Tari Sakral Baris Balawadwa: Warisan Keberanian Leluhur Desa Pupuan
Tari Baris Balawadwa merupakan sebuah simbol penghormatan kepada leluhur berupa tarian sakral yang memiliki makna historis dan spiritual yang mendalam di Desa Pupuan, Tabanan, Bali. Uniknya, jumlah penari sangat terbatas yaitu, 6-12 dan semuanya laki-laki. Tarian ini bukan hanya sekedar hiburan dengan itu hanya boleh dipentaskan pada saat-saat tertentu yang telah ditentukan oleh adat, seperti pada piodalan di Pura Duur Kauh Kayu Padi dan Pura Puseh Desa Bale Agung.
Pulau Bali, merupakan salah satu pulau dengan alam yang terbentang luas dan budaya yang sangat beragam. Saat menjelajahi Pulau Bali tentunya kita akan terpesona dan terkagum dengan berbagai kearifan lokal yang ada di Pulau Bali. Salah satu yang dapat dijumpai yaitu Tari Baris Balawadwa. Tarian ini adalah salah satu tarian perang yang dipentaskan hanya oleh laki-laki untuk menggambarkan semangat persatuan dan kesetiaan para prajurit yang siap berjuang demi melindungi desa dan menjaga keberlangsungan upacara keagamaan. Gerakan tarian ini penuh dengan ketegasan dan keperkasaan, mencerminkan kegagahan para prajurit Bali yang rela berkorban demi keamanan serta kehormatan desa mereka. Tari Baris Balawadwa tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang mendalam, menjadi bagian dari ritual sakral yang menghubungkan masyarakat dengan leluhur mereka.
Pementasan Tari Baris Balawadwa di Pura Pusah Desa Bale Agung (Sumber: Koleksi Pribadi)
Gerakan-gerakan yang ditampilkan dalam tarian ini menggambarkan keberanian dan kesiapan para prajurit dalam menghadapi ancaman, dengan tempo yang bervariasi antara lambat dan cepat, mencerminkan dinamika medan perang.
Lalu dengan musik pengiring atau tabuh dalam tarian ini juga memiliki komposisi yang khusus dan hanya dimainkan pada saat upacara keagamaan. Gamelan yang digunakan memiliki irama yang dinamis, mengikuti gerakan para penari yang bervariasi antara gerakan lambat yang penuh perenungan, hingga gerakan cepat yang mencerminkan semangat perang. Musik ini memberikan suasana yang khidmat sekaligus mistis, sehingga menambah kesan sakral dari tarian tersebut.
Pementasan Tari Baris Balawadwa di Pura Duur Kauh Kayu Padi (Sumber: Koleksi Pribadi)
Baris Balawadwa, sebuah persembahan sakral yang dilakukan dengan penuh keluhuran oleh masyarakat yang tinggal di Desa Pupuan, Tabanan, Bali. Baris Balawadwa berasal dari kata "Bala" yang berarti tentara, dan "Wadwa" yang bermakna persatuan dan kesatuan. Seperti arti dari kata tersebut, tarian ini melambangkan semangat persatuan dan kesetiaan para prajurit yang siap berkorban demi melindungi desa dan menjaga keberlangsungan upacara keagamaan. Dalam konteks spiritual, Tari Baris Balawadwa juga dianggap sebagai representasi dari kekuatan pelindung yang menjaga keseimbangan antara alam gaib dan alam nyata.
Tetapi, dibalik keunikan dan kesakralan tarian ini siapa sangka tersimpan cerita sejarah yang memiliki makna bagi masyarakat lokal. Sejarah Tari Baris Balawadwa berkaitan erat dengan kedatangan Sri Bima Sakti, seorang punggawa dari Jawa, ke pelosok Desa Pupuan. Masyarakat sekitar mempercayai cerita turun temurun jika Sri Bima Sakti dan para pengiringnya tiba di wilayah barat Desa Pupuan yang masih berbentuk hutan. Sesampainya, mereka mendirikan sebuah tempat pemujaan sederhana yang disebut bebaturan. Bebaturan sendiri merupakan sebuah pura yang tidak memiliki sanggah dan hanya berupa altar batu. Dalam tradisi masyarakat adat Pupuan, bebaturan ini menjadi saksi keberadaan Sri Bima Sakti dan pengikutnya, serta menjadi simbol pemujaan yang suci.
