Goak Maling, Permainan Tradisional Bali yang Mengasah Kerjasama Tim.
Goak Maling adalah permainan tradisional dari Buleleng, Bali, yang artinya "gagak pencuri". Intinya, satu pemain menjadi "goak" yang berusaha menangkap anak ayam paling belakang dalam sebuah barisan. Satu pemain lain berperan sebagai induk yang melindungi barisan, sementara sisanya menjadi anak ayam yang harus tetap kompak berpegangan. Jika anak ayam terakhir berhasil disentuh, ia akan berganti peran menjadi goak. Permainan ini biasanya diiringi lagu anak-anak tradisional Bali atau biasa disebut sekar rare.
Bali bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tapi juga karena kekayaan tradisi yang terus hidup di tengah masyarakat. Salah satu warisan budaya yang masih ada adalah permainan tradisional Goak Maling. Permainan ini berasal dari Buleleng, tepatnya di Desa Panji. Permainan ini tidak memiliki acara khusus, dan dapat dimainklan kapan saja, namun biasanya dimainkan saat Ngembak Geni (sehari setelah perayaan nyepi). Permainan ini sering dimainkan sambil menyanyikan sekar rare, yaitu tembang (lagu) anak-anak yang dinyanyikan berulang-ulang selama permainan berlangsung.
Permainan Goak Maling (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Nama Goak Maling berasal kata “goak” yang berarti burung gagak, dan “maling” yang berarti pencuri. Permainan ini menggambarkan seekor gagak yang berusaha mencuri anak ayam yang dijaga oleh induknya. Dalam tradisi lisan Bali, burung gagak sering digambarkan sebagai makhluk yang cerdik dan licik, sementara induk ayam melambangkan kasih sayang dan keberanian dalam melindungi anak-anaknya.
Sang Goak Mencoba Mengincar Anak Ayam Terakhir (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Permainan ini biasanya dimainkan oleh lima anak atau lebih. Satu anak berperan sebagai goak, satu sebagai induk ayam, dan sisanya menjadi anak ayam. Anak-anak yang menjadi anak ayam berbaris rapi di belakang induknya, saling berpegangan pada bahu atau pakaian teman di depannya. Si Goak berdiri di depan barisan, mencari celah untuk menyentuh anak ayam paling belakang. Saat permainan dimulai, Goak akan berusaha mendekati barisan dan menyentuh anak ayam terakhir. Induk ayam bertugas melindungi anak-anaknya dengan bergerak ke kiri dan kanan, menghadang Goak agar tidak bisa menembus barisan. Anak-anak di barisan juga harus tetap kompak dan erat berpegangan agar tidak terputus. Goak biasanya bergerak cepat dan kadang mengecoh dengan pura-pura berlari ke satu arah lalu tiba-tiba berbalik. Jika Goak berhasil menyentuh anak ayam terakhir, maka anak itu dianggap “tertangkap” dan akan berganti peran sebagai Goak di putaran berikutnya. Kalau belum berhasil, permainan terus berlanjut sampai ada yang tertangkap.
Sang Goak Berhasil Menangkap Anak Ayam Terakhir (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Permainan ini biasanya diiringi dengan nyanyian sekar rare, yang memperkuat suasana dan menjaga semangat anak-anak selama bermain. Berikut adalah liriknya:
Semeng bangun kepupungan
Kepupungan dundun kukuruyuk
Semeng bangun kepupungan
Kepupungan dundun kukuruyuk
Suryane suba makenyung Bangun cening goake ngelingkung
Suryane suba makenyung Bangun cening goake ngelingkung
Tong Tong Goak Maling
Tong Tong Goak Maling
Tong tong jungklang jungkling
Depang Ning apang paling Apang paling apang paling apang paling
Di balik keseruannya, Goak Maling menyimpan banyak nilai edukatif. Anak yang berperan sebagai induk ayam belajar menjaga sesuatu yang berharga. Si Goak belajar strategi dan kecerdikan. Anak-anak di barisan belajar kekompakan, kesabaran, dan tanggap terhadap situasi. Semua peran punya tantangannya masing-masing, dan semuanya saling melengkapi. Selain itu, dengan memainkan permnainan ini, kita ikut menjaga kelangsungan budaya Bali yang mudah terlupakan di era digital.
Daftar Pustaka
- Universitas Pendidikan Ganesha. (2020). Wawancara dengan Drs. I Made Taro, "Film Dokumenter Permainan Tradisional 'Goak Maling Taluh'.