Sanggar Tari Paripurna Bona: Pusat Kreativitas Seni Tari di Jantung Blahbatuh Gianyar
Sanggar Paripurna berdiri pada 1 April 1990 sebagai wadah pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali yang mencakup berbagai bidang kesenian. Sanggar ini berperan penting dalam membina generasi muda serta melahirkan karya-karya kreatif yang tampil di berbagai ajang lokal, nasional, hingga internasional. Di bawah kepemimpinan I Made Sidia, sanggar terus berkembang dengan ratusan anggota, tetap menjaga nilai tradisi, sekaligus aktif berkontribusi dalam kegiatan sosial dan ritual masyarakat Bali.

Di tengah kehidupan masyarakat Bali yang sarat dengan tradisi dan ritual, hadir sebuah ruang kreatif yang menjadi pusat pelestarian dan pengembangan seni budaya. Sanggar Tari Paripurna Bona, yang berdiri sejak 1 April 1990 di Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, adalah salah satu wadah seni yang lahir dari gagasan seniman multitalenta, almarhum I Made Sidja. Berawal dari semangat beliau untuk memberikan ruang bagi generasi muda, sanggar ini kini menjelma sebagai pusat kegiatan seni yang tidak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga menghadirkan karya-karya inovatif di panggung dunia.
Sanggar Tari Paripurna Bona (Sumber : Koleksi Pribadi)
Setelah berbincang langsung dengan pemilik sanggar, Bapak I Made Sidia, terungkap bahwa nama Paripurna memiliki filosofi yang sangat dalam. Menurutnya, Paripurna bermakna totalitas, komplit (multi-art), serta awal dan akhir. Filosofi ini diwujudkan dalam proses pembelajaran di sanggar yang mengajarkan kesenian secara menyeluruh, mulai dari tahap dasar seperti pembuatan topeng, hingga akhirnya ditampilkan dalam bentuk tari. Selain itu, sanggar ini membuka ruang bagi berbagai bidang seni gamelan, tari, pedalangan, hingga seni rupa. Sehingga siapa pun yang belajar di sini dapat mengembangkan kemampuan secara utuh.
Kegiatan Latihan Tabuh (Sumber : Koleksi Pribadi)
Kiprah Sanggar Paripurna tidak hanya dikenal di Bali, tetapi juga di panggung internasional. Beberapa pementasan berkesan antara lain Teater Bali Agung di Bali Safari & Marine Park, Tari Kecak di Berlin (2013), Wayang Listrik “Yudistira Become the King” di China (2014), hingga mewakili Indonesia di EXPO Dubai 2000. Menurut Bapak Sidia, tiga pilar utama sanggar adalah melestarikan tari klasik Bali, mengembangkan tradisi agar relevan, serta menciptakan karya baru yang inovatif.
Tak hanya tampil di panggung, Sanggar Paripurna juga aktif menjalin kolaborasi. Banyak siswa dari luar negeri, seperti Eropa, Australia, hingga Singapura, datang untuk belajar di sini. Kerja sama dengan berbagai instansi, sekolah, hingga komunitas seni pun terjalin erat, menjadikan sanggar ini sebagai salah satu representasi seni Bali di kancah global.
Kegiatan Pembelajaran Oleh Bapak I Made Sidia (Sumber : Koleksi Pribadi)
Harapan ke depan, Sanggar Paripurna ingin terus berkembang dengan fasilitas yang lebih memadai sehingga mampu melahirkan seniman-seniman profesional. Saat ini, sanggar bahkan sudah memiliki koleksi gamelan lengkap, termasuk lima barungan dan gong Jawa. Dari jantung Blahbatuh, Gianyar, Sanggar Tari Paripurna Bona terus membuktikan diri sebagai pusat kreativitas seni tari yang menjaga tradisi sekaligus membawa Bali ke panggung dunia.