Perayaan Pagerwesi di Pura Tanah Kilap: Simbol Pagar Besi Iman Umat Hindu

Perayaan Pagerwesi di Pura Tanah Kilap tahun ini diwarnai hujan deras dan banjir. Meski begitu, umat Hindu tetap hadir penuh keteguhan, mempertegas makna Pagerwesi sebagai pagar besi iman yang kokoh menghadapi rintangan. Kehadiran umat mencerminkan semangat spiritual yang tidak tergoyahkan oleh kondisi apapun.

Sep 10, 2025 - 20:01
Sep 10, 2025 - 20:27
Perayaan Pagerwesi di Pura Tanah Kilap: Simbol Pagar Besi Iman Umat Hindu
Pura Tanah Kilap (Sumber: Koleksi Pribadi)

Makna Filosofis Pagerwesi

Hari raya Pagerwesi jatuh setiap Buda Kliwon Wuku Sinta, empat hari setelah Saraswati. Kata “pager” berarti pagar, sedangkan “wesi” berarti besi. Pagerwesi dimaknai sebagai saat membangun pagar kokoh dalam diri, yaitu benteng iman dan kebijaksanaan.

Melalui ajaran Tri Kaya Parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan berbuat baik), umat diingatkan untuk menjaga kesucian diri sehingga tidak mudah goyah oleh pengaruh negatif maupun kesulitan hidup.

Persembahyangan bersama di Pura Tanah Kilap saat Pagerwesi (Sumber: Koleksi Pribadi)

Perayaan Pagerwesi di Pura Tanah Kilap

Pura Tanah Kilap di Denpasar menjadi salah satu pusat perayaan Pagerwesi yang selalu ramai. Tahun ini, suasana berbeda terasa ketika hujan deras sejak malam hingga pagi membuat beberapa area pura tergenang air. Akibatnya, sebagian umat menunda sembahyang hingga siang hari saat kondisi lebih memungkinkan.
Meskipun genangan masih terlihat, umat tetap hadir dengan penuh keteguhan. Mereka menangkupkan tangan dan melantunkan doa di hadapan pelinggih. Kehadiran anak-anak hingga orang tua menunjukkan bagaimana Pagerwesi menjadi momen pendidikan spiritual lintas generasi.

Simbolisme Pagar Besi Iman

Hujan deras dan banjir pada Pagerwesi tahun ini justru mempertegas makna filosofis dari “pagar besi iman”. Seperti besi yang kokoh, iman umat Hindu tetap teguh meski diterpa rintangan alam.

Simbol pagar besi ini tidak hanya menjadi perlindungan dari pengaruh luar, tetapi juga benteng dari keraguan dan kelemahan diri sendiri. Dengan sraddha (keyakinan) dan bhakti (pengabdian), umat membangun kekuatan spiritual untuk menghadapi segala tantangan.

Umat sembahyang di pelinggih Pura Tanah Kilap saat Pagerwesi (Sumber: Koleksi Pribadi)

Relevansi Pagerwesi dalam Kehidupan Modern

Di tengah derasnya arus globalisasi, materialisme, dan tekanan hidup modern, ajaran Pagerwesi tetap relevan. Keteguhan umat yang tetap bersembahyang di tengah banjir menjadi cermin bahwa iman harus lebih kuat daripada rintangan fisik maupun godaan duniawi. Nilai-nilai Pagerwesi mengingatkan setiap individu untuk menjaga integritas, memperkokoh karakter, serta menjadikan iman sebagai pagar besi yang menuntun dalam setiap langkah kehidupan.

Perayaan Pagerwesi di Pura Tanah Kilap tahun ini pun memberikan pelajaran berharga. Meski hujan deras dan banjir sempat menghambat jalannya persembahyangan, umat Hindu tetap hadir dengan khidmat melaksanakan ritual. Hal ini sekaligus menegaskan makna Pagerwesi sebagai pagar besi iman: benteng kokoh yang melindungi keyakinan agar tetap teguh di jalan dharma, apapun tantangannya.