Pura Dalem Bungkeneng: 9 Arca dalam Konsep Tri Bhuwana

Pura Dalem Bungkeneng terletak di Desa Adat Tonja, Bali yang terkenal dengan koleksi arca-arca kuno, termasuk Dwarapala, arca hewan mitologi, dan arca binatang. Pura ini merupakan tempat untuk persembahyangan sekaligus perlindungan spiritual, dengan arca-arca yang ditempatkan sebagai penjaga untuk menangkal energi negatif. Setiap arca memiliki ciri khas dan simbolisme tertentu, mencerminkan budaya dan nilai-nilai spiritual masyarakat Bali.

Feb 18, 2025 - 06:00
Feb 17, 2025 - 08:32
Pura Dalem Bungkeneng: 9 Arca dalam Konsep Tri Bhuwana
Pintu Masuk Pura/Kori Agung (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Pura Dalem Bungkeneng: 9 Arca dalam Konsep Tri Bhuwana
Pura Dalem Bungkeneng: 9 Arca dalam Konsep Tri Bhuwana
Pura Dalem Bungkeneng: 9 Arca dalam Konsep Tri Bhuwana
Pura Dalem Bungkeneng: 9 Arca dalam Konsep Tri Bhuwana
Pura Dalem Bungkeneng: 9 Arca dalam Konsep Tri Bhuwana

Pura Dalem Bungkeneng adalah salah satu pura yang penuh makna dan nilai sejarah di Denpasar, Bali. Pura ini menawarkan arsitektur dan relief yang menggambarkan filosofi agama Hindu, khususnya konsep Tri Bhuwana yang penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Bali. Keunikan dari Pura Dalem Bungkeneng ini adalah adanya sembilan arca utama yang melambangkan berbagai elemen dalam ajaran Hindu, berlandaskan pada konsep Tri Bhuwana, yaitu dunia atas, tengah, dan bawah.

Pura Dalem Bungkeneng (Sumber Foto: Koleksi Pribadi) 

Tri Bhuwana merupakan pandangan kosmologis yang membagi alam semesta menjadi tiga bagian, yaitu Bhur Loka (dunia bawah atau alam fisik), Bwah Loka (dunia tengah atau alam manusia), dan Swah Loka (dunia atas atau alam spiritual). Pura ini dibangun dengan tata letak dan simbolisme yang menunjukkan tiga dunia ini, serta makhluk atau elemen yang berpengaruh di setiap alam tersebut. Berikut adalah ulasan mendalam mengenai sembilan arca dalam Pura Dalem Bungkeneng dalam konsep Tri Bhuwana.

Sejarah Singkat Pura Dalem Bungkeneng

Pura Dalem Bungkeneng terletak di wilayah Denpasar, Bali. Pura ini diyakini telah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu dan telah menjadi saksi sejarah perkembangan agama Hindu di Bali. Nama "Dalem Bungkeneng" merujuk pada tempat yang memiliki kekuatan mistis dan sakral, serta menjadi pusat pemujaan roh leluhur. Karena itu, Pura Dalem biasanya berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Siwa yang merupakan Dewa pelebur dalam ajaran Hindu.

Gedong Ratu Gede Dalem (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Pura ini juga memiliki fungsi sebagai pusat ritual kematian atau ngaben, di mana masyarakat Bali mempersembahkan doa dan sesaji untuk mengantarkan roh leluhur mereka ke alam baka. Selain sebagai tempat pemujaan, Pura Dalem Bungkeneng juga berfungsi sebagai tempat meditasi dan perenungan bagi para pendeta serta masyarakat yang ingin mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa, atau Tuhan Yang Maha Esa. 

Pura Dalem Bungkeneng dan Masyarakat Tonja

Bagi masyarakat Tonja, Pura Dalem Bungkeneng memiliki peran yang sangat penting sebagai pusat spiritual dan ritual. Di dalam tradisi Bali, terutama di wilayah Denpasar, pura-pura Dalem sering menjadi tempat pemujaan kepada Dewa Siwa, terutama sebagai representasi aspek pelebur atau pengendali dari kekuatan kosmis. Dengan demikian, Pura Dalem Bungkeneng menjadi tempat untuk mengadakan berbagai upacara kematian, seperti ngaben, dan juga sebagai tempat untuk memuja leluhur serta memohon perlindungan agar terhindar dari berbagai roh halus dan energi negatif yang mungkin mengganggu.

Suasana Odalan di Pura Dalem Bungkeneng (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Selain sebagai tempat ibadah, Pura Dalem Bungkeneng bagi masyarakat Tonja juga menjadi tempat untuk mengembangkan nilai-nilai kebijaksanaan, keberanian, dan kedewasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pura ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk memahami lebih dalam tentang ajaran Hindu dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan mereka.

