Menguak Misteri Pura Goa Raja Taksaka: Jejak Spiritual di Tabanan
Pura Goa Raja, tersembunyi di Tabanan, Bali, dikenal sebagai tempat persembahyangan sakral dan misterius, meski hanya sedikit yang mengetahuinya. Terletak 10 meter di bawah tanah, pura ini dijuluki "mutiara tersembunyi" dan menyerupai Goa Giri Putri di Nusa Penida, dengan arca dan sumber air jernih. Jro Mangku Sruti, penjaga pura, pernah melindunginya dari proyek perumahan. Kini, Goa Raja dikenal oleh umat Hindu dan pelaku spiritual dari berbagai daerah, menjadi tempat meditasi dan ziarah, dengan sejarah yang diduga prasejarah.
Tampak patung-patung dan sesajen di dalam Pura Goa Raja Taksaka, tempat suci yang diyakini memiliki kekuatan spiritual oleh umat Hindu di Tabanan. Tempat ini digunakan untuk meditasi dan ritual spiritual, dikelilingi oleh aura mistis yang membuatnya sangat sakral. Terletak di Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken, Tabanan, Pura Goa Raja Taksaka menjadi salah satu destinasi spiritual yang semakin banyak dikunjungi oleh umat Hindu dan para penekun spiritual. Pura ini ditemukan secara tidak sengaja oleh Mangku Rawet pada tahun 1980, setelah ia mengalami kejadian ajaib. Mangku Rawet jatuh ke jurang sedalam tujuh meter di depan rumahnya, namun anehnya, saat tubuhnya hampir menyentuh dasar jurang, ia merasa seakan ada yang menyangga tubuhnya sehingga tidak merasakan sakit meskipun sempat pingsan. Saat tersadar, Mangku Rawet melihat sebuah goa di sisi barat jurang tersebut. Rasa penasaran mendorongnya untuk memasuki goa itu, di mana ia menemukan reruntuhan palinggih yang menjadi awal mula pembangunan Pura Goa Raja Taksaka.
Gua Raja Taksaka (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pintu masuk ke Pura Goa Raja Taksaka yang terletak di bawah tanah, dihiasi patung penjaga yang mengenakan kain kotak-kotak hitam putih. Tangga batu menuju ke dalam goa ini memperlihatkan suasana alami dan magis yang menyelimuti area sekitar.
Mangku Rawet dan istrinya, Ni Wayan Putri, kemudian melakukan ritual pakemitan di dalam goa dan merasakan kehadiran sosok gaib bertubuh besar yang dipenuhi bulu. Tidak lama kemudian, Mangku Rawet mengalami musibah kecelakaan yang menyebabkan kakinya patah. Istrinya kemudian masesangi (berkaul) di depan reruntuhan palinggih di goa tersebut, memohon kesembuhan bagi suaminya dengan janji akan memperbaiki palinggih dan menghaturkan pujawali setiap 210 hari. Berkat doa dan kaul yang dipanjatkan, Mangku Rawet sembuh total, dan mereka pun membayar kaul dengan membangun palinggih di dalam goa serta melaksanakan upacara pemelaspasan.
Setelah prosesi pemelaspasan, dilakukan nunas bawos untuk mengetahui nama dan penghuni spiritual yang berstana di Pura Goa Raja Taksaka. Hasilnya, terungkap bahwa yang berstana adalah Ida Ratu Biyang Sakti dan Ratu Niang Sakti, dan nama pura ini resmi dikenal sebagai Pura Goa Raja Taksaka. Tempat ini diyakini memiliki hubungan spiritual yang erat dengan Pura Goa Giri Putri di Nusa Penida.
Tampak bagian luar Pura Luhur Ulun Goa dengan papan nama yang menunjukkan 'Dalem Raja Taksaka'. Di depannya, terdapat simbol suci yang dibalut kain hitam putih sebagai tanda penjaga spiritual. Lingkungan sekitar pura dikelilingi pepohonan rindang, memberikan suasana yang tenang dan sakral.
Proses persembahyangan di Pura Goa Raja Taksaka dimulai dengan sembahyang di palinggih Ratu Dalem Gumi yang berada di jaba sisi, dilanjutkan dengan turun ke dalam jurang untuk masuk ke goa. Di dalam goa, terdapat Pura Beji, yang letaknya sekitar sepuluh meter dari pintu masuk. Persembahyangan juga dilakukan di palinggih Ratu Lingsir dan palinggih Ibu Dewi Kwam In yang berada di goa lainnya. Akhirnya, umat akan melakukan persembahyangan di Palinggih Ageng, yang merupakan palinggih utama di dalam pura.
Meskipun hanya diempon oleh Mangku Rawet dan keluarganya, Pura Goa Raja Taksaka kini semakin ramai dikunjungi oleh umat Hindu dan pelaku spiritual, baik dari Bali maupun dari luar daerah. Setiap pujawali yang digelar pada hari Buda Kliwon, pura ini menjadi saksi dari keajaiban spiritual dan warisan budaya yang terus dilestarikan. Goa ini tidak hanya menjadi tempat persembahyangan, tetapi juga pusat ketenangan batin bagi mereka yang datang untuk bermeditasi dan memohon petunjuk spiritual.