Pura Lempuyang: Sinar Suci Penerang Jagat Bali
Pulau Bali terkenal dengan seribu pura yang identik dengan kemegahannya. Salah satunya adalah Pura Lempuyang sebagai warisan dari para leluhur. Pura ini terletak di lereng Gunung Lempuyang, yang dimana dikenal dengan gerbang khasnya yang membingkai Gunung Agung dari kejauhan. Dengan pesonanya, pura ini sudah memikat perhatian orang yang pernah tangkil disana.
Pura Lempuyang berada di Gunung Lempuyang tepatnya di Karangasem. Pura yang disebut sebagai gerbang surga di Bali ini terletak pada bagian ujung timur pulau Bali. Pura ini sudah ada sejak zaman pra Hindu-Budha, yang merupakan salah satu pura tertua dan tertinggi di Bali dengan mencapai ketinggian 1.174 mdpl. Pura Lempuyang merupakan Pura yang diyakini sebagai istana Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Nama Lempuyang berasal dari kata “lampu” yang memiliki arti sinar dan “Hyang” berarti sebutan untuk Tuhan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pura ini memiliki arti sinar suci Tuhan yang terang benderang. Ada versi lain yang mengatakan bahwa Lempuyang merupakan jenis dari tanamanyang sering dipakai untuk bumbu masak. Dapat dikaitkan juga dengan nama banjar yang ada disana, yaitu Bajar Bangle dan Gamongan. Yang dimana Bajar Bangle dan Gamongan adalah tanaman sejenis yang bisa dipakai untuk bumbu bahkan untuk obat.
Pura Lempuyang (Sumber Photo: Koleksi Pribadi Sudah Seijin Pemilik)
Ada cerita unik dibalik berdirinya Pura Lempuyang ini, yang dimana Sang Hyang Parameswara membawa gunung-gunung dari India (Gunung Mahameru). Gunung tersebut dibagi menjadi tiga bagian dan salah satunya adalah Gunung Lempuyang. Gunung Lempuyang pada saat itu ditempati oleh Sang Hyang Agnijayasakti dan beristana di Pura Lempuyang bersama beberapa dewa lainnya yang ikut turun ke Bali dan ditugaskan untuk menjaga kesejahteraan Pulau Bali.
Pura ini dipercaya sebagai tempat memohon restu bagi umat Hindu untuk memulai belajar ilmu pengetahuan termasuk ilmu mengenai agama Hindu. Dan di Pura ini terdapat "tirta pingit" yang dimana dipercaya bahwa "Siapa pun tidak boleh berbuat buruk seperti sampah di Pura, jika tidak ingin terkena marabahaya". Pura ini juga diyakini sebagai tempat untuk memuja Sang Hyang Iswara sebagai pelindung arah timur, arah terbitnya matahari. Pemujaan pada Sang Hyang Iswara agar umat Hindu mendapatkan pencerahan dalam hidupnya dan bebas dari kematian rohani menuju kehidupan sejati yang disebut sebagai amrtam.
Pura yang didirikan oleh Rsi Markandeya sekitar abad ke-8 M merupakan tempat persembahyangan sekaligus menyebarkan ajaran agama Hindu di Bali. Pembangunan pura ini bertujuan agar mempermudah penyebaran agama Hindu di sekitar Gunung Agung yang dipercaya menjadi tempat bersemayam Dewa. Pura ini masih termasuk Pura Sad Kahyangan Jagad atau enam tempat suci yang ada di Bali sama seperti Pura Besakih. Pura ini juga merupakan salah satu dari sembilan candi yang melindungi masyarakat di Bali dari pengaruh roh-roh jahat.
Selain itu, terdapat kisah mistis dibalik Pura Lempuyang yakni pengunjung tidak boleh mengeluh lelah ketika berjalan atau pengunjung akan gagal mencapai puncak. Dan jika membawa perhiasan emas maka akan hilang secara misterius. Pura lempuyang memiliki keunikan berupa jalurnya yang cukup terjal dan belantara. Pura ini sebenarnya adalah kompleks candi Hindu. Terdapat tujuh candi yang mengelilingi lereng gunung. Jika ingin mencapai puncak Pura Lempuyang Luhur, maka pengunjung harus menyusuri jalan setampak yang menembus hutan.
Pura Penataran Agung Lempuyang (Sumber Photo: Koleksi Pribadi Sudah Seijin Pemilik)
Pura yang berdiri dengan kokoh di ketinggian ini erat kaitannya dengan legenda kedatangan Bhatara Gnijaya yang dipilih untuk meresmikan Pura Lempuyang. Pura Lempuyang juga memiliki peran penting dalam spiritualitas Bali. Tempat yang didedikasikan untuk Hyang Iswara berfungsi sebagai pelindung Pulau Dewata dari kekuatan jahat. Pura Lempuyang merupakan monument dari warisan spiritual Bali yang memiliki Sejarah dan mitologi. Tempat suci ini secara tidak sengaja akan menawarkan pengetahuan yang mendalam mengenai Hinduisme Bali, budaya lokal dan topografi spiritual Pulau Dewata. B
Pemangku dari Pura Lempuyang akan selalu dijabat oleh satu keturunan menurut garis purusa. Dan di pura Lempuyang ini memiliki ciri khas yaitu harus menggunakan "pengangge" yang digunakan di Pura Lempuyang akan selalu berwarna putih dan kuning. Pada saat diadakan upacara aci atau piodalan, maka seluruh ramuan akan disediakan oleh para pemuda dan yang mengerjakan adalah para wanita remaja. Hal ini dipercaya bahwa kesucian berasal dari penerus daerah ini.
Pura Lempuyang (Sumber Photo: Koleksi Pribadi Sudah Seijin Pemilik)
Pura Lempuyang berbeda dari pura lainnya. Yang dimana, pura ini bisa dikunjungi oleh siapa saja. Namun, sama dengan pura yang lain pada umumnya. Saat wanita sedang mengalami masa haid atau orang yang sedang dalam keadaan cuntaka (memiliki kerabat yang meninggal), tidak disarankan untuk datang ke area pura. Karena akan mengunjungi tempat yang suci, pengunjung harus berpakaian yang sopan dan akan diberikan kain saat sudah tiba di area Pura Lempuyang. Tidak diperbolehkan melakukan hal yang tidak senonoh. Tidak diperbolehkan mengambil gambar menggunakan drone. Saat pengunjung datang ke pura Lempuyang ini, yang menjadi favorit bukan hanya satu saja. Namun, semua yang ada di area dari Pura Lempuyang adalah bagian favoritnya, baik dari Pura Penataran Agung Lempuyang, gerbang yang membingkai Gunung Agung, langit yang begitu cerah, dan sunset yang menjadi lukisan langit saat akan berganti dengan gelap serta pura indah lainnya yang ada disana. Dan Pura yang sudah tidak asing bagi warga Hindu di Bali dan sering dibuat menjadi spot foto dikarenakan puranya yang instagramable.