Mesbes Bangke : Tradisi Merobek Jenazah Beramai-ramai dari Desa Buruan Tampaksiring

Bali memiliki banyak tradisi. Tradisi adalah suatu bentuk tindakan yang diulang-ulang dengan cara yang sama. Kata “tradisi” diambil dari bahasa latin “Tradere” yang berarti mewariskan dari generasi ke generasi untuk dilestarikan. Tradisi secara umum dikenal sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah purbakala. Setiap tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politik atau tujuan budaya selama periode waktu tertentu. Di Bali terdapat tradisi yang sangat kental salah satunya adalah tradisi di Banjar Buruan, Tampak Siring, Gianyar Bali yaitu “Mesbes Bangke” yang tradisinya cukup ekstrim untuk dilakukan. Tradisi Mesbes Bangke Bali tidak dilakukan setiap saat sebelum upacara Ngaben dan adat ini hanya dilakukan pada jenazah yang menjalani upacara ngaben pribadi.

Jul 26, 2024 - 11:25
Jul 26, 2024 - 13:35
Mesbes Bangke : Tradisi Merobek Jenazah Beramai-ramai dari Desa Buruan Tampaksiring
Tradisi Mesbes Bangke (sumber : Koleksi Penulis)

Sebuah tradisi unik di Banjar Buruan, Tampaksiring, Gianyar, Bali, yang bernama "Mesbes Bangke‟ atau Mencabik Mayat. Tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai asal mula dari kebiasaan ini. Namun, berdasarkan penjelasan dari tetua yang berasal dari Banjar Buruam, pelaksanaan tradisi kontroversial ini berkaitan erat dengan tidak adanya bahan pengawet mayat seperti formalin yang ada di zaman sekarang. Para tetua dan adat di Banjar Buruan menyatakan bahwa Mesbes Bangke sudah berlangsung sejak dulu kala. Setiap warga yang mengikuti proses ini, mereka akan mencabik dan merobek mayat dengan kuku dan jari tangannya. Namun, seperti pada tradisi lainnya maka ritual ini pun memiliki sejarah tersendiri. Konon, warga di Banjar Buruan pada mulanya tidak tahan dengan bau busuk dari jasad manusia. Bau busuk muncul kerena pihak keluarga mendiamkannya berhari-hari untuk menunggu hari baik diaben. Apalagi, ketika itu belum ada formalin untuk mengawetkan jenazah. Masyarakat kemudian melakukan beragam cara agar tidak terganggu dengan bau itu.

proses tradisi mesbes bangke (sumber : koleksi penulis)

Salah satu ide yang kemudian berkembang adalah dengan cara mengarak sambil memainkan tubuh mayat. Dengan begitu, mereka tidak akan terganggu dengan bau tak sedap dari mayat. Jadi, mereka mengarak jenazah tersebut dan mencabiknya dengan tangan yang konon akan menghilangkan aroma bau busuk tersebut. Proses tradisi mesbes bangke ini dimana, setiap ada warga yang meninggal dan diaben secara personal, saat itulah jenazah akan melalui ritual ini. Warga asli Banjar Buruan akan berkumpul dijalan untuk menanti datangnya jenazah yang diusung dari rumah duka. Begitu jenazah terlihat, maka akan diserbu oleh warga untuk dibesbes (dicabik). Sebagian warga ada yang secara sadar dan sebagian lagi ada yang setengah sadar. Bahkan, ada yang sampai menaiki jenazah. Tangan dan mulut mereka akan sibuk mencabik-cabik tubuh yang tidak bernyawa tersebut yang disetai iringan baleganjur untuk memeriahkan suasana. Setelah warga puas mesbes, barulah jenazah dibawa ke kuburan dan dikremasi.

Mereka yang turut serta akan meluapkan kegembiraan karena hal tersebut akan menghilangkan aroma yang berasal dari mayat. Pada zaman tersebut, pelaksanaan tradisi mesbes bangke di Bali dijalankan dengan begitu brutal. Bahkan, mayat sampai harus dikeluarkan dari pembungkus. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, tak heran kalau pihak keluarga membungkus mayat secara berlapis-lapis. Tradisi Mesbes Bangke Bali yang masih berlangsung pada era modern, sudah tidak terlalu ekstrem. Hal terburuk yang dilakukan ketika pelaksanaan tradisi ini, paling- paling hanya upaya untuk menggigit ataupun mencabik tubuh mayat. Kondisi ini sudah jauh berkurang dibandingkan pada tahun 1980-an. Dan zaman baru seperti saat ini tradisi Mesbes Bangke masih dijalankan akan tetap dengan aturan baru, diman jenazah tidak dibiarkan terbuka seperti dulu.

penjemputan jenazah ke rumah duka (sumber: koleksi penulis)

Sebelum melakukan tradisi Mesbes Bangke ini, pihak keluarga akan melapisi jenazah dengan tikar, bambu, atau kain berlapis. Hal ini untuk mengantisipasi penyakit menular dan pemandangan lain saat mencabik mayat tersebut. Ada pantangan yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan tradisi Mesbes Bangke digelar, yaitu Jenazah tidak boleh jatuh ke tanah karena akan mengakibatkan warga banjar harus menggelar Pecaruan (penyucian) besar- besaran di daerah tersebut. Masyarakat di luar Banjar Buruan tidak boleh ikut melaksanakan prosesi Mesbes Bangke, Supaya mencegah jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akan tradisi yang ekstrim ini. Walapun tradisi ini tergolong ekstrim, namun seiring perkembangan zaman masyarakat sadar dan mulai mengurangi tindakan yang kurang manusiawi.

pembawaan jenazah dari rumah duka (sumber : koleksi penulis)

Di zaman sekarang dimana mayat sudah bisa di awetkan dan tidak ada bau busuk lagi yang menjadi alasan masyarakat Buruan untuk melakukan tradisi etrsebut. Tetapi demi menghomati para leluhur, masyarakat tetap melakukan tradisi tersebut, namun sudah sekedarnya saja. Dimana sudah tidak mencabik-cabik mayat lagi tapi hanya berpura-pura saja supaya terhindar dari yang tidak diinginkan misalnya seperti terkenanya penyakit. Paling tidak yang masih hingga saat ini seperti mayatnya di naiki dan di gotong beramai-ramai sambil bersuryak atau bersorak beramai-ramai. Di Indonesia, suku yang memiliki tradisi ekstrim cenderung sudah meniggalkannya karena sudah tidak layak di zaman modern ini, namun masyarakat Bali memang gemar akan menjaga tradisi, adat dan budaya agar tidak hilang dengan catatan semua itu harus berkembang ke hal yang positif seperti layaknya tradisi Mesbes Bangke ini.