Tradisi Lukat Geni : Ritual Unik Penyucian Skala Niskala Melalui Perang Api Di Desa Paksabali

Lukat Geni adalah sebuah tradisi yang merangkum upaya pembersihan dan penyucian dalam dua dimensi yang saling melengkapi, yaitu dimensi fisik (Sekala) dan dimensi spiritual (Niskala). Penggunaan elemen api sebagai media utama dalam tradisi ini mengandung makna mendalam, karena api dianggap sebagai simbol pembersihan dan transformasi dalam banyak kepercayaan dan filosofi di Bali.

Oct 21, 2023 - 06:50
Sep 25, 2023 - 16:18
Tradisi Lukat Geni : Ritual Unik Penyucian Skala Niskala Melalui Perang Api Di Desa Paksabali
Tradisi Lukat Geni (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Setiap daerah atau wilayah di Bali memiliki kaya akan tradisi, seni, dan budaya. Tradisi ini mengakar dalam sejarah dan warisan budaya dari para leluhur yang telah mewariskannya secara turun-temurun. Di Desa Paksabali, yang terletak di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung, memang merupakan salah satu dari banyaknya desa di Bali yang memiliki tradisi yang sangat unik dan berbeda dari yang biasanya dilakukan oleh umat Hindu. Tradisi Desa Paksabali telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari penduduknya, dan salah satu di antaranya yang sangat mencolok dan unik ialah Tradisi Lukat Geni. 

Tradisi Lukat Geni yang diwariskan dari Puri Satria Kawan Klungkung telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang telah dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat sejak zaman dahulu. Lukat Geni adalah perpaduan kata "Lukat" dan "Geni," yang masing-masing memiliki makna mendalam yang menggambarkan esensi tradisi ini. 
                                             

Kata "Lukat," dalam konteks Lukat Geni, mencerminkan upaya pembersihan atau penyucian dari segala kotoran, baik itu kotoran fisik maupun kotoran batin. Ini adalah langkah penting dalam menjaga kesucian dan kebersihan jiwa dan tubuh. Sementara itu, kata "Geni" merujuk pada elemen api, yang dianggap suci dan memiliki nilai sakral dalam kepercayaan Hindu di Bali. 

Jadi, Lukat Geni adalah sebuah tradisi yang merangkum upaya pembersihan dan penyucian dalam dua dimensi yang saling melengkapi, yaitu dimensi fisik (Sekala) dan dimensi spiritual (Niskala). Penggunaan elemen api sebagai media utama dalam tradisi ini mengandung makna mendalam, karena api dianggap sebagai simbol pembersihan dan transformasi dalam banyak kepercayaan dan filosofi di Bali. Dalam konteks Lukat Geni, api digunakan sebagai alat untuk membantu membersihkan dan menyucikan diri, sehingga individu dapat mencapai kesucian lahir dan batin.

Tradisi Lukat Geni memiliki sejumlah tujuan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali khususnya di Puri Satria Kawan Klungkung. Tujuan tersebut antara lain adalah sebagai ritual pembersihan yang melibatkan kedua dimensi, yakni Sekala dan Niskala, dengan maksud untuk menjaga kesucian dan kebersihan, baik scarak fisik maupun spiritual. Melalui Lukat Geni, masyarakat berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan, mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi, dan merasakan keseimbangan dalam hubungan mereka dengan alam semesta.

Selain itu, tradisi ini juga memiliki peran penting dalam memperkuat nilai-nilai kebudayaan dan keagamaan yang telah diwariskan oleh para leluhur. Lukat Geni menjadi salah satu cara untuk menjaga keberlanjutan budaya dan keyakinan spiritual yang telah ada selama berabad-abad. Tradisi Lukat Geni membantu individu untuk menghilangkan sifat buruk dalam diri mereka sebelum melaksanakan atau merayakan Catur Bratha Penyepian. Ini adalah persiapan spiritual yang penting untuk memasuki periode penyepian tersebut dengan hati yang bersih dan pikiran yang tenang.

Dengan berbagai tujuan penting ini, Tradisi Lukat Geni tidak hanya menjadi bagian dari identitas budaya dan spiritual masyarakat Puri Satria Kawan Klungkung, tetapi juga menjadi fondasi yang kuat dalam menjaga keharmonisan antara manusia, alam semesta, dan nilai-nilai luhur yang mereka anut.

