Ter-teran: Perang Api Sakral di desa jasri, Ritual Tolak Bala Penuh Adrenalin

Dalam keheningan malam menjelang Hari Raya Nyepi, Desa Jasri di Karangasem, Bali, menggelar sebuah ritual kuno yang penuh energi dan spiritualitas, Ter-teran atau perang api. Tradisi yang telah diwariskan turun-temurun ini bukan sekadar tontonan, tetapi ritual sakral untuk menolak bala dan mengusir roh jahat demi menjaga harmoni alam dan kehidupan manusia.

Nov 24, 2024 - 11:00
Oct 22, 2024 - 17:38
Ter-teran: Perang Api Sakral di desa jasri, Ritual Tolak Bala Penuh Adrenalin
Ter-teran ( Sumber Photo : Koleksi Pribadi )

Di tengah gempuran modernisasi, Desa Jasri di Kabupaten Karangasem, Bali, tetap mempertahankan tradisi sakral yang memacu adrenalin, yaitu ter-teran. Tradisi ini bukan sekadar atraksi budaya, tetapi juga sebuah ritual sakral yang dilakukan untuk menolak bala, menjadikan alam serta kehidupan masyarakat lebih tenteram dan damai. Ter-teran, yang berarti 'saling melempar' dalam bahasa Bali, adalah sebuah upacara sakral yang telah berlangsung selama berabad-abad. Ritual ini dilaksanakan setiap tahun pada malam Tilem Kesanga, atau bulan kesembilan dalam kalender Bali, yang biasanya jatuh pada bulan Maret.Ter-teran, yang juga dikenal sebagai Perang Api, adalah bagian dari rangkaian upacara Usaba Muu-Muu yang digelar setiap dua tahun sekali, tepatnya pada tahun ganjil menjelang Hari Raya Nyepi. Ritual ini bertujuan untuk mengusir bhuta kala, atau roh-roh jahat, yang diyakini bisa mengganggu keseimbangan alam dan kehidupan manusia.Tradisi ini sarat makna spiritual dan sosial-budaya. Di balik kemeriahan dan riuhnya suara instrumen perang api, terdapat upaya kolektif warga desa untuk menjaga harmoni Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (kehidupan manusia).

Ter-teran ( Sumber Photo : Koleksi Pribadi )

Acara ter-teran dilakukan dengan membentuk dua kelompok warga, yakni dari wilayah Jasri Kaler (utara) dan Jasri Kelod (selatan). Setiap kelompok dibekali obor atau "prakpak", terbuat dari daun kelapa kering yang dibakar. Senjata tradisional ini diikat di ujung tongkat atau kayu kecil untuk memperjauh jangkauan lemparan.Ketika waktu memulai perang tiba, kedua kelompok akan saling melempar api. Secara ritmik, obor melayang di udara, melewati batas antara dua kubu. Momen ini menjadi puncak dari ritual, di mana semangat juang, keberanian, serta kepercayaan pada tradisi leluhur ditunjukkan dengan penuh antusias.Mengingat aktivitas ini melibatkan api, persiapan matang diperlukan. Para peserta biasanya sudah terbiasa dan terlatih dengan aturan serta teknik bermain api. Pemerintah desa, bersama pihak keamanan dan penyelenggara, memastikan bahwa ritual berlangsung dengan aman tanpa membahayakan peserta maupun penonton.

Ter-teran ( Sumber Photo : Koleksi Pribadi )

Melibatkan elemen api dalam sebuah tradisi tentu memerlukan kewaspadaan yang tinggi. Panitia juga sering kali menyediakan alat pemadam kebakaran dan tim medis untuk berjaga-jaga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Meski awalnya merupakan bagian dari ritual keagamaan, ter-teran kini juga menjadi daya tarik wisata budaya. Wisatawan dari berbagai pelosok dunia datang untuk menyaksikan aksi adu berani ini, menikmati eksotisme serta spiritualitas yang terjalin dalam tradisi tersebut. Tradisi ter-teran menjadi bukti nyata keterhubungan yang harmonis antara manusia dengan alam.

Melalui tradisi ini, warga Desa Jasri tidak hanya merayakan warisan leluhur, tetapi juga mempromosikan nilai-nilai persatuan, keberanian, dan saling gotong royong yang dihadirkan di atas panggung ritual api. Dengan segala kemeriahannya, ter-teran lebih dari sekadar festival perang api yang memacu adrenalin. Ini adalah cerminan kuat dari budaya dan spiritualitas masyarakat Bali, yang terus lestari di tengah perubahan zaman. Melalui acara ini, Desa Jasri tidak hanya merawat tradisi, tetapi juga menyampaikannya ke panggung dunia, menerangi jalan bagi generasi berikutnya untuk tetap terhubung dengan akar budaya mereka.