Pura Luhur Natar Sari: Tempat Perkumpulan Tapakan Ida Bhatara Sesuhunan 5 Kabupaten

Pura Luhur Natar Sari Merupakan tempat perkumpulan Tapakan Ida Bhatara Sesuhunan dari 5 kabupaten di Bali yaitu wilayah Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, dan Jembrana. Perkumpulan tersebut dilaksanakan setiap upacara Bhatara Tedun Kabeh yang diadakan saat piodalan ageng di Pura Luhur Natar Sari setiap Tumpek Krulut.

Jan 10, 2025 - 10:00
Oct 21, 2024 - 21:39
Pura Luhur Natar Sari:  Tempat Perkumpulan Tapakan Ida Bhatara Sesuhunan 5 Kabupaten
Pura Luhur Natar Sari (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Pura Luhur Natar Sari terletak di Desa Pakraman Apuan, Kecamatan Baturiti,Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Pura Luhur Natar Sari berstatus sebagai Khayangan Jagat, yang berarti tempat pemujaan untuk seluruh umat hindu dalam memuja kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Ciwa Pasupati. Karena itu sejak tahun 2004 penulisan nama Pura Luhur Natar Sari ditetapkan menjadi Khayangan Jagat Luhur Natar Sari.

Sejarah dari Pura Luhur Natar Sari sendiri berawal dari tirtha yatra atau perjalanan suci yang dilakukan oleh Penguasa Nusa Penida pada zaman dahulu yang bernama I Gusti Ngurah Wayan Sakti bersama patihnya Si Arya Sentong. Tirtha yatra yang dilakukan I Gusti Ngurah Wayan Sakti berawal di pantai Batu Bolong lalu ia tirtha yatra yang dilakukan melewati Gianyar, Munduk Guling yang sekarang bernama Taman Ayun di Mengwi, Puser Tasik di Marga, Alas Kunyit yang sekarang disebut Perean, dan tibalah di Apuan. Saat di Apuan I Gusti Ngurah Wayan Sakti dan Si Arya Sentong melakukan yogha samadi dimana mereka mendapatkan pesan suci yang mengatakan bahwa tempat mereka saat ini disebut Natar Sari dan yang memberi mereka pesan adalah Sang Hyang Ciwa Pasupati, Sang Hyang Ciwa Pasupati memerintahkan mereka untuk membuat tempat pemujaan kepada dirinya dan manusia wajib menyembah dirinya disana. Demikian adalah sejarah asal-usul dari Pura Luhur Natar Sari. Sampai sekarang masih rutin dilakukan piodalan baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar setiap Tumpek Krulut yang datang 6 bulan sekali, dimana dalam odalan skala besar atau biasa disebut Piodalan Ageng akan mendatangkan Tapakan Ratu Gede dari lima kabupaten di Bali yaitu dari wilayah Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, dan Jembrana

Tapakan Ida Bhatara (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Gambar di atas adalah salah satu dari Tapakan Ida Bhatara  yang biasanya datang ke Pura Luhur Natar Sari. Tapakan Ida Bhatara sendiri merupakan bentuk perwujudan fisik dari Ida Bhatara Sesuhunan yang dipercayain bersemayam di sebuah pura tertentu. Umat Hindu di Bali percaya bahwa disetiap pura terdapat Ida Bhatara yang bersemayam di pura tersebut, sehingga untuk mempermudah pemujaannya maka dibuatkan perwujudannya secara fisik berupa Tapakan (Barong Ket, Barong Landung, Rangda,dan lain-lain).

