Pura dan Prasasti Blanjong: Mempelajari Sejarah Peradaban Bali Kuno Melalui Tempat Suci

Pura dan Prasasti Blanjong merupakan salah satu destinasi wisata yang berlokasi di Banjar Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Pura dan Prasasti Blanjong menyimpan sejarah menarik di dalamnya sehingga menarik para wisatawan untuk datang berkunjung. Keberadaan pura dan prasasti ini pun menjadi bukti sejarah perjalanan budaya Masyarakat Bali pada zaman dahulu. Nama Blanjong berasal dari kata "belahane" yang berarti pecahan dan "ngenjung" yang berarti kapal nelayan dalam Bahasa Bali Alus. Konon berawal ketika terdapat sebuah pecahan kapal belanda yang terdampar di Pesisir Sanur, yang lebih tepatnya kini berada di wilayah Pesisir Blanjong dan dari peristiwa itulah nama blanjong ini disematkan.

Apr 17, 2024 - 05:39
Dec 16, 2023 - 10:01
Pura dan Prasasti Blanjong: Mempelajari Sejarah Peradaban Bali Kuno Melalui Tempat Suci
Pura dan Prasasti Blanjong (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)
Pura dan Prasasti Blanjong: Mempelajari Sejarah Peradaban Bali Kuno Melalui Tempat Suci

Pulau Bali atau sering disebut sebagai "Pulau Dewata," adalah tempat di mana unsur spiritualitas dan keindahan alam yang mengagumkan bersatu dalam harmoni yang luar biasa. Salah satu ciri khas yang menonjol di Pulau Bali adalah terdapat banyaknya pura yang tersebar di seluruh pelosoknya. Pura-pura di Bali dikenal sebagai tempat untuk melakukan ibadah bagi Agama Hindu dan juga budaya Bali yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Bali selama berabad-abad. Terdapat banyak pura yang tersebar di berbagai wilayah Bali, salah satunya terdapat di Banjar Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, yang bernama Pura Blanjong. Tepatnya, pura dan prasasti ini terletak kurang lebih 4 km dari Pantai Sanur. Jika dari Kota Denpasar, lokasi wisata ini terletak kurang lebih 10 km dan dapat dijangkau dalam waktu kurang lebih 30 menit.

Areal Pura Blanjong (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Pelinggih Dalem Blanjong di Pura Blanjong (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Secara struktur, Pura Blanjong terdiri dari satu halaman, yaitu halaman jeroan (utama mandala) dan halaman luar langsung berupa jalan raya. Pada pojok kanan belakang pura ditempatkan sebuah tugu prasasti batu (jaya stambha). Pintu masuk ke halamanan jeroan dihubungkan dengan sebuah candi bentar batu padas. Pelinggih – pelinggih yang terdapat di Pura Blanjong ini, yaitu Pelinggih Ratu Tuan, Pelinggih Jero Lantang Idung, Pelinggih Dalem Blanjong, Pelinggih Lingga Yoni, Pelinggih Jero Istri, dan Pelinggih Padma sebagai pelinggih utama. Pura Blanjong ini memiliki 3 pengempon, yaitu dari Desa Pakraman Renon, Cerancam Desa Kesiman, dan Lantang Idung Desa Sukawati. Upacara di Pura Blanjong ini jatuhnya di Pahing Kuningan, Soma, dan Ulangkir. Pada saat Upacara di Pura Blanjong ini berlangsung, semua Pratima melinggih di Pelinggih Padma.

Areal Prasasti Blanjong (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Plakat dari Prasasti Blanjong (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Di dalam Pura Blanjong ini juga terdapat suatu prasasti dengan nama Prasasti Blanjong, yang menjadi bukti perkembangan sejarah masyarakat bali pada zaman dahulu. Prasasti Blanjong adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti Blanjong merupakan sebuah tugu kemenangan berbentuk silinder. Tugu ini merupakan tonggak kemenangan Sri Kesari Warmadewa ketika memimpin bali. Prasasti Blanjong menggunakan Bahasa Bali Kuno yang ditulis menggunakan Huruf Pre Negari dan Bahasa Sansekerta yang ditulis menggunakan Huruf Kawi. Prasasti Blanjong ditemukan di dekat Banjar Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Bentuknya berupa pilar batu setinggi 177 cm, dan bergaris tengah 62 cm.

Tugu Prasasti Blanjong (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

“Seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di Keratin Singhadwala bernama Cri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal,” demikian makna dari beberapa baris pahatan salah satu sisi Prasasti Blanjong yang saat ini tersimpan apik di Pura Blanjong. Jika melihat makna yang disampaikan, jelas sudah bahwa prasasti tersebut merupakan salah satu bukti peninggalan Kerajaan Bali zaman dulu yang menggambarkan kehebatan dan kemasyuran sang raja. Peneliti sejarah menyebut prasasti ini sebagai sebuah tugu kemenangan. Adapun raja yang dimaksud yakni Sri Kesari Warmadewa yang memerintah tahun Candrasangkala itu melukiskan tahun caka 835 atau 913 Masehi. Shri Kesari Warmadewa adalah pendiri Wangsa Warmadewa yang pernah berkuasa di Pulau Bali.

Sri Kesari Warmadewa bermakna Yang Mulia Pelindung Kerajaan Singha yang dikenal juga dengan Dalem Selonding, datang ke Bali pada akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10. Dia berasal dari Sriwijaya (Sumatera) dengan pendahulunya telah menaklukkan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga di pesisir utara Jawa Tengah (Semarang). Kehebatan sang raja digambarkan dalam Prasasti Blanjong atau tugu kemenangan. Prasasti menjelaskan raja telah berhasil menaklukkan Gurun yakni wilayah Nusa Penida dan Swal berarti Pantai Ketewel. Kemenangan inilah yang membuat prasasti berbahan batu padas dan berbentuk tiang batu ini dibuat.

Detail dari Prasasti Blanjong (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Diteliti lebih dalam, Prasasti Blanjong sendiri terbagi atas dua sisi. Pada sisi barat laut ditulis 6 baris tulisan, memakai aksara Pre Negari yang biasa dipakai di India Utara dan Bahasa Bali Kuno. Pada sisi tenggara ditulis dengan 13 baris tulisan, menggunakan Huruf Kawi dan Bahasa Sansekerta. Temuan prasasti ini pun tergolong unik sebab biasanya benda pusaka serupa hanya menggunakan satu bahasa dan huruf. Penggunaan dua bahasa dan dua huruf tersebut menunjukkan adanya kemahiran dan wawasan pengetahuan yang cukup dari masyarakat pada masa Kerajaan Sri Kesari Warmadewa abad 10 masehi. Ada keistimewaan lainnya yakni penggunaan sistem silang dalam penulisan huruf dan bahasa. Adapun Bahasa Sansekerta ditulis dalam Huruf Kawi, sementara Bahasa Bali Kuno ditulis dalam Huruf Pre Negari.

Untuk mendapatkan pengalaman eksplorasi virtual dari Pura dan Prasasti Blanjong lebih jelas, silahkan klik tombol "Click Here To See More".