Konsep Tri Bhuwana dalam Pura Dalem Bungkeneng

Tri Bhuwana adalah konsep kosmologi Hindu yang membagi alam semesta menjadi tiga bagian. Dalam Pura Dalem Bungkeneng, ketiga bagian ini direpresentasikan melalui sembilan arca yang memiliki peran serta simbolisme yang berbeda-beda. Berikut adalah tiga dunia dalam Tri Bhuwana:

  1. Bhur Loka: Dunia bawah yang merupakan dunia fisik, alam nyata yang dihuni oleh manusia, hewan, dan makhluk lainnya. Di sini, manusia menjalani kehidupan sehari-hari, berjuang untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mencapai tujuan hidup.
  2. Bwah Loka: Dunia tengah yang merupakan dunia transisi antara Bhur Loka dan Swah Loka. Dunia ini dipercaya sebagai tempat tinggal bagi roh-roh leluhur yang telah meninggal namun belum mencapai pembebasan spiritual atau moksha. Dalam dunia ini, arca-arca di pura berperan sebagai perantara antara dunia fisik dan spiritual.
  3. Swah Loka: Dunia atas yang merupakan alam spiritual, tempat tinggal para dewa dan makhluk suci. Swah Loka adalah tujuan akhir bagi roh-roh yang telah mencapai moksha atau pembebasan dari siklus reinkarnasi.

Simbol 9 Arca Pura Dalem Bungkeneng

Pura Dalem Bungkeneng memiliki sembilan arca utama yang ditempatkan untuk merepresentasikan tiga lapisan alam atau Tri Bhuwana. Pemilihan sembilan arca ini tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi didasarkan pada makna mendalam yang terkait dengan prinsip kosmologis dalam ajaran Hindu. Berikut adalah beberapa alasan penting mengapa Pura Dalem Bungkeneng menggunakan sembilan arca dalam implementasi konsep Tri Bhuwana.

- Representasi Kosmologi Tri Bhuwana
Sembilan arca dalam Pura Dalem Bungkeneng mewakili ketiga bagian Tri Bhuwana yaitu Bhur Loka, Bwah Loka, dan Swah Loka. Setiap arca melambangkan elemen-elemen penting dalam setiap dunia. Penggunaan sembilan arca ini memperlihatkan bagaimana setiap aspek kehidupan terhubung dan membentuk keseimbangan yang harmonis. Bagi masyarakat Tonja, sembilan arca ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan fisik, spiritual, dan hubungan dengan leluhur.

- Simbol dari Proses Kehidupan dan Kematian
Pura Dalem Bungkeneng merupakan tempat yang erat kaitannya dengan siklus kehidupan, kematian, dan kehidupan kembali dalam Hindu, yang disebut dengan samsara. Arca-arca ini bukan hanya sekadar dekorasi, melainkan memiliki fungsi sakral dalam upacara kematian dan pengiriman roh ke alam baka. Sembilan arca tersebut mencakup aspek-aspek penting dari perjalanan manusia melalui berbagai alam dalam konsep Hindu, yang memperkuat pemahaman masyarakat Tonja tentang pentingnya persiapan spiritual untuk kehidupan berikutnya.

- Pengajaran Nilai-Nilai Kehidupan melalui Dewa-Dewi
Setiap arca melambangkan dewa atau dewi tertentu yang memiliki atribut khusus, seperti pengetahuan, keberanian, kesabaran, dan kedewasaan. Nilai-nilai ini adalah panduan bagi masyarakat Tonja dalam menjalani kehidupan mereka.

- Perlindungan dan Keseimbangan Energi Alam
Arca-arca dalam Pura Dalem Bungkeneng dipercaya mampu menjaga keseimbangan energi, serta mengendalikan kekuatan-kekuatan alam yang bisa berdampak pada kehidupan manusia. Dalam ajaran Hindu, dunia tidak hanya dihuni oleh manusia, tetapi juga oleh roh leluhur dan makhluk astral lainnya.

- Pemahaman Filosofis tentang Keseimbangan Spiritual
Sembilan arca ini adalah simbolisasi yang mendalam dari keseimbangan spiritual yang ingin dicapai dalam kehidupan. Tri Bhuwana mengajarkan masyarakat Tonja bahwa hidup tidak hanya terbatas pada dunia fisik, tetapi juga perlu mencakup aspek-aspek spiritual yang lebih tinggi. Melalui sembilan arca ini, masyarakat diajak untuk memahami bahwa kehidupan yang seimbang mencakup pemenuhan kebutuhan duniawi, keharmonisan dengan alam, serta pemenuhan kebutuhan spiritual sebagai jalan menuju moksha atau pembebasan dari siklus reinkarnasi.