Pura Duur Kauh Kayu Padi (Sumber: Koleksi Pribadi)
Kemudian untuk mengenang kedatangan Sri Bima Sakti dan para pengiringnya, masyarakat Desa Pupuan akhirnya membuat upacara keagamaan atau Piodalan. Masyarakat merayakan piodalan dalam setiap tahun sehari setelah purnama kapat, sebagai bagian dari perayaan di Pura Duur Kauh Kayu Padi, salah satu pura yang sangat dihormati di Desa Pupuan. Pura Duur Kauh Kayu Padi sendiri memiliki nilai sejarah dan sakral yang tinggi, karena diyakini sebagai tempat yang pertama kali disinggahi oleh Sri Bima Sakti saat tiba di desa ini. Masyarakat percaya bahwa pura ini adalah tempat yang penuh berkah, di mana kekuatan spiritual Sri Bima Sakti dapat dirasakan dan menyebar ke seluruh pelosok desa, menjaga keharmonisan dan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, setiap piodalan di Pura Duur Kauh Kayu Padi tidak hanya menjadi momen untuk berdoa, tetapi juga untuk mempererat kebersamaan dan rasa persaudaraan di antara warga desa. Disaat itu juga masyarakat kemudian menggelar Tari Baris Balawadwa sebagai penghormatan kepada para pengawal Sri Bima Sakti yang setia melindungi desa.
Tari Baris Balawadwa di Pura Pusah Desa Bale Agung (Sumber: Koleksi Pribadi)
Masyarakat adat Pupuan memiliki keyakinan yang kuat terhadap makna spiritual dari Tari Baris Balawadwa. Bagi mereka, tarian ini bukan sekadar bentuk ekspresi seni tradisional, tetapi juga merupakan media komunikasi dengan para leluhur serta dewa-dewa yang dipercaya melindungi dan menjaga keharmonisan desa. Dalam setiap gerakan yang dibawakan oleh para penari, terkandung doa, harapan, dan penghormatan kepada kekuatan-kekuatan suci yang diyakini hadir untuk memberikan perlindungan dan kesejahteraan.
Oleh karena itu, pementasan Tari Baris Balawadwa tidak bisa dilakukan sembarangan. Tarian ini hanya dipersembahkan pada saat-saat tertentu yang telah ditetapkan oleh aturan adat setempat, biasanya pada upacara keagamaan atau perayaan penting. Salah satu kesempatan penting untuk pementasan tarian ini adalah saat piodalan, yaitu perayaan ulang tahun pura, di Pura Duur Kauh Kayu Padi dan Pura Puseh Desa Bale Agung. Pada saat itulah, masyarakat berkumpul untuk menyaksikan dan merasakan nuansa sakral dari tarian ini, seolah-olah menyatu dengan energi spiritual yang memancar dari setiap gerakan dan tabuhan musik pengiringnya.
Pura Puseh Desa Bale Agung (Sumber: Koleksi Pribadi)
Tari Baris Balawadwa adalah salah satu warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai historis dan spiritual. Sebagai tarian sakral, tari ini tidak hanya menyampaikan cerita tentang persatuan dan keberanian, tetapi juga menjadi sarana untuk menjaga keseimbangan spiritual antara dunia nyata dan dunia gaib. Masyarakat adat Pupuan, dengan komitmennya yang kuat, terus melestarikan tradisi ini sebagai bagian penting dari kehidupan mereka. Pelestarian Tari Baris Balawadwa bukan hanya menjaga kelangsungan warisan leluhur, tetapi juga melestarikan identitas budaya yang menjadi jati diri masyarakat adat Pupuan.