Puseh sebagai tempat berstananya Dewa Wisnu. Ketiga, Pura Dalem didedikasikan untuk pemujaan roh-roh leluhur dan dewa-dewa yang berhubungan dengan kehidupan setelah mati, sebagai tempat berstananya Dewa Siwa. Kehadiran ketiga pura ini mencerminkan kekayaan budaya dan kepercayaan spiritual masyarakat Padang Tegal, yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari mereka.

Pura Dalem Agung Desa Padang Tegal (Sumber: Koleksi Penulis)

Di sekitar Pura Dalem Agung Padang Tegal, terdapat sebuah kawasan hutan yang dilindungi. Hutan tersebut bernama ”Mandala Suci Wenara Wana”, atau wisatawan sering mengenalnya dengan ”Monkey Forest”. Seiring dengan masuknya pariwisata ke wilayah Ubud, Monkey Forest muncul sebagai daya tarik utama yang tak terelakkan bagi pengunjung yang datang mencari pengalaman alam dan budaya yang unik. Kawasan ini menjadi tempat tinggal bagi sekitar 340 ekor Macaca fascicularis yang lebih dikenal dengan kera ekor panjang. Di area Monkey Forest, pengunjung dapat menjelajahi hutan sambil menikmati keindahan alam yang tenang. Hutan seluas sekitar 27 hektar ini menyajikan lebih dari 115 jenis tumbuhan yang berbeda.

Kera Ekor Panjang di Mandala Suci Wenara Wana (Sumber: Koleksi Penulis)

Selama perjalanan di sepanjang Desa Padang Tegal, pengunjung dapat menikmati aneka ragam kuliner, mulai dari hidangan khas Bali hingga makanan Barat. Salah satu restoran yang sangat direkomendasikan adalah Bebek Bengil yang terletak sekitar 500 meter dari Monkey Forest, di Jalan Hanoman. Restoran ini terkenal dengan hidangan bebek panggang dan bebek gorengnya. Tak hanya bebek, pengunjung juga disarankan untuk mencicipi berbagai hidangan iga selama mengunjungi tempat ini. Dalam hal cita rasa, kuliner-kuliner tersebut dipastikan akan memanjakan lidah para pengunjung.

Suasana Alam yang Asri di Mandala Suci Wenara Wana (Sumber: Koleksi Penulis)

Monkey Forest bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga menjadi sumber kehidupan ekonomi dan sosial yang signifikan. Seiring berjalannya waktu, Monkey Forest dikelola secara efisien oleh para pengurus atau prajuru adat, yang tidak hanya menjaga keberlanjutan alam tetapi juga memastikan keberlanjutan ekonomi lokal. Pendapatan dari pariwisata digunakan untuk mendukung proyek-proyek pembangunan di desa, seperti sekolah, fasilitas kesehatan, dan infrastruktur lokal lainnya.

Pengelolaan Monkey Forest yang bertanggung jawab telah membawa dampak ekonomi positif yang terasa di Desa Adat Padang Tegal. Masyarakat setempat dapat menikmati peluang pekerjaan baru, terutama dalam sektor pariwisata dan jasa. Selain itu, program-program pengembangan keterampilan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak pengelola membantu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi perubahan dan tantangan ekonomi.

Toko Kerajinan di Kawasan Monkey Forest (Sumber: Koleksi Penulis)

Tidak hanya aspek ekonomi, tetapi pengelolaan yang berkelanjutan juga memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan sosial di desa. Peningkatan akses pendidikan dan pelayanan kesehatan, didukung oleh pendapatan dari pariwisata, menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan mandiri. Selain itu, interaksi antara wisatawan dan warga lokal di Monkey Forest menciptakan peluang untuk pertukaran budaya dan pemahaman antar komunitas, memperkaya pengalaman bagi kedua belah pihak. Sebagai contoh nyata bagaimana pariwisata yang dikelola dengan bijak dapat memberikan manfaat berkelanjutan, Monkey Forest di Desa Padang Tegal tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik, tetapi juga motor penggerak pertumbuhan positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat.

Rumah Kompos Desa Adat Padang Tegal (Sumber: Koleksi Penulis)

Desa Adat Padang Tegal juga memiliki tempat unik yang jarang dimiliki oleh desa lain, yaitu Rumah Kompos Padang Tegal. Rumah Kompos di kawasan Monkey Forest, didirikan pada tahun 2012 sebagai respons terhadap dampak sampah dari industri pariwisata yang terus berkembang. Melibatkan partisipasi aktif masyarakat desa, program ini melibatkan pemilahan dan pengolahan sampah organik dan non organik oleh kurang lebih 40 petugas. Sampah organik yang dihasilkan dijual sebagai pupuk kompos, sementara sampah non organik dipilah untuk didaur ulang atau dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Selain mengurangi dampak negatif sampah, adanya Rumah Kompos ini juga menciptakan peluang ekonomi dan membantu mendukung keberlanjutan lingkungan.