Di Balik Angka Sebelas: Keajaiban Ritual Melukat di Pancoran Solas Pura Pelisan, Kintamani

Pancoran Solas di Pura Pelisan, Kintamani, merupakan tempat suci bagi umat Hindu Bali untuk melaksanakan ritual melukat atau penyucian diri. Terdiri dari sebelas pancuran, tempat ini melambangkan kesempurnaan spiritual serta keseimbangan antara raga, pikiran, dan jiwa. Prosesi melukat dilakukan dengan berdoa dan membasuh diri di setiap pancuran hingga mencapai pemurnian terakhir. Keindahan alam sekitar, termasuk panorama Danau Batur, menambah kekuatan spiritual dan pesona Pancoran Solas sebagai warisan budaya rohani Bali.

Nov 17, 2025 - 06:00
Sep 11, 2025 - 09:33
Di Balik Angka Sebelas: Keajaiban Ritual Melukat di Pancoran Solas Pura Pelisan, Kintamani
Pancoran Solas Pura Pelisan Kintamani

Pancoran Solas Pura Pelisan adalah sebuah kompleks pura dan petirtaan suci yang berada di kawasan pegunungan Kintamani, Bali. Nama Solas berarti “sebelas”, merujuk pada jumlah pancuran suci yang ada di tempat ini. Air yang mengalir dari setiap pancuran bersumber dari mata air pegunungan yang jernih, sejuk, dan dipercaya memiliki kekuatan spiritual. Bagi masyarakat Hindu Bali, melukat bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan perjalanan batin untuk menyucikan diri sekaligus mendekatkan jiwa kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Plang Tirta Pancoran Solas (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Ritual melukat memiliki makna mendalam dalam kehidupan umat Hindu. Melalui pancuran air suci, umat membersihkan tubuh dan pikiran dari segala kekotoran. Praktik ini dipandang sebagai bentuk tapa brata—sebuah disiplin spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam dan Tuhan. Prosesi melukat di Pancoran Solas tidak hanya dilakukan oleh masyarakat lokal, tetapi juga menarik perhatian umat dari luar daerah, bahkan wisatawan mancanegara yang ingin merasakan spiritualitas Bali.

Bangunan Ruang Ganti (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Dalam pelaksanaannya, pemangku setempat berperan penting sebagai pemimpin doa. Sebelum prosesi dimulai, umat memohon restu melalui persembahyangan di pelinggih utama. Kehadiran pemangku memastikan ritual berjalan sesuai dengan tattwa (filsafat) dan susila (etika) Hindu Bali. Selain itu, pengelola pura juga menyediakan fasilitas penunjang seperti ruang ganti, loker, wantilan, dan penyewaan kain serta selendang, sehingga setiap pemedek dapat mengikuti ritual dengan nyaman dan tertib.

Pelinggih Pancoran Solas (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Dari kejauhan, pemandangan Danau Batur yang memukau seakan menjadi bingkai alami tempat suci ini. Lingkungan sekitar dipenuhi pepohonan rindang, kolam ikan, serta suara gemericik air yang menenangkan, menciptakan harmoni antara alam dan spiritualitas.

Kolam Ikan Dekat Pancoran Solas (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Ritual melukat dapat dilakukan setiap hari, namun pada hari-hari tertentu seperti Saraswati, Banyu Pinaruh, Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon, jumlah pemedek meningkat signifikan. Pada momen tersebut, suasana Pancoran Solas terasa semakin sakral, karena umat datang secara kolektif untuk menyucikan diri, mempersembahkan doa, dan memohon keseimbangan hidup.

Keunikan Pancoran Solas terletak pada simbolisme angka sebelas. Dalam filosofi Hindu Bali, angka ini melambangkan kesempurnaan spiritual: keseimbangan pikiran, ucapan, dan perbuatan. Angka sebelas juga kerap dikaitkan dengan dasaksara (sepuluh huruf suci) yang ditambah satu sebagai simbol penyatuan dengan Tuhan. Dengan demikian, setiap pancuran tidak sekadar memancarkan air, melainkan juga makna filosofis yang dalam.

Tempat Melukat Pancoran Solas (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Danau Batur dari Pancoran Solas (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Prosesi melukat diawali dengan sembahyang di pelinggih utama. Setelah itu, pemedek menuju pancuran pertama di sisi timur. Satu per satu pancuran dialiri, mulai dari membasuh kepala, wajah, hingga tubuh. Doa dalam hati dipanjatkan agar air suci membersihkan raga dan jiwa. Perjalanan berlanjut hingga pancuran kesebelas, yang dianggap sebagai simbol pembersihan terakhir. Pancuran tertinggi yang berada dekat pura berfungsi sebagai tirta pemurnian, penutup dari seluruh rangkaian penyucian.

Gapura Pura Pelisan (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Tempat Persembahyangan (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)

Banyak umat yang mengaku merasakan perubahan setelah melukat di Pancoran Solas. Beberapa merasa tubuh lebih ringan, pikiran lebih jernih, bahkan emosi yang terpendam dapat terlepas. Tidak jarang ada yang mengalami pengalaman spiritual mendalam seperti menangis atau merasa damai luar biasa setelah menyelesaikan prosesi. Semua ini dipandang sebagai tanda penyembuhan rohani yang dianugerahkan oleh air suci.

Pancoran Solas Pura Pelisan di Kintamani bukan sekadar objek wisata rohani, melainkan warisan budaya dan spiritual yang sarat makna. Keindahan alam pegunungan yang sejuk, pemandangan Danau Batur yang menawan, serta kehadiran sebelas pancuran suci menjadikan tempat ini sebagai simbol kesucian dan harmoni.

Ritual melukat di Pancoran Solas mengajarkan bahwa kebersihan sejati tidak hanya tentang raga, melainkan juga batin. Setiap tetes air suci membawa pesan bahwa manusia selalu memiliki kesempatan untuk kembali kepada kemurnian asalnya. Di balik angka sebelas yang sederhana, tersimpan keajaiban besar: sebuah jalan menuju keseimbangan hidup dan pencerahan spiritual.