Eksplorasi Mistis Sapta Gangga Tambawaras: Pesona Spiritual dan Budaya yang Mengagumkan
Penglukatan adalah sebuah ritual spiritual yang umum dilakukan dalam berbagai tradisi keagamaan di seluruh dunia. Dalam praktiknya, penglukatan melibatkan penggunaan air suci atau bahan lain yang memiliki nilai spiritual untuk membersihkan atau memurnikan diri, tempat ibadah, atau lingkungan dari energi negatif atau kotoran spiritual. Proses ini sering diiringi oleh doa, mantra, atau chant yang memiliki makna spiritual dan simbolisme khusus. Tujuannya adalah untuk membersihkan secara spiritual, merayakan nilai-nilai keagamaan, serta menyatukan komunitas dalam upaya bersama menuju kesucian dan kebersamaan spiritual.
Ritual penglukatan merupakan bagian penting dari praktik keagamaan yang memainkan peran vital dalam menjaga kebersihan rohani, memurnikan tempat-tempat sakral, dan menyatukan komunitas dalam upaya bersama menuju kesucian dan pemurnian spiritual. Dengan melibatkan elemen-elemen seperti air suci, doa, dan simbolisme khusus, penglukatan merangkum nilai-nilai penting dalam kepercayaan agama dan budaya, serta menjadi ekspresi dari keyakinan akan pentingnya kesucian dalam kehidupan manusia.
Pura Luhur Tamba Waras, sebagaimana namanya yang mengandung arti "obat untuk kesembuhan," dipahami berasal dari kata "Tamba" yang berarti obat dan "Waras" yang berarti sembuh. Hal ini menjadikan tempat suci ini dikenal sebagai tempat yang dimohonkan obat untuk kesembuhan. Bagi umat Hindu, Pura Tamba Waras merupakan tempat untuk meruwat (membersihkan diri secara lahir batin) dan memohon kesembuhan dari penyakit yang dihadapi. Pura ini juga dianggap sebagai tempat untuk meminta obat yang diyakini akan membawa kesembuhan. Penting untuk dicatat bahwa seperti pura lainnya di Bali, wanita yang sedang mengalami menstruasi tidak diperbolehkan untuk melakukan ritual meruwat atau persembahyangan di sini.
Pintu Menuju Pengelukatan Sapta Gangga (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Sebelum memulai persembahyangan di Pura Luhur Tamba Waras, terdapat area khusus yang disebut Pancoran Sapta Gangga. Di sini, terdapat tujuh pancoran berturut-turut yang memiliki makna spiritual, dikenal sebagai tempat untuk membersihkan diri baik secara lahir maupun batin. Tujuh pancoran ini meliputi Pancoran Sanjiwani, Kamandalu, Kundalini, Pawitra, Maha Pawitra, Pangurip, dan Pasupati. Setiap pancoran memiliki makna filosofis dan simbolis tersendiri dalam proses penyucian, mulai dari memohon kesembuhan hingga mencapai pemahaman spiritual yang lebih dalam. Tempat ini menjadi titik penting sebelum melanjutkan ritual persembahyangan di pura tersebut. Yang dimana arti setiap pancoran tersebut adalah :
- Sanjiwani: Sanjiwani artinya air suci yang menguatkan iman.
- Kamandulu: kamandalu adalah air suci yang berfungsi untuk penyucian kotoran dan perkataan atau Suksma sarira.
- Kundalini: Dipercaya bahwa dengan penglukatan ini , energi dapat diaktifkan dan ditingkatkan ke pusat energi yang lebih tinggi, yang dapat menghasilkan pemahaman dan kesadaran spiritual yang mendalam.
- Pawitra: Pawitra adalah persembahan atau benda suci dalam kepercayaan Hindu, digunakan dalam ritual untuk menyucikan atau menyucikan diri dan lingkungan dari energi negatif atau kotoran spiritual.
- Maha Pawitra: Maha Pawitra adalah ritual penting yang melibatkan penggunaan benda suci ini untuk pemurnian lebih dalam.
- Pangurip: Konsep dalam kehidupan Jawa yang menggambarkan keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Pangurip mencerminkan harmoni dan keselarasan dalam hidup.
- Pasupati: Salah satu bentuk manifestasi Dewa Siwa dalam agama Hindu yang melambangkan kekuatan dan kesadaran universal. Pasupati dikaitkan dengan alam semesta dan keberadaan manusia.
