9 Pancoran Ajaib Pura Taman Percampuran Sala: Keajaiban Spiritual untuk Kesejahteraan dan Kesembuhan

Pura Taman Pecampuhan Sala di Kabupaten Bangli, Bali, adalah tempat melukat yang kaya akan tradisi dan kepercayaan Hindu. Terdiri dari sembilan pancoran yang berbeda, tempat ini menjadi tempat pembersihan spiritual bagi warga Bali yang tulus dalam keyakinan dan bakti mereka. Dengan simbolisme yang terkait dengan setiap zaman dalam mitologi Hindu, Pura ini menyediakan berbagai tuah dan khasiat, seperti penyembuhan, penolak bala, kelancaran ekonomi, dan keharmonisan keluarga. Selain itu, keindahan alam sekitar, dengan air terjun yang mempesona, menambah keistimewaan tempat melukat ini.

Oct 24, 2023 - 06:27
Oct 10, 2023 - 20:32
9 Pancoran Ajaib Pura Taman Percampuran Sala: Keajaiban Spiritual untuk Kesejahteraan dan Kesembuhan
Pura Taman Pecampuhan Sala (Sumber Photo: Koleksi Penulis)

Pulau Bali terkenal dengan keindahan alam, budaya, dan tradisi yang beragam. Kebudayaan Bali didasarkan pada kepercayaan agama Hindu, yang menjadi inti dari jiwa kebudayaan Bali. Salah satu daya tarik utama bagi wisatawan adalah kesetiaan masyarakat Bali pada tradisi dan kepercayaan keagamaan, seperti penggunaan air dalam ritual pembersihan yang disebut penglukatan. Penglukatan ini memiliki berbagai variasi dan tujuan, seperti mendekatkan diri kepada Dewa, mencari berkah, atau membersihkan diri secara spiritual.

 

Di Bali, banyak terdapat tempat melukat yang diyakini memiliki tujuan tertentu, seperti halnya Pura Taman Pecampuhan Sala di Kabupaten Bangli yang keberadaannya sudah cukup lama, tapi baru dipopulerkan oleh para pengunjung yang pernah melukat disini

 

Pura Taman Pecampuhan Sala adalah sebuah tempat melukat di Bali yang terletak di Banjar Sala, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Pura ini merupakan tempat melukat atau pembersihan diri dengan air suci yang berasal dari sembilan pancoran yang berbeda. Pura ini juga dikenal dengan nama Pura Taman atau Pura Beji Sala. Nama "Pecampuhan" merujuk pada pertemuan dua sungai, sementara "Sala" adalah nama lokasi tempat pura ini berada. Jaraknya sekitar 4.5 km di sebelah Barat kota Bangli, sekitar 40 km dari Denpasar, dan sekitar 7.5 km dari tempat melukat Pancoran Tirta Sudamala.

 

Campuhan Sungai dari dua Kabupaten (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Pura ini awalnya hanya memiliki satu pancoran, namun pada tahun 2017, setelah melakukan upacara dan meminta petunjuk, pura ini ditambahkan dengan delapan pancoran lagi, sehingga totalnya menjadi sembilan. Masing-masing pancoran memiliki nama dan khasiat tersendiri, seperti Tirta Taman, Tirta Utama, Tirta Bolakan, Tirta Bungbung, Tirta Tulakwali, Tirta Pandan, Gerojogan Pesiram Tan Hana, dan Gerojogan Pesiram Dedari.

 

Dibuatnya tempat penglukatan di Pecampuhan Sala ini dilatarbelakangi oleh Masyarakat yang ingin menyucikan diri dari hal-hal negatif, baik dari pikiran, perkataan, maupun perbuatan karena pada Zaman Kali Yuga ini terdapat degradasi atau penurunan nilai kesucian menurut masyarakat sekitar.

