Legenda Rambut Sakti Danghyang Dwijendra di Pura Rambut Siwi
Pura Rambut Siwi adalah pura yang memiliki kisah legendaris tentang Danghyang Dwijendra, seorang pertapa Hindu Bali yang memiliki rambut sakti. Cerita ini terkait erat dengan pura suci ini di Bali, dan bagaimana legenda ini terus berperan dalam budaya dan spiritualitas Bali. Rambut suci Danghyang Dwijendra dianggap sebagai simbol kesucian dan kemurnian, memengaruhi upacara keagamaan dan konsep filosofi Bali seperti "Tri Hita Karana". Pura ini juga memiliki pemandangan laut yang memukau, membuatnya menjadi tempat yang sangat disukai untuk meditasi dan kontemplasi.
Bali memiliki banyak pura yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Pura Rambut Siwi. Pura Rambut Siwi terletak di Desa Yeh Embang, Kabupaten Jembrana, Bali. Pura ini adalah salah satu tempat suci yang paling dihormati di Bali dan menjadi destinasi penting bagi para pengunjung dan wisatawan yang ingin merasakan kedamaian dan keagungan spiritual Bali. Nama "Rambut Siwi" sendiri memiliki arti yang dalam. "Rambut" merujuk pada rambut sakti Danghyang Dwijendra, sementara "Siwi" adalah kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti suci atau sakral. Sehingga, Pura Rambut Siwi secara harfiah diterjemahkan sebagai "Tempat Suci Rambut Sakti."
Pura Rambut Siwi memiliki arsitektur yang khas dengan tumpangan aling-aling (atap jerami khas Bali) yang menjulang tinggi. Pura ini juga memiliki pemandangan laut yang memukau, membuatnya menjadi tempat yang sangat disukai untuk meditasi dan kontemplasi. Namun, yang membuat Pura Rambut Siwi begitu istimewa adalah artefak paling berharga di dalamnya, yaitu rambut sakti Danghyang Dwijendra.
Pura Rambut Siwi (Sumber Photo : Pujangga Nagari Nusantara)
Rambut sakti Danghyang Dwijendra ini disimpan dalam sebuah peti kayu yang dihiasi dengan ukiran indah. Peti ini sendiri dipercayai sebagai tempat persemayaman rambut suci tersebut. Setiap tahun, pada hari raya Purnama Kuningan dalam penanggalan Hindu, Pura Rambut Siwi merayakan piodalan, yaitu perayaan agama Hindu yang diadakan secara berkala. Purnama Kuningan adalah momen penting bagi umat Hindu Bali untuk menghormati dan merayakan kehadiran rambut sakti Danghyang Dwijendra serta menerima berkatnya.
Hari piodalan di Pura Rambut Siwi adalah sebuah perayaan agama Hindu yang terjadi sekitar setiap 210 hari dalam kalender Hindu. Oleh karena itu, tanggal pastinya dalam penanggalan Gregorian yang digunakan secara umum tidak tetap setiap tahunnya. Purnama Kuningan dalam kepercayaan Hindu di Bali dianggap sebagai hari ketika roh leluhur kembali ke dunia untuk mengunjungi tempat-tempat suci dan memberikan berkah kepada umat manusia. Oleh karena itu, Pura Rambut Siwi memilih hari purnama Kuningan sebagai waktu yang sangat tepat untuk merayakan dan menghormati rambut suci ini.
Dalam perayaan piodalan, umat Hindu Bali berkumpul di Pura Rambut Siwi untuk berdoa, bersembahyang, dan melakukan berbagai upacara keagamaan. Rambut suci Danghyang Dwijendra akan dipamerkan kepada masyarakat sebagai bagian dari upacara tersebut. Selama perayaan ini, umat Hindu berpakaian khusus dan membawa persembahan dalam bentuk bunga, buah, dan hasil pertanian lainnya sebagai wujud penghormatan mereka terhadap rambut suci tersebut.
Rambut sakti Danghyang Dwijendra adalah pusaka suci yang dijaga dengan sangat hati-hati oleh para pemangku adat di Pura Rambut Siwi. Mereka memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan merawat rambut ini agar tetap terlindungi dan tersaji dalam kondisi terbaik.
Pura Rambut Siwi (Sumber Photo : Pujangga Nagari Nusantara)
Legenda Danghyang Dwijendra, atau lebih dikenal sebagai Danghyang Nirartha, adalah salah satu sosok yang dihormati dan dianggap sebagai pahlawan agama di Bali. Ia adalah seorang pendeta Hindu yang diperkirakan hidup pada abad ke-16 Masehi. Namanya melambangkan seorang pertapa yang mencapai tingkat spiritualitas tertinggi, sehingga ia dihormati sebagai seorang "Danghyang," yang berarti suci atau murni.
Dalam legenda Danghyang Dwijendra, ada elemen kisah yang sangat khas dari kebudayaan Bali, yakni rambut sakti. Menurut legenda ini, Danghyang Dwijendra memiliki rambut yang begitu kuat dan sakral sehingga rambutnya mampu mengatasi berbagai rintangan dan bahkan mengalahkan musuh-musuhnya. Keistimewaan rambutnya ini dianggap sebagai karunia dari Dewa Siwa, salah satu dewa utama dalam agama Hindu yang sangat dihormati di Bali.
Danghyang Dwijendra adalah seorang pertapa yang berkelana di seluruh Bali untuk mengajar ajaran agama Hindu kepada masyarakat setempat. Dalam perjalanan spiritualnya, ia juga dikenal sebagai tokoh yang berkontribusi besar dalam pembangunan dan pemeliharaan pura-pura suci di Bali. Pura Rambut Siwi, yang kini menjadi tempat pengunjung dan pemujaan bagi banyak orang, juga memiliki kaitan yang erat dengan kisah hidup Danghyang Dwijendra.
Gapura Pura Rambut Siwi (Sumber Photo : Pujangga Nagari Nusantara)
Legenda Rambut Sakti Danghyang Dwijendra bukan hanya sekadar cerita lama yang diceritakan dari generasi ke generasi. Legenda ini terus hidup dalam budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Banyak upacara keagamaan dan perayaan adat yang mengambil inspirasi dari kisah ini.
Selain itu, legenda ini juga terkait dengan konsep "Tri Hita Karana", yang merupakan filsafat dasar dalam kehidupan Bali. Konsep ini menggambarkan keseimbangan yang harus dijaga antara manusia dengan alam, sesama manusia, dan hubungan manusia dengan dewa-dewa. Legenda Rambut Sakti Danghyang Dwijendra mengajarkan nilai-nilai spiritual dan etika yang berkontribusi pada pemeliharaan keseimbangan ini.
Pura Rambut Siwi dengan legenda Rambut Sakti Danghyang Dwijendra adalah salah satu warisan budaya dan spiritual yang tak ternilai harganya bagi masyarakat Bali. Kisah tentang rambut sakti yang mampu mengalahkan segala rintangan ini bukan hanya menjadi cerita lama yang dilupakan, melainkan tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari Bali. Rambut sakti Danghyang Dwijendra adalah simbol kesucian, kekuatan, dan kebijaksanaan yang terus menginspirasi masyarakat Bali untuk menjaga keseimbangan dalam hidup mereka.