Bagi yang belum pernah ke Pura Luhur Tamba Waras, alangkah baiknya mengetahui tata cara melukat dan sarana persembahyangan terlebih dahulu, sebelum melakukan penglukatan di Pancoran Sapta Gangga, baru kemudian sembahyang di Pura Luhur.
Sarana Melukat dan Persembahyangan
- Siapkan sarana persembahyangan, minimal 2 buah pejati dan 12 canang sari
-
Siapkan bungkak nyuh (kelapa muda) gading, satu nyuh gading untuk setiap orang, siapkan juga bungkak nyuh gadang (kelapa hijau muda) bila ingin Nunas tamba (mohon minta obatnya)
Proses melukat di Pancoran Sapta Gangga mengikuti urutan dan tata cara tertentu:
- Pertama, haturkan pejati (sesajen) dan lakukan persembahyangan di area melukat Pancoran Sapta Gangga sebelum memulai proses melukat. Tempatkan nyuh gading yang telah dikasturi (bagian atasnya dibuka) pada tempat yang telah disiapkan.
- Selanjutnya, mulailah melukat dengan mengikuti urutan pancoran Sapta Gangga yang telah ditetapkan.
- Setelah melukat di salah satu pancoran, lanjutkan dengan melakukan nunas tirta (mengambil air suci) yang diikuti dengan melukat menggunakan nyuh gading.
- Jika Anda ingin memeriksa kesehatan fisik secara spiritual (niskala), mintalah petunjuk pada pemangku di tempat tersebut dan haturkan sesari (sesajen kecil) sebanyak yang dianggap tepat.
- Proses melukat di Pancoran Sapta Gangga selesai setelah langkah-langkah tersebut dilakukan sesuai urutan yang ditentukan.
Langkah selanjutnya dalam prosesi tersebut adalah:
- Ganti pakaian yang basah dengan pakaian adat yang telah disiapkan untuk melanjutkan persembahyangan di Pura Luhur Tamba Waras.
- Selanjutnya, haturkan pejati (sesajen) di pelinggih utama Pura Luhur Tamba Waras.
- Bagi mereka yang ingin memohon kesembuhan dari penyakit, tempatkan bungkak nyuh gadang yang sudah dikasturi (bagian atasnya dibuka) bersama pejati Anda. Jika terdapat banyak bungkak karena memohon obat untuk rombongan atau keluarga, letakkan di tempat lain dengan bagian atasnya terbuka untuk memudahkan Jro Mangku mengisikan obat.
- Di bawah arahan Jro Mangku, mulailah memohon atas kesembuhan dari penyakit yang Anda derita.
- Setelah itu, lakukan persembahyangan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan.
- Ketika persembahyangan selesai, minumlah air dari bungkak nyuh gadang Anda sampai habis di halaman luar pura.
- Dengan demikian, prosesi persembahyangan di Pura Luhur Tamba Waras telah selesai dilaksanakan.
Ritual penglukatan dan persembahyangan di Pura Luhur Tamba Waras adalah manifestasi kaya akan tradisi spiritual dan budaya dalam kepercayaan Hindu di Bali. Proses ini melibatkan serangkaian langkah yang terstruktur secara ritualistik, dimulai dari penglukatan di Pancoran Sapta Gangga, yang memiliki simbolisme mendalam terkait dengan penyucian lahir dan batin. Setiap pancoran memiliki makna filosofis tersendiri, mencerminkan konsep kesucian, pemurnian spiritual, dan keharmonisan hidup. Ritual ini bukan hanya ungkapan dari nilai-nilai keagamaan, tetapi juga bagian integral dari identitas budaya yang dijaga dengan cermat oleh masyarakat lokal, meskipun beberapa praktik mungkin menimbulkan kontroversi, seperti pembatasan akses bagi wanita yang sedang menstruasi.
Bagi banyak pengunjung, ritual di Pura Luhur Tamba Waras bukan sekadar rangkaian ritual, melainkan momen penting dalam pencarian kesembuhan spiritual dan fisik. Permohonan kesembuhan dari penyakit, pengalaman penglukatan dengan simbolisme yang dalam, serta persembahyangan menawarkan kesempatan untuk refleksi dan pemulihan. Selain itu, dalam kerangka spiritualitas dan kesehatan yang beragam, tersedia alternatif lain yang mengintegrasikan pendekatan holistik, keterbukaan terhadap tradisi keagamaan, serta pencarian makna spiritualitas secara pribadi. Keseluruhan, ritual ini menyajikan pandangan yang unik tentang nilai-nilai spiritual, kesehatan, dan keberagaman budaya, menjadi perjalanan yang membangkitkan harapan dan pengalaman mendalam bagi para pengunjung.