9 Arca Dalam Pura Dalem Bungkeneng

Pura Dalem Bungkeneng memiliki sembilan arca utama yang ditempatkan secara simbolis untuk merepresentasikan konsep Tri Bhuwana ini. Arca-arca tersebut tidak hanya sebagai hiasan, tetapi memiliki makna mendalam dalam ajaran Hindu, serta berfungsi sebagai titik fokus dalam ritual dan upacara keagamaan.

Arca Dwarapala I  (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Dwarapala yang berasal dari kata "Dwara" yang berarti pintu dan "Pala" yang berarti penjaga. Jadi arti dari Dwarapala adalah penjaga pintu masuk. Arca duduk tanpa sandaran dengan kaki ditekuk, wajahnya bulat dan beraksen kuat, seperti mata melotot dan bibir bertaring. Mengenakan aksesoris sederhana dan tangan kanan memegang lutut, sementara tangan kiri di perut.

Arca Dwarapala II (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Arca ini duduk dengan satu kaki ditekuk ke atas, wajah bulat dengan taring dan rambut di bagian samping kepala. Tangan kanan ditekuk dengan kepalan, dan tangan kiri memegang lutut. Memakai kain bermotif sederhana.

Arca Dwarapala III  Bercorak Megalitik (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Duduk tanpa sandaran, kaki kanan dilipat di atas paha kiri. Wajah persegi dengan ciri khas taring dan telinga besar beraksesoris daun. Tangan kanan patah, dan tangan kiri terkepal di dada.

Arca Dwarapala IV Bercorak Megalitik (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Duduk di atas lapik berukir, kaki kanan di atas paha kiri, tangan kanan membawa gada, dan tangan kiri patah. Arca ini juga memiliki motif daun dan pola geometris.

Arca Dwarapala V (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Arca bersimpuh, mata melotot dan bertaring, memakai jamang di kepala. Tangan kanan menyilang membawa senjata, tangan kiri di lutut. Mengenakan gelang tangan dan kaki dengan motif sederhana.

Arca Dwarapala VI (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Arca ini menggambarkan sosok makhluk berwajah khas raksasa, duduk dengan posisi satu lutut. Tangan yang besar menunjukkan karakter kekuatan dan perlindungan. Arca semacam ini sering ditempatkan di pintu masuk pura untuk menjaga tempat suci dari roh jahat.

Arca Macan (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Arca berbentuk macan yang sedang beristirahat dengan kaki depan dan belakang ditekuk, mulut terbuka memperlihatkan taring, melambangkan penjaga yang waspada.

Arca Berwahana Angsa (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Arca ini adalah arca berwahana angsa. Wahana angsa adalah simbol dari kebijaksanaan dan kemurnian, serta sering dikaitkan dengan Dewa Saraswati dalam kepercayaan Hindu. Arca ini memperlihatkan figur yang berdiri dengan pakaian tradisional yang rumit, menandakan status spiritual dan sakralnya. Angsa sebagai wahana menunjukkan keagungan dan kehalusan, mencerminkan bahwa arca ini memiliki makna khusus, cenderung sebagai representasi pelindung atau pengayom yang terhubung dengan kebijaksanaan.

Bagian dari Arca Terakota (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Bagian kepala arca terakota yang menampilkan wajah persegi dengan alis tebal, mata bulat, hidung mancung, dan bibir terbuka memperlihatkan gigi. Rambutnya terikat di tengah kepala dengan hiasan bintang di dahi, memberikan kesan berwibawa. Pecahan ini diikat pada batu andesit dan ditempatkan di kebun, menambah kesan arca yang telah beradaptasi dengan lingkungannya.

Makna Filosofis dan Ritual di Pura Dalem Bungkeneng

Pura Dalem Bungkeneng adalah tempat yang penting bagi masyarakat Bali untuk mempelajari dan memahami konsep Tri Bhuwana secara lebih mendalam. Dengan adanya sembilan arca ini, masyarakat diajak untuk merenungi makna kehidupan, serta menghubungkan diri dengan alam fisik, alam transisi, dan alam spiritual. Setiap arca memiliki nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kebijaksanaan, keberanian, hingga keseimbangan dan pencapaian spiritual.

Ritual di Pura Dalem Bungkeneng biasanya mencakup persembahan sesaji, doa, dan meditasi. Persembahan yang dilakukan di setiap bagian pura mengacu pada filosofi Tri Bhuwana, di mana masyarakat Bali berusaha menjaga keseimbangan antara dunia mereka dan alam spiritual.