Tapakan Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga Tapakan yang bersemayam di Pura Luhur Natar Sari. Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga adalah perwujudan fisik dari Sang Hyang Ciwa Pasupati yang dipuja di Pura Luhur Natar Sari. Asal dari Tapakan Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga terbuat dari potongan kayu selagui yang digunakan untuk membuat kulkul di  Puri Ageng Mengwi, dimana kayu ini berasal dari Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur. Pada awalnya hanya dibuat 3 Tapakan berupa topeng Rahwana (Ratu Ngurah Sakti Ngawa Rat), Delem (Ratu Ngurah Made), dan Sangut (Ratu Ngurah Ketut). Sebelum dipasupati topeng ini menghilang, namun akhirnya ditemukan dan disimpan di Pura Puseh Tua, Marga. Suatu ketika terjadi bencana angin kencang yang mengakibatkan Tapakan Rahwana rusak karena tertimpa pohon aren. Akhirnya Tapakan ini dipindahkan ke Pura Puseh Adat Apuan yang lokasinya satu areal dengan Pura Luhur Natar Sari. Setelah dipindahkan, Tapakan Rahwana yang rusak diganti dan dibuatkan yang baru sekaligus juga dibuatkan 6 Tapakan baru dengan bahan kayu pole yang berasal dari Pura Dalem Apuan Jelantik. Karena itu sekarang Tapakan Ida Bhatara di Pura Luhur Natar Sari berjumlah 9 yang berupa Barong Blas-Blasan atau Barong Kedingkling, dan dengan bahasa lokal disebut Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga.

Bale Paruman (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Gambar di atas adalah Bale Paruman yang merupakan tempat melinggih Ida Bhatara Sesuhunan yang datang ke Pura Luhur Natar Sari. Ketika melaksanakan karya ageng dan piodalan yang besar maka Tapakan Ratu Gede atau Ida Bhatara Sesuhunan yang berasal dari 5 Kabupaten di Bali, akan secara bersama-sama dihaturkan pujawali di Pura Luhur Natar Sari. Semua Sesuhunan yang datang ke Pura Luhur Natar Sari memiliki hubungan historis dengan Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga.Terdapat 65 Tapakan Ratu Gede atau Ida Bhatara Sesuhunan yang memiliki kaitan dengan Pura Luhur Natar Sari tetapi setiap diadakan upacara atau piodalan Sesuhunan yang hadir biasanya ada sekitar 50 Sesuhunan. Bale Paruman sendiri berarti tempat pertemuan di mana semua Tapakan yang tiba di Pura Luhur Natar Sari berkumpul untuk melakukan pertemuan.

Upacara Bhatara Tedun Kabeh (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Gambar di atas adalah persembahyangan dalam upacara Bhatara Tedun Kabeh di Pura Luhur Natar Sari. Bhatara Tedun Kabeh artinya upacara dimana para Bhatara yang dimanifestasikan secara fisik dalam bentuk Tapakan turun (Tedun) ke Pura Luhur Natar Sari. Upacara ini dilaksanakan setiap Sabtu Kliwon (Tumpek) wuku Krulut. Puncak karya Bhatara Tedun Kabeh dilaksanakan pada tengah malam, dimulai pukul 22.30 Wita hingga pukul 01.30 Wita Minggu dini hari. Acara ini diawali dengan upacara mapekeling (permakluman) kehadapan Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga dan semua Tapakan Ida Bhatara yang telah hadir di Pura Luhur Natar Sari dengan tujuan agar beliau berkenan Tedun (turun) napak pertiwi. Kemudian seluruh Tapakan Ida Bhatara turun ke halaman Pura diawali oleh Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga dan diikuti Tapakan Ida Bhatara lainnya dengan membentuk formasi ngadeg (berdiri) melingkar mengitari upakara Panyegjeg Bhuwana. Setelah itu dilaksanakan ngaturang pengodalan dan diakhiri dengan persembahyangan bersama. Upacara Bhatara Tedun Kabeh ini merupakan upacara pasupati untuk memohon kekuatan taksu (Aura Spiritual) karena dilaksanakan bertepatan dengan Tumpek Krulut yang merupakan piodalan Taksu Kesenian, Taksu Topeng, Taksu Barong/Rangda, dan lainya. Secara umum upaca ini juga dilaksanakan untuk memohon keselamatan dunia (Panyegjeng Bhuwana)