Eksplorasi Kesenian Desa Adat Saba : Tari Legong Bapang Saba
Desa Adat Saba yang berlokasi di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar menyimpan berbagai keunikan yang sangat menarik untuk dijelajahi. Mulai dari bentang alamnya yang asri, sejarah terbentuknya, hingga kekayaan tradisi, seni dan budayanya yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat sampai saat ini. Terlepas dari kekayaan seni dan budayanya, terdapat satu kesenian yang menjadi ciri khas dari Desa Saba, yaitu Tari Legong Bapang Saba.

Sesuai namanya, tari Legong Bapang Saba merupakan tarian legong dengan style khas Desa Saba, yang diciptakan oleh I Gusti Bagus Jelantik pada tahun 1930-an. Tarian ini menggambarkan kecantikan dua sosok bidadari yaitu Dewi Supraba dan Wilotama. Akan tetapi, secara sajian, tarian ini menekankan pada karakter keras dari sebuah pertunjukan legong. Sehinga terdapat perpaduan yang harmonis dalam setiap gerakan tarian ini yang membangun keindahan dari kemasan tari Legong Bapang Saba.
Dalam pertunjukannya, secara umum tarian ini ditarikan oleh dua orang penari perempuan. Akan tetapi, tarian ini juga bisa dikreasikan untuk ditampilkan secara berkelompok karena tidak terdapat perbedaan gerak antara penari yang satu dengan yang lainnya. Kostum yang digunakan pada tari Legong Bapang Saba tidak jauh berbeda dengan kostum pada tari Legong Keraton dengan warna dominan hijau dan menggunakan properti berupa kipas.
Tarian ini masih sering dipentaskan dalam berbagai kegiatan. Salah satunya pada rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV 2023 di Art Center Denpasar. Tarian ini dapat dipelajari oleh siapapun dari berbagai rentang usia. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa bisa mempelajari tarian ini. Dahulu, tarian ini bahkan sampai dipertunjukan di luar negeri seperti Itali, Jerman, London, dan Prancis.
Belajar Tari Legong Saba (Sumber : Koleksi Pribadi)
Walaupun sudah ada sejak tahun 1930-an, tarian ini masih tetap berkembang dan bahkan terus diwariskan kepada generasi-generasi muda saat ini. Salah satu sanggar yang secara konsisten memberikan pelatihan tari Legong Bapang Saba kepada anak-anak di Desa Saba khususnya adalah Sanggar Saba Sari. Berdasarkan wawancara dengan pembina tari Sanggar Seni Saba Sari yaitu I Gusti Ngurah Agung Giri Putra atau yang akrab disapa Gung Giri, beliau menyampaikan bahwa dahulu, sebelum menjadi sanggar, komunitas ini disebut dengan Sekaa Legong yang sudah ada sejak tahun 1911 dan terus berkembang hingga kini menjadi Sanggar Seni Saba Sari. Adapun sanggar ini diperuntukan untuk masyarakat di Desa Saba yang ingin mempelajari kesenian khususnya seni tari.
Anak-anak yang belajar di Sanggar Saba Sari tidak dipungut biaya, hanya saja terdapat sistem menabung di sanggar ini, dimana tabungan yang terkumpul nantinya akan diberikan kembali kepada mereka untuk kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sanggar seperti perpisahan atau kenaikan tingkat untuk kebutuhan acara tersebut. Melalui sanggar ini, anak-anak tidak hanya mendapatkan kemampuan dalam bidang seni tari, namun karakter mereka juga dibentuk dengan diajarkan etika yang baik serta dibiasakan menabung sejak kecil.
Sanggar Seni Saba Sari (Sumber : Koleksi Pribadi)
Adanya sanggar ini merupakan salah satu bentuk dedikasi dari Puri di Saba sebagai upaya pelestarian seni dan budaya kepada anak-anak di Desa Saba, khususnya untuk terus melestarikan kesenian khas Saba yaitu Tari Legong Bapang Saba. Semua anak-anak yang tergabung dalam sanggar ini pasti akan diajarkan Tari Legong Bapang Saba, namun akan dilihat terlebih dahulu perkembangan dari anak tersebut.
Sebagai generasi muda sudah seharusnya kita turut andil dalam pelestarian seni dan budaya yang ada. Sehingga apa yang sudah diwariskan oleh leluhur kita bisa tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi penerus kita. Budaya adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan yang harus kita jaga agar tidak runtuh.