Usaba Dangsil: Ritual Spiritual yang Memikat di Desa Bungaya Karangasem

Usaba Dangsil yang juga dikenal sebagai Usaba Gede adalah upacara adat yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali di Desa Adat Bungaya, Kabupaten Karangasem. Upacara ini diadakan sebagai ungkapan bakti dan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan harapan diberikan ketentraman dan kemakmuran bagi masyarakat serta hasil bumi yang melimpah.

Nov 9, 2024 - 10:00
Nov 12, 2024 - 14:18
Usaba Dangsil: Ritual Spiritual yang Memikat di Desa Bungaya Karangasem
Upacara Usaba Dangsil (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)

Tradisi Usaba Dangsil telah ada sejak tahun 1665-1685, pada masa pemerintahan Dalem Demade yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Alit Bungaya. Dalam perjalanan tradisi ini, Dalem Demade memberikan hadiah berupa 108 petak sawah kepada masyarakat Bungaya untuk mendukung pelaksanaan upacara tersebut.

Usaba Dangsil berasal dari dua kata yaitu Usaba dan Dangsil yang dimana Usaba memiliki arti upacara sedangkan Dangsil berarti menara yang dibuat dengan aneka dedaunan dan buah. Usaba Dangsil terkenal karena penggunaan "dangsil" sebagai elemen utama, yang merupakan bebanten yang disusun dari berbagai dedaunan, jajanan khas daerah, dan sesajen yang dibentuk bertingkat menyerupai gunung. Adapun hal unik yang ditemukan pada Usaba Dangsil adalah bahwa upacara ini dilaksanakan oleh para alon Deha (gadis) dan Teruna (pemuda), dengan durasi pelaksanaan yang tidak menentu.

Usaba Dangsil awalnya diadakan setiap dua tahun sekali akan tetapi karena besarnya biaya yang dibutuhkan maka pelaksanaan tradisi ini dilakukan setiap sepuluh tahun, namun tanggal pelaksanaannya belum dapat ditentukan dengan pasti. Penjadwalan ini juga tergantung pada ketersediaan dana serta berkurangnya jumlah Dehe di Desa Bungaya. Karena Usaba Dangsil merupakan upacara yang melibatkan upakara atau sesajen berupa dangsil, maka dangsil terdiri dari beberapa jenis, yaitu

-Dangsil Dalem, Dangsil tertinggi sebanyak 11 tingkat dengan tinggi sekitar 16 meter

-Dangsil Desa, 9 tingkat

-Dangsil Subak, 7 tingkat sebanyak 4 buah

-Dangsil tingkat 5

-Dangsil ukuran kecil, 3 tingkat sebanyak 40 buah

Pengusungan Dangsil (Sumber: Koleksi Pribadi)

Rangkaian kegiatan Usaba Dangsil terbagi menjadi empat tahap yaitu Melasti, Mesesedep, Tarian Anda, dan Puncak Upacara. Secara keseluruhan, rangkaian upacara ini berlangsung sekitar dua bulan. Berikut merupakan beberapa rangkaian upacara dari Usaba Dangsil 

1. Melasti adalah proses pensucian atau pembersihan secara niskala terhadap semua pratima yang dilakukan di Pantai Pasir Putih, Desa Perasi, dan diikuti oleh seluruh masyarakat. Para pria tidak diperkenankan mengenakan baju dan udeng, hanya diperbolehkan memakai kamben dan saput bercorak. Sementara itu, calon Deha dan Teruna diharuskan berpuasa dari pagi hingga selesai melasti.

2. Mesesedep dilaksanakan khusus untuk calon Deha dan Teruna, bertujuan agar mereka benar-benar bersih lahir batin serta suci dalam pikiran, perkataan, dan perilaku, sehingga siap mengikuti rangkaian upacara selanjutnya.

3. Tarian Anda adalah tarian sakral yang dibawakan oleh Deha, Teruna, dan para tetua desa. Tarian ini dimulai di Pura Penataran pada dini hari, kemudian dilanjutkan dengan Tarian Anda Gede di halaman Pura Puseh (Bale Agung). Prosesi Tarian Anda sangat sakral, dengan berbagai pantangan, seperti tidak memutus barisan penari. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 19.00 WITA hingga dini hari, dilakukan secara bergantian oleh Deha dan Teruna dengan mengenakan pakaian khusus. Setelah menari, mereka akan duduk berurutan di Bale Agung. Tarian Anda akan berlangsung hingga pagi bahkan lebih lama, dengan seluruh peserta membentuk lingkaran dan melakukan tarian bersama sebanyak 81 putaran, yang memakan waktu sekitar 7 jam. Ini merupakan latihan mental dan fisik bagi Teruna dan Deha agar tetap kuat dan tegar.

4. Puncak upacara adalah prosesi di mana dangsil-dangsil yang telah didirikan di masing-masing pura diusung menuju Pura Penataran. Dangsil Dalem akan dinaiki oleh keturunan Raja Klungkung, yang mencerminkan hubungan historis antara Desa Bungaya dan Raja Klungkung. Keunikan pada puncak Usaba Dangsil terlihat pada cara berpakaian peserta, di mana semua warga yang mengikuti upacara tidak diperkenankan mengenakan baju. Para pria hanya memakai kamben dan saput tanpa udeng, sementara wanita mengenakan kamben dan toros (penutup dada).

Pengusungan Jempana (Sumber: Koleksi Pribadi)

Usaba Dangsil memiliki nilai-nilai yang kompleks termasuk nilai budaya dimana adat dan budaya yang tercermin dalam pelaksanaannya menjadi identitas budaya daerah yang diwariskan secara turun-temurun. Setiap prosesi dijalankan dengan ketaatan terhadap tradisi. Selain itu, terdapat juga nilai persaudaraan atau solidaritas yang terlihat selama setiap prosesi, yang melibatkan tidak hanya warga Desa Bungaya, tetapi juga dukungan dari warga desa lain.

Adapun upaya yang dilakukan oleh masyarakan dan pihak Prajuru Adat agar Usaba Dangsil tetap lestari adalah dengan berkomitmen untuk melaksanakan Usaba Dangsil setiap sepuluh tahun sekali. Masyarakat juga berpartisipasi dalam pelaksanaan Usaba Dangsil dengan tertib dan penuh hikmat, serta bersedia untuk ngayah dalam rangkaian upacara. Selain itu, susunan kegiatan Usaba Dangsil dan semua sarana prasarana yang diperlukan telah dicatat oleh prajuru Desa Adat dan Penyarikan Dehe/Teruna Desa Adat Bungaya.