Tradisi Lukat Geni (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
      

Menurut berbagai sumber, Lukat Geni adalah tradisi yang dipraktikkan oleh sekelompok pemuda-pemudi dan pengelingsir puri dari Puri Kawan setempat. Tradisi ini dilaksanakan pada malam pengerupukan, yang jatuh pada sasih Kesanga atau tepatnya satu hari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi. Tempat pelaksanaan tradisi ini biasanya berada di Perempatan Satria Kawan (Catus Pata) pada Merajan Agung Puri Satria Kawan.

Sebelum memulai Tradisi Lukat Geni, peserta diharuskan mengikuti pantangan selama minimal tiga hari, dengan sepenuh hati menjalani proses pemurnian dan pemisahan diri dari segala keterikatan duniawi.  Kemudian, di pagi hari, masyarakat berkumpul di Pura Seganing untuk melakukan persembahyangan yang dipimpin oleh Jero Mangku. Dalam ritual ini, mereka bersama-sama memohon keselamatan dan kelancaran dalam menjalani Tradisi Lukat Geni.

Setelah prosesi sebelumnya selesai, langkah berikutnya adalah meminta restu di Merajan Agung Puri Satria Kawan. Tahap selanjutnya melibatkan upacara penyucian dan pelengkap terhadap obor yang akan digunakan sebagai alat untuk membakar Prakpak dalam pelaksanaan ritual Lukat Geni. Prakpak merupakan bagian dari pohon kelapa yang berupa daun kelapa yang sudah kering dan diikat menggunakan sebuah tali, prakpak inilah yang akan digunakan sebagai alat Ritual Tradisi Lukat Geni, dengan membakar ujung daun kelapa dengan obor yang telah di Pasupati. Setelah semua tahapan di atas selesai, prosesi puncak dari Tradisi Lukat Geni akan dilaksanakan. 

Upacara Lukat Geni melibatkan 33 peserta, sesuai dengan jumlah Pengurip, yang mengikuti aturan pembakaran obor. Pelaksanaan pembakaran obor ini melibatkan 5 orang yang mengenakan pakaian putih dan berdiri di sisi timur, 9 orang dengan pakaian berwarna merah yang berada di sisi selatan, 7 peserta berpakaian kuning yang berdiri di sisi barat, 4 peserta dengan pakaian hitam yang berada di sisi utara, dan 8 peserta di tengah yang mengenakan pakaian dengan berbagai warna. Upacara ini dimulai pada pukul 18.30 dan berakhir ketika semua selesai.

Klimaks dari ritual Tradisi Lukat Geni mencapai puncaknya saat terjadi pertarungan api atau pengelukatan dengan api. Awalnya, ritual ini melibatkan serangkaian pertempuran satu lawan satu di mana peserta secara bergantian saling memukul lawan dengan prakpak yang berisi api, dan pertarungan ini berlangsung hingga api pada Prakpak padam. Setelah semua peserta telah memiliki kesempatan untuk melakukannya satu lawan satu, ritual ini berlanjut dengan pertarungan berkelompok yang melibatkan seluruh peserta dari berbagai sudut yang telah ditentukan sebelumnya. Mereka semua terlibat dalam pertarungan bersama dengan api, menciptakan momen yang sangat mendebarkan dalam upacara ini.

Yang menariknya, dalam seluruh prosesi Ritual Lukat Geni ini, tidak seorang pun dari warga yang mengalami cedera, meskipun mereka menggunakan Prakpak yang berisi Api atau Geni yang terbuat dari daun nyuh atau daun kelapa yang sudah kering tersebut. Prosesi ini sungguh mengesankan dan penuh ketegangan, terutama ketika diiringi oleh irama tabuhan Gong Baleganjur yang memicu semangat dan antusiasme tinggi dari seluruh peserta dan masyarakat dalam melaksanakan aktivitas Lukat Geni ini. Keselamatan mereka selama upacara ini memberikan nuansa keajaiban dan keberkahan pada Ritual Lukat Geni.

Setelah selesai kegiatan tradisi atau Ritual Lukat Geni di Perempatan Satria, warga kembali ke Merajan Agung Puri Satria Kawan untuk melaksanakan suatu persembahyangan sebagai wujud rasa terima kasih dan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena kegiatan sudah berjalan dengan baik. Tradisi yang dilaksanakan setiap pengerupukan ini sebenarnya memiliki tujuan utama yaitu menyeimbangkan Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (mahluk hidup), serta pembersihan diri baik scara Jasmani maupun Rohani