Tradisi Ngejot Jerimpen Galungan di Desa Baha: Makna dan Peran Pengantin Baru dalam Melestarikan Adat Bali

Desa Baha, sebuah desa tradisional di Kabupaten Badung, Bali, masih mempertahankan tradisi adat dan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang paling khas di desa ini adalah "Ngejot Jerimpen" pada Hari Raya Galungan, sebuah ritual yang tidak hanya sarat makna namun juga menjadi ajang untuk menjaga dan memperkuat ikatan antarwarga. Tradisi ini pun memiliki peran khusus bagi para pengantin baru, yang menjadi ujung tombak dalam pelestarian adat ini.

Dec 27, 2024 - 11:00
Nov 12, 2024 - 15:59
Tradisi Ngejot Jerimpen Galungan di Desa Baha: Makna dan Peran Pengantin Baru dalam Melestarikan Adat Bali
Banten Jerimpen di Bale dangin (Sumber: Koleksi Pribadi)

Hari Raya Galungan adalah salah satu hari raya terbesar bagi masyarakat Hindu di Bali. Galungan melambangkan kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan). Pada momen ini, masyarakat Bali merayakan kehadiran dewa-dewa dan leluhur yang turun ke bumi untuk memberkati keluarga mereka. Umat Hindu Bali mengadakan berbagai upacara dan kegiatan keagamaan untuk menghormati leluhur, dewa, serta mengucapkan syukur atas berkah yang mereka terima.Tradisi Ngejot Jerimpen merupakan bentuk rasa syukur yang diwujudkan dengan berbagi makanan kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar. Tradisi ini bukan hanya sekadar memberi atau menerima makanan, namun lebih kepada nilai gotong-royong dan rasa persatuan yang mengikat masyarakat Bali secara kultural dan spiritual.

Prosesi Natap di Bale dangin (Sumber: Koleksi Pribadi)

Ngejot adalah tradisi berbagi makanan yang dilakukan pada hari-hari suci umat Hindu di Bali, seperti Galungan, Kuningan, dan Hari Raya lainnya. Dalam konteks Hari Raya Galungan, Ngejot Jerimpen menjadi lebih spesial karena dilakukan dengan lebih khidmat dan khusus. Makanan yang diberikan biasanya berupa nasi, lauk-pauk, serta kue-kue tradisional Bali yang dimasak oleh setiap keluarga.Jerimpen, dalam bahasa Bali, merujuk pada sajian atau persembahan yang dikemas khusus dalam tampah atau nampan. Nasi dan lauk-pauk yang disiapkan dihias dengan cantik, menunjukkan rasa hormat serta perhatian yang tinggi dalam berbagi. Ngejot Jerimpen dilakukan untuk saling memberikan berkah kepada sesama, menunjukkan sikap saling peduli, dan mempererat hubungan antar anggota masyarakat.

Dalam tradisi Ngejot Jerimpen, pengantin baru memiliki peran penting. Mereka diharapkan menjadi panutan dalam melaksanakan dan melestarikan tradisi ini. Para pengantin baru diberi amanah oleh keluarga besar untuk menyiapkan sesajen dan makanan yang akan dibagikan kepada warga desa, khususnya para tetua atau sesepuh yang dihormati. Hal ini bertujuan agar mereka lebih memahami makna Galungan dan Ngejot Jerimpen serta belajar tanggung jawab dalam menjalankan tradisi.

Banten Jerimpen (Sumber: Koleksi Pribadi)

Tanggung jawab yang diberikan kepada pengantin baru ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, agar mereka dapat belajar menghormati nilai-nilai adat dan budaya Bali. Kedua, supaya mereka lebih mengenal warga desa dan membangun hubungan yang lebih erat dengan masyarakat sekitar. Ketiga, sebagai sarana memperkuat hubungan keluarga, di mana pengantin baru bekerja sama dengan anggota keluarga lainnya dalam menyiapkan makanan dan sesajen.Melalui tradisi Ngejot Jerimpen, pengantin baru diajarkan makna berbagi dan menghormati leluhur serta dewa-dewa yang turun untuk memberikan berkah. Kegiatan ini bukan hanya sekadar membagikan makanan, melainkan juga mempererat hubungan batin dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Pengantin baru diharapkan memiliki sikap rendah hati, saling tolong-menolong, serta mampu menunjukkan rasa syukur atas segala berkah yang diterima.

Dalam ajaran Hindu Bali, upacara dan tradisi seperti Ngejot Jerimpen memiliki makna filosofis yang mendalam. Proses memberi tanpa mengharapkan imbalan, menghargai setiap makanan yang dibagikan, serta melakukannya dengan hati yang tulus menjadi pelajaran penting bagi pengantin baru. Tradisi ini juga menjadi ajang pembelajaran mengenai arti dari kebersamaan dan persatuan dalam menjaga keharmonisan masyarakat.

Prosesi Natap di Bale dangin(Sumber: Koleksi Pribadi)

Pada pagi Hari Raya Galungan, setiap keluarga di Desa Baha mulai menyiapkan masakan dan sajian untuk Ngejot Jerimpen. Nasi, lauk-pauk, serta kue-kue tradisional Bali disiapkan dan ditata dengan rapi dalam tampah. Pengantin baru bertugas untuk membantu menata makanan ini dengan baik, kemudian membawanya untuk dibagikan ke rumah-rumah warga. Biasanya, pengantin baru juga akan mengenakan pakaian adat Bali sebagai simbol penghormatan terhadap adat dan tradisi yang mereka jalankan.Setelah makanan dibagikan, keluarga yang menerima akan mendoakan berkah bagi pemberi. Hal ini menciptakan suasana hangat dan penuh makna di antara warga desa. Rasa syukur dan harapan baik mengalir melalui doa-doa yang diucapkan oleh para sesepuh desa, yang menganggap bahwa tradisi ini membawa kebaikan dan keberkahan bagi seluruh masyarakat Desa Baha.

Meskipun tradisi ini masih dilakukan dengan baik di Desa Baha, tantangan dalam melestarikan Ngejot Jerimpen tetap ada. Arus modernisasi dan perubahan gaya hidup kerap kali membuat generasi muda merasa bahwa tradisi ini tidak lagi relevan. Namun, dengan keterlibatan pengantin baru, ada harapan besar bahwa tradisi ini akan terus dilestarikan. Para pemuka adat dan sesepuh desa kerap memberikan nasihat kepada pengantin baru untuk tetap menjaga dan menjalankan tradisi ini.Bahkan, beberapa keluarga telah mulai melibatkan anak-anak dan remaja dalam proses persiapan Ngejot Jerimpen agar mereka mengenal tradisi ini sejak dini. Dengan demikian, diharapkan generasi muda dapat merasa lebih terikat pada tradisi mereka dan memiliki kebanggaan terhadap budaya mereka sendiri.