Pura Luhur Natar Sari Tempat Ritual "Paruman Barong"

Pura Luhur Natar Sari, yang terletak di Kabupaten Tabanan, Bali, adalah sebuah pura yang menggambarkan konsep Tri Mandala dalam agama Hindu. Kompleks ini terdiri dari tiga bagian utama, masing-masing mewakili tiga alam dalam keyakinan Hindu. Yang menarik, Pura Luhur Natar Sari mengadakan upacara Piodalan Ageng setiap 210 hari, yang melibatkan puluhan Barong dari seluruh Bali yang dikenal dengan ritual Paruman Barong yang dimana ritual ini menciptakan ikatan sosial dan harmoni lintas budaya, menunjukkan toleransi dalam tradisinya. Pura ini menjadi contoh harmoni budaya dan keberagaman yang kuat di Bali.

Nov 20, 2023 - 06:06
Sep 24, 2023 - 17:20
Pura Luhur Natar Sari Tempat Ritual "Paruman Barong"
Pemangku Pura Luhur Natar Sari Matur Piuning Saat Piodalan (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)

Pura Luhur Natar Sari merupakan sebuah Pura yang terletak di Kabupaten Tabanan, Kecamatan Baturiti, tepatnya terletak di desa Apuan. Pura Luhur Natar Sari diurus oleh lima desa adat yaitu Desa Apuan, Desa Jelantik, Desa Tua, Desa Bunutin dan Desa Pinge.

Seperti Pura pada umumnya Pura Luhur Natar Sari memiliki tiga bagian yang disebut dengan Tri Mandala dimana Tri Mandala merupakan lambang dari Tri Loka yaitu tiga alam yang diyakini oleh umat hindu. Pada bagian paling luar merupakan bagian Nista Mandala yang merupakan lambang dari Bhur Loka. Pada Pura Luhur Natar Sari pada kawasan Nista Mandala terdapat sebuah Wantilan Desa yang biasanya digunakan untuk mengadakan rapat, selain itu juga digunakan sebagai tempat melakukan pertunjukan dan hiburan. Selain wantilan terdapat pula sembilan patung yang merupakan perwujudan dari Dewata Nawa Sanga yang merupakan Dewa penguasa arah mata angin pada agama hindu. Sembilan patung perwujudan Dewata Nawa Sanga pada Pura Luhur Natar Sari dilambangkan dengan tokoh-tokoh pewayangan seperti Anoman yang melambangkan Dewa Iswara penguasa arah timur, Anggada melambangkan Dewa Maheswara yang merupakan penguasa arah tenggara, Singajnana melambangkan Dewa Brahma penguasa arah selatan, Sugriwa melambangkan Dewa Rudra yaitu penguasa arah barat daya, Sangut melambangkan Dewa Mahadewa yang merupakan penguasa arah barat, Anila melambangkan dewa Sangkara penguasa arah barat laut, Dalem melambangkan Dewa Wisnu sebagai penguasa arah utara, Sempati melambangkan Dewa Sambu penguasa arah timur laut, dan yang terakhir yaitu Rahwana melambangkan Dewa Siwa yang merupakan penguasa arah tengah. Selain itu juga terdapat Pura Melanting Desa Adat Apuan yang merupakan tempat pemujaan Ista Dewata dalam manifestasinya sebagai Dewa Kuwera, yaitu pemberi kesejahteraan bagi umat Hindu yang berprofesi sebagai pedagang, dengan harapan agar Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk serta tuntunannya agar mendapatkan keberuntungan, untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Setelah itu masuk ke dalam wilayah Madya Mandala yang melambangkan Bwah Loka, terdapat Bale Gunung Rata yang umumnya dipergunakan untuk menyambut tamu istimewa yang mengunjungi Pura Luhur Natar Sari. Di tengah kawasan Madya Mandala terdapat sebuah Bale Saka Pat yang merupakan tempat pengitaran saat terdapat upacara berlangsung. Di Madya Mandala pada Pura Luhur Natar Sari juga memiliki dua Bale Kulkul yaitu Bale Kulkul desa dan Bale Kulkul pura, kedua Bale Kulkul ini memiliki fungsi yang berbeda, dimana Bale Kulkul Pura dibunyikan saat terdapat upacara adat berlangsung sedangkan Bale Kulkul Desa digunakan sebagai sarana komunikasi untuk memberi tanda kepada masyarakat. Terdapat juga Pelinggih Apit Lawang yang dipercayai oleh umat hindu berfungsi untuk menjaga kesucian pura.

