Tak Terlihat Pasukan NICA, Perlindungan Gaib untuk Pasukan Ciung Wanara dari Pura Dalem Basa Desa Ole
Pura Dalem Basa di Desa Ole bukan hanya pusat spiritual, tetapi juga saksi bisu perjuangan bangsa. Di sinilah pada 1946 pasukan Ciung Wanara memanjatkan doa sebelum pertempuran melawan NICA. Kisah mistis menyebut para pejuang tidak terlihat oleh musuh berkat perlindungan gaib. Sebagai penghormatan, masyarakat membangun Monumen Perjuangan untuk mengenang para pahlawan gugur.

Menurut naskah yang ditulis oleh I Gusti Ketut Sedeng, Bendesa Adat Marga pada tahun 1937–1953, Pura Dalem Basa pertama kali didirikan oleh Ratu Pering. Dari Kuwoman Lebah, sang raja bersama pengikutnya sering merabas hutan ke arah tenggara hingga akhirnya menemukan kawasan baru. Di tempat itulah mereka mendirikan sebuah pemukiman bernama Ngebasa (kini dikenal sebagai Banjar Dinas Basa, Desa Marga). Sebagaimana pura-pura di Bali, Pura Dalem Basa juga memiliki hari piodalan yang dirayakan secara rutin oleh umat Hindu. Piodalan Pura Dalem Basa jatuh pada Buda Cemeng (Buda Wage) Langkir.
Utama Mandala Pura Dalem Basa (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Peran Pura Dalem Basa tidak hanya dalam ranah spiritual, tetapi juga sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Pada 14 November 1946, Markas Besar Umum DPRI Sunda Kecil dipindahkan dari Desa Kuwum ke Banjar Ole. Lima hari kemudian, tepatnya 19 November 1946, I Gusti Ngurah Rai bersama pasukan Ciung Wanara melakukan semedi di Pura Dalem Basa.
Candi Bentar di Jaba Pura Dalem Basa (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)
Di pura inilah mereka memanjatkan doa dan memohon restu sebelum melakukan penyerangan yang dipimpin oleh pemangku Pan Pasek (alm.). Doa dipanjatkan, strategi disusun dengan rapi, dan keyakinan dikokohkan.
Menurut cerita masyarakat Banjar Ole, dalam semedi tersebut pasukan Ciung Wanara mendapatkan perlindungan gaib: meskipun kawasan dikepung pasukan NICA, namun para pejuang tidak terlihat oleh musuh. Kisah ini dipercaya sebagai bentuk bantuan spiritual yang memperkuat keyakinan pasukan dalam melanjutkan perjuangan.
Sebagai bentuk penghormatan atas jasa para pahlawan, masyarakat Banjar Ole membangun sebuah Monumen Perjuangan di pelataran Pura Dalem Basa. Monumen setinggi 230 cm ini dibuat secara swadaya oleh masyarakat setempat, diprakarsai oleh panitia pembangunan yang diketuai I Wayan Supra.
Pada monumen tersebut terukir nama-nama pejuang yang gugur dalam peristiwa heroik, di antaranya Kapten I Gusti Bagus Sugianyar, Mayor I Gusti Putu Wisnu, Kapten Gusti Wayan Debes, dan Wagimin. Nama-nama ini menjadi simbol keberanian dan pengorbanan pasukan Ciung Wanara dalam mempertahankan kemerdekaan.
Kisah spiritual tersebut menjadi bagian penting dari semangat perjuangan dan keberanian pasukan. Sebagai bentuk penghormatan, masyarakat Banjar Ole membangun Monumen Perjuangan secara swadaya di pelataran pura. Monumen dan kisah yang menyertainya tidak hanya mengabadikan nama-nama pahlawan, tetapi juga menegaskan bahwa perjuangan bangsa lahir dari keberanian, doa, serta peran kolektif, termasuk dari tokoh-tokoh yang sering terabaikan dalam catatan sejarah.