Menyibak Rimbun Bambu, Menemukan Kedamaian di Pura Beji Meninting
Pura Beji Meninting adalah pura suci di Bali Selatan yang dikenal sebagai sumber air suci sejak tahun 91 M. Berdasarkan tradisi lisan, pura ini lahir dari kisah para dewa yang menerima tirta dari Dewi Danu. Keunikan cerita tentang Ida Betara Sembung yang menyamar untuk merebut air suci membuat Beji Meninting memiliki sejarah penuh makna.
Di balik rimbunnya hutan bambu yang menaungi jalan menurun, berdirilah Pura Beji Meninting, salah satu pura penting yang sejak lama dikenal sebagai sumber air suci di Bali. Pura ini terletak di Jl. Banjar Bunyuh, Perean, Kec. Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali.
Menurut cerita turun-temurun, kisahnya berawal pada tahun 91 Masehi, saat para dewa Bali menerima anugerah tirta dari Dewi Danu untuk dibagikan ke wilayah masing-masing. Dari tirta itulah lahir berbagai mata air, dan salah satunya adalah Beji Meninting. Nama “Meninting” sendiri diyakini berasal dari kata ningting (memperhatikan dengan saksama), merujuk pada tekad sang dewa untuk terus mengawasi tirta tersebut.
Namun, ada kisah menarik di balik lahirnya pura ini. Ida Betara Sembung, yang tidak sempat hadir dalam pertemuan suci, berusaha mengambil tirta dari Beji Meninting dengan menyamar sebagai bidadari. Saat aksinya terbongkar, terjadilah pengejaran sengit. Air suci yang dibawanya pun tumpah di berbagai tempat, dan dari setiap tumpahan itu lahirlah mata air baru yang masih ada hingga kini.

Seiring waktu, Beji Meninting berkembang menjadi pura penting. Bahkan, seorang bangsawan dari Puri Agung Perean bernama Ida Pacung Sakti menerima pawisik untuk mendirikan pelinggih di tempat ini sebagai sumber spiritual. Hingga kini, pura ini tetap lestari dan dikelola turun-temurun oleh keluarga pengempon yang dipercaya. Selain itu, setiap Selasa Kliwon wuku Medangsia, pura ini menggelar Pujawali Piodalan, upacara sakral yang menjadi pengingat atas kisah suci lahirnya sumber air ini.
Selain sarat legenda, Pura Beji Meninting juga memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar. Di kawasan pura ini terdapat sebuah kolam air jernih yang sejak dahulu dimanfaatkan warga untuk mandi dan mengambil air bagi kebutuhan sehari-hari. Air yang terus mengalir tanpa henti dianggap sebagai anugerah, bukan hanya secara spiritual, tetapi juga secara nyata menopang kehidupan.
Untuk memasuki area pura, umat maupun pengunjung diwajibkan menggunakan pakaian adat sebagai bentuk penghormatan pada kesucian tempat. Setiap kali melangkah ke dalam, suasana teduh begitu terasa. Rimbunan bambu di sekitar pura menciptakan nuansa rindang dan sejuk, menjadikannya daya tarik tersendiri selain mata air yang memancar jernih.
Pura ini terutama digunakan oleh warga lokal untuk bersembahyang, sekaligus dijaga bersama-sama oleh seluruh masyarakat sekitar. Semangat gotong royong begitu kuat terlihat, misalnya saat menjelang upacara besar, warga akan melakukan bersih-bersih area pura agar tetap asri dan layak menyambut upacara suci.
Mata Air Di Pura Beji Meninting (Sumber: Koleksi Pribadi)
Tidak hanya pada hari-hari upacara, pura ini selalu ramai karena keberadaannya sebagai sumber kebutuhan air masyarakat. Inilah yang membuat Pura Beji Meninting berbeda, tidak hanya hidup sebagai pusat ritual, tetapi juga menjadi denyut kehidupan warga sehari-hari.
Keindahan alami pura dengan jalan masuk menurun di bawah naungan bambu, kolam jernih yang menyegarkan, serta lingkungan yang terawat bersih menjadi alasan mengapa banyak orang merasa betah dan tenteram ketika berkunjung. Banyak yang menggambarkan pengalaman di sini sebagai menyenangkan sekaligus menenangkan, seakan setiap langkah membawa kedekatan dengan alam dan spiritualitas Bali yang mendalam.
Tampak Depan Pura Beji Meninting (Sumber: Koleksi Pribadi)
Berjalan menuruni jalan teduh di bawah lengkung bambu, lalu tiba di pelataran pura yang dikelilingi alam asri, membuat siapa pun yang datang merasakan ketenangan sekaligus kekhidmatan. Pura Beji Meninting bukan hanya tempat pemujaan, tapi juga warisan spiritual yang terus mengalirkan kesucian dari masa lampau hingga kini.