Keunikan dan Sejarah Nasi Sela, Kuliner Khas Karangasem Sebagai Penyelamat pada Masa Kritis
Keindahan alam serta keberagaman budaya Bali tidak dapat dipungkiri merupakan ciri khas yang membuat pulau ini sangat istimewa di mata dunia. Di balik pesona wisata Pulau Dewata, terdapat kekayaan kuliner yang mencerminkan kearifan dan sejarah panjang masyarakat lokal. Salah satu hidangan dengan tempat istimewa dalam budaya Bali adalah nasi sela. Kuliner sederhana asal Karangasem ini memadukan cita rasa unik dan nilai historis, menjadikannya warisan kuliner Bali yang patut dinikmati dan dipelajari.

Nasi sela merupakan salah satu kuliner tradisional Bali yang memiliki sejarah panjang dan nilai budaya yang kental, khususnya di wilayah Karangasem. Nasi sela yang terbuat dari campuran nasi putih dan potongan ubi ini bukan sekedar makanan sehari-hari; namun juga menyimpan kisah perjalanan panjang dari masa krisis hingga menjadi sajian istimewa yang diminati wisatawan domestik dan mancanegara.
Nasi sela terlahir oleh kebutuhan masyarakat Bali akan pangan alternatif pada masa sulit. Pada tahun 1970-an, dimana ketersediaan beras di Bali sangat terbatas, memaksa masyarakat mencari bahan pangan lain sebagai campuran atau pengganti beras. Ubi, atau yang juga dikenal dengan nama sela, kemudian dijadikan sebagai bahan campuran utama untuk nasi. Sejak saat itu, nasi sela menjadi makanan pokok masyarakat Bali, berkembang sebagai simbol ketahanan dan kreativitas dengan memberikan solusi sederhana namun efektif dalam menjaga keberlangsungan pangan masyarakat lokal selama masa krisis.
Perpaduan Nasi dan Ubi pada Nasi Sela (Sumber: Koleksi Penulis)
Nasi sela tersusun dari nasi putih yang dicampur dengan potongan ubi berukuran kecil. Perpaduan ini menjadikan nasi sela tidak hanya lezat tetapi juga lebih cepat mengenyangkan. Ubi jalar yang biasa digunakan dalam nasi sela, mengandung vitamin dan mineral yang penting bagi kesehatan, seperti vitamin A, C, dan B6, serta serat yang baik untuk pencernaan dan dapat menekan rasa lapar. Kombinasi ini memberikan nasi sela keunggulan dari segi nilai gizi dan rasa, membuatnya menjadi pilihan yang sehat dan memuaskan bagi mereka yang mencari makanan bergizi dalam satu sajian. Variasi bahan utamanya juga sudah dikembangkan, dimana ubi dapat digantikan dengan singkong, yang menawarkan rasa yang lebih tawar dan tekstur yang lebih padat dibandingkan ubi yang cenderung manis dan lembut.
Penyajian nasi sela kini telah bervariasi, dengan ditambahkan beberapa lauk yang umumnya seperti ayam betutu, pindang tongkol, sate lilit, jukut bejek, dan berbagai sambal khas Bali yang memperkaya rasa dan daya tarik hidangan ini. Perkembangan ini membuat nasi sela semakin diminati oleh berbagai kalangan, termasuk wisatawan. Bahkan, inovasi modern telah menghadirkan nasi sela dalam bentuk fusion cuisine, seperti penyajian nasi sela dengan topping khas internasional seperti salmon panggang atau alpukat. Restoran seperti Kilo Kitchen di Seminyak mempopulerkan kreasi ini, menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara
Sajian Nasi Sela (Sumber: Koleksi Penulis)
Teknik pembuatan nasi sela di beberapa desa adat di Bali, seperti Desa Tenganan di Karangasem, masih menggunakan metode tradisional. Proses memasak dilakukan dengan cara mengaron nasi dan ubi di atas tungku api kayu, yang memberikan aroma khas dan rasa otentik yang sulit ditiru dengan metode modern. Nasi sela juga memiliki keterkaitan dengan tradisi megibung di desa Tenganan, dimana masyarakat akan duduk melingkar dan makan bersama hidangan yang diletakkan di tengah, sehingga membentuk suasana kebersamaan dan kekeluargaan yang erat. Bagaimana masyarakat desa Tenganan mengolah dan menghidangkan nasi sela mereka, menunjukkan bahwa makanan ini bukan merupakan kuliner khas bali biasa, namun juga telah menjadi bagian dari tradisi dan budaya di daerah tersebut.
Nasi sela tidak hanya melestarikan tradisi lokal tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi produsen ubi lokal dan pelaku UMKM di Bali. Dengan meningkatnya popularitas nasi sela, petani ubi dan pengusaha kuliner mendapatkan manfaat ekonomi yang signifikan. Restoran yang mengusung konsep fusion food turut mempromosikan kuliner lokal ke kancah internasional, menjadikan nasi sela sebagai bagian dari ekosistem pariwisata kuliner Bali. Selain itu, nasi sela memainkan peran penting dalam keberlanjutan pangan. Penggunaan ubi sebagai campuran nasi mengurangi ketergantungan pada beras, mendukung diversifikasi pangan, dan sejalan dengan upaya meningkatkan ketahanan pangan lokal
Selain menjadi makanan sehari-hari masyarakat Bali, nasi sela memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan langsung pengalaman kuliner autentik Bali. Di berbagai acara budaya, seperti Pesta Kesenian Bali (PKB), nasi sela menjadi salah satu daya tarik kuliner yang dipromosikan untuk memberikan pengalaman budaya Bali kepada pengunjung. Sajian ini kerap muncul dalam menu restoran tradisional maupun dibungkus di warung pinggir jalan di Bali, menjadikan makanan ini lebih mudah diakses oleh wisatawan dari berbagai kalangan.
Nasi sela tidak hanya menjadi saksi sejarah perjuangan masyarakat Bali, tetapi juga menjadi bukti bagaimana kuliner tradisional dapat beradaptasi dalam zaman modern. Dengan nilai sejarah, keunggulan gizi, serta peran ekonominya, nasi sela terus menerus dapat menjadi ikon kuliner Bali yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan Pulau Dewata. Mencicipi nasi sela adalah cara sederhana namun bermakna untuk menikmati keindahan budaya Bali yang autentik.