Memasuki bagian terdalam Pura Luhur Natar Sari yaitu Utama Mandala yang melambangkan Swah Loka. Di kawasan ini lah upacara pemujaan berlangsung. Di Utama Mandala terdapat pelinggih utama yaitu Pelinggih Padma Pajenengan. Pada Pelinggih Padma Pajenengan berstana Sang Hyang Siwa Pasupati. Pada zaman dahulu tokoh-tokoh Kerajaan Majapahit datang ke Pulau Bali karena menerima wahyu yaitu petunjuk dari Sang Hyang Widi Wasa. Wahyu itu mengarahkan tokoh-tokoh tersebut untuk pergi ke Pulau Bali dan akhirnya sampai ke Pura Luhur Natar Sari. Terdapat sebuah tokoh Kerajaan Majapahit yang bernama Ida Ratu Wayan Sakti, beliau melakukan semedi dan mendapat petunjuk bahwa yang berstana di Pura Luhur Natar Sari ialah Sang Hyang Siwa Pasupati. Di kawasan Utama Mandala juga terdapat sembilan patung Dewata Nawa Sanga seperti pada Nista Mandala. Terdapat pula Padma Tiga atau pelinggih Tri Murti yang merupakan pelinggih tempat memuja tiga manifestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa yang bertugas untuk menciptakan, memelihara dan melebur yaitu Dewa Brahma sebagai sang pencipta, Dewa Wisnu sang pemelihara dan Dewa Siwa sebagai sang pelebur. Padma yang berada di sebelah kanan merupakan persimpangan Pura Candi Mas, Padma yang terletak sebelah kiri merupakan persimpangan ke Pura Teratai Bang dan yang di tengah merupakan persimpangan ke Pura Puncak Rsi. 

Pemuda Desa Apuan Megambel Saat Piodalan (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)

Upacara Piodalan di Pura Luhur Natar Sari dilaksanakan saat Saniscara Kliwon Wuku Klurut atau biasa disebut Tumpek Klurut yaitu setiap 210 hari yaitu setiap 6 bulan kalender Bali. Sesuai dengan tradisi di bali, Piodalan Ageng dilakukan satu tahun sekali dan diselingi dengan Piodalan Alit dimana ageng berarti besar dan alit berarti kecil, saat Piodalan Ageng di Pura Luhur Natar Sari terdapat hal menarik yang dapat yang disaksikan yaitu ritual "Paruman Barong" .Piodalan Ageng di Pura Luhur Natar Sari diawali dengan prosesi pangunyan tapakan Ida Bhatara Sakti kairing menuju ke desa-desa dan pura yang ada kaitannya di Kabupaten Tabanan, Badung, dan Gianyar, selama 42 hari dimulai pada Hari Raya Galungan hingga hari Buda Pahing Krulut, dan diakhiri dengan prosesi malasti di Pantai Batu Bolong, Desa Canggu, Kabupaten Badung. Dapat dikatakan pada prosesi ini desa-desa dan Pura yang disinggahi selama 42 hari tersebut diundang untuk datang pada saat Piodalan Ageng Pura Luhur Natar Sari. Pada puncak Piodalan Ageng di Pura Luhur Natar Sari dihadiri puluhan Tapakan Ratu Gede (barong) serta ribuan pemedek dari seluruh penjuru Pulau Bali, dimana biasanya sehari sebelum puncak Piodalan Ageng dimulai, sebagian pemedek dan pengiring barong menginap di kediaman warga setempat dekat Pura Luhur Natar Sari. Terdapat hal yang unik dan berbeda di Pura Luhur Natar Sari dibanding dengan Pura lainnya, dimana di Pura Luhur Natar Sari pada saat puncak Piodalan Ageng seluruh Tapakan Ida Bhatara napak pertiwi (Bhatara Tedun Kabeh), sedangkan di pura lain umumnya melinggih di Bale Papelik/Bale Paruman. Kehadiran puluhan Barong dari seluruh penjuru Pulau Bali yang hadir di Piodalan Ageng Pura Luhur Natar Sari dengan prosesi Bhatara Tedun Kabeh ini lah yang dikenal dengan ritual Paruman Barong. Pedagang makanan, pakaian, aksesoris, tanaman, dan hewan juga ramai terlihat di sekitar Pura Luhur Natar Sari. Tak heran, dengan banyaknya pemedek dan pengiring barong yang datang ke Pura Luhur Natar Sari tentu menjadi kesempatan emas bagi berbagai jenis pedagang untuk mencari peruntungan.

Salah satu aspek menarik dari Pura Luhur Natar Sari adalah toleransi yang ditunjukkan dalam tradisinya, di mana desa-desa dan pura lain diundang untuk berpartisipasi dalam perayaan agama, lalu bagaimana bagaimana warga Desa Apuan yang melakukan prosesi pangunyan tapakan Ida Bhatara Sakti kairing ke berbagai desa dan pura di Pulau Bali disambut hangat oleh warga-warga desa yang diundang dan juga sebaliknya bagaimana warga Desa Apuan menyambut hangat dan bahkan menyediakan tempat untuk para pemedek tinggal dan beristirahat sementara, dapat dilihat bahwa hal ini menciptakan ikatan sosial dan harmoni lintas budaya yang kuat. Pura ini menjadi contoh bagaimana berbagai komunitas dari berbagai desa dapat hidup berdampingan dengan damai dalam keberagaman budaya.