Nganyaran Pada Yadnya Agung: Pembaruan Upakara Persembahan

Prosesi nganyaran merupakan salah satu tahapan penting dalam rangkaian upacara adat di Bali, khususnya pada Karya Ngenteg Linggih, Ngusabha Desa, dan Mapahayu Nini yang digelar di Desa Adat Mengwitani. Prosesi ini dilaksanakan pada Jumat, 11 Oktober 2024, sebagai wujud nyata penghormatan, rasa syukur, dan pelestarian tradisi leluhur yang sarat dengan nilai spiritual.

Jan 10, 2025 - 10:00
Jan 3, 2025 - 21:47
Nganyaran Pada Yadnya Agung: Pembaruan Upakara Persembahan
Desa Adat Mengwitani (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Nganyaran bukanlah upacara yang dibuat-buat untuk memperindah suatau acara agar terlihat hebat. Dalam keyakinan Hindu Bali, nganyaran bermakna memperbarui atau membuat ulang upakara yadnya yang telah digunakan sebelumnya. Hal ini melambangkan pembaruan energi dan penyelarasan dengan alam semesta, sebagaimana ajaran Tri Hita Karana—hubungan harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam lingkungan. Upacara ini juga dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah yang telah diterima serta doa untuk kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan kehidupan di Desa Adat Mengwitani.

 

Iring-iringan Masyarakat Desa Adat Mengwitani (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Penganyaran atau nganyaran biasanya dilakukan setelah upacara utama atau adining karya, setelah upacara nganyaran dilakukan ada upacara

  1. Nyenuk
  2. Mekebat Daun
  3. Mebangun Ayu
  4. Ngeremek

Pada upacara nyenuk juga terdapat nuek bagia yang sangat-sangat berkesan bagi Masyarakat karena setelah sekian lama upacara yang dilaksanakan sudah menghasilkan hal-hal yang baik. Pada upacara mekebat daun terdapat pala bungkah, pala gantung, padi, serta berbagai hasil bumi lainnya yang ada agar tumbuh subur, berdaun lebat, dan berbunga menghasilkan buah. Nah, itu semua adalah makanan pokok, makanan utama kita di Bali. Jika itu tidak ada, kita tidak akan bisa hidup.

Mebangun ayu dilakukan sebagai upaya untuk menyempurnakan keindahan dan keharmonisan, baik secara spiritual maupun fisik. Ritual ini mencakup doa-doa suci untuk membersihkan dan memperbaiki segala aspek kehidupan. Upacara ngeremek menjadi tahap akhir dari rangkaian nganyaran. Prosesi ini melibatkan penghancuran simbolis terhadap unsur-unsur negatif yang mungkin masih tersisa setelah yadnya.

 

Menghaturkan Upakara (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

Upacra nganyaran adalah manifestasi nyata dari ajaran Tat Twam Asi—“Aku adalah engkau.” Melalui upacara ini, masyarakat Bali diajak untuk menyadari pentingnya hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama, dan alam. Tradisi ini tidak hanya menjadi wujud penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga sarana pelestarian budaya yang mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan melaksanakan nganyaran, Desa Adat Mengwitani memberikan contoh bagaimana nilai-nilai luhur Hindu Bali tetap relevan dalam menjaga keberlanjutan dan harmoni di tengah kehidupan modern. Upacara ini mengajarkan bahwa pembaruan, rasa syukur, dan penghormatan kepada alam adalah kunci menuju kehidupan yang seimbang dan sejahtera.