 

Konsep dasar dibangunnya Pura Pacampuhan Sala ini menggunakan konsep Catur Yuga yakni dengan menggunakan simbol simbol pada zaman tersebut. Misalnya di Kerta Yuga, adanya Lingga dimana Lingga ini merupakan Sarana atau Alat pemujaan pada zaman Kerta Yuga, serta perlambang dari purusa dan Talusnya Dewa Siwa. Simbol yang digunakan pada Tretya Yuga ialah patung pada jembatan yang menceritakan cerita Ramayana dimana mengisahkan Hanuman yang menolak hadiah dari Raja dan menunjukkan bahwa Rama dan Sita ada di hatinya. Simbol yang digunakan pada Dwapara Yuga adalah jembatan yang mengisahkan Arjuna dan Hanuman dalam menurunkan sifat keangkuhan dan kesombongan Arjuna. 

 

Patung Hanuman (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Seperti yang diketahui, setiap tempat melukat di Pulau Dewata Bali memiliki keistimewaan dan manfaatnya masing-masing. Di Bangli, terdapat tempat melukat di bawah Pura Taman yang memiliki 9 pancoran yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama di puncak memiliki 7 pancoran dengan tinggi mencapai 3 meter, serta sebuah kolam penampung air setinggi 1 meter. 

 

Sementara itu, 2 pancoran lainnya terletak di pinggir sungai di bagian bawah. Selain air suci yang mengalir dari 9 pancoran tersebut, tempat melukat juga terletak di sungai, yang merupakan pertemuan dua aliran sungai yang disebut "campuhan." Tempat ini diyakini membawa berkah melalui ritual yang dilakukan dengan keyakinan dan rasa bakti yang tulus. Dua sumber aliran sungai ini memiliki nama Grojogan Pesiraman Tan Hana untuk aliran sungai sebelah kiri yang mengalirkan air dari Kabupaten Gianyar dan Grojogan Pesiraman Dedari untuk aliran sungai sebelah kanan yang mengalirkan air dari Kabupaten Bangli.

 

Grojogan Pesiraman Dedari (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Di aliran sungai sebelah kiri, terdapat lagi sebuah pancoran tempat melakukan melukat. Hal yang menarik di Pecampuhan Sala Bangli adalah adanya air terjun di setiap sungai, meskipun akses ke lokasi sedikit menantang namun tidak terlalu sulit.

 

Grojogan Pesiraman Tan Hana (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Pecampuhan Sala ini dipercaya memiliki tuah dan khasiat seperti Tirta Pule untuk pengobatan, Tirta Pandan untuk penolak Bala, Tirta Bungbung untuk kelancaran ekonomi dan Tirta Tulak Wali untuk keharmonisan keluarga, mempererat hubungan suami istri agar langgeng.

 

Pancoran Tirta Bungbung, Tirta Pandan, dan Tirta Tulakwali (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Pada hari-hari besar atau perayaan agama Hindu seperti Banyupinaruh, purnama, tilem, dan kajeng Kliwon, banyak umat Hindu yang datang ke tempat ini untuk beribadah dan melakukan ritual keagamaan.

Proses melukat dan persembahyangan di Pura Taman Pecampuhan Sala mengikuti urutan tertentu. Pertama-tama, persembahyangan dilakukan di pelinggih depan tempat melukat. Kemudian, ritual penglukatan dimulai dari sungai Campuhan, kemudian berlanjut ke sungai sebelah kanan (Grojogan Pesiraman Dedari) sambil menikmati keindahan air terjun.

 

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke sungai sebelah kiri (Grojogan Pesiraman Tan Hana), di mana terdapat pancoran lain untuk melukat. Setelah selesai melukat di area sungai, langkah selanjutnya adalah menuju dua pancoran di pinggir sungai, dan akhirnya menuju tempat melukat dengan 7 pancoran. Yang menjadikan penglukatan ini berbeda ialah kita wajib membunyikan lonceng sebanyak 3 kali sebelum memasuki area penglukatan di 7 pancoran ini.

 

Tirta Bolakan dan Tirta Taman (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Setelah selesai melukat, diakhiri dengan menghaturkan persembahyangan di Pura Taman. Bagi yang datang untuk melukat pertama kali, diharapkan untuk membawa sebuah banten pejati yang dihaturkan di tempat melukat, dan jika memiliki banten pejati tambahan, dapat dihaturkan di Pura Taman setelah selesai melukat. Selain itu, disarankan untuk membawa canang sari yang lebih banyak untuk dipersembahkan di berbagai tempat melukat.