Pengelukatan Beji Selati : Melukat Unik dengan menggunakan Tanah Merah
Bangli, satu-satunya kabupaten di Bali yang tidak memiliki Sumber Daya Alam berupa laut. Namun pemandangan alam di Bangli tak kalah indahnya, objek wisata pun cukup banyak. Bangli memiliki lokasi untuk melukat salah satunya adalah Pengelukatan Beji Selati, yang memiliki proses melukat yang unik dengan menggunakan tanah merah. Untuk lebih lengkapnya yuk simak artikel ini.
Pengelukatan Beji Selati ini terletak di Banjar Selati, Desa Bunutin, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Pengelukatan Beji Selati ini sebelum dipublikasi digunakan sebagai tempat petirtaan sesuhunan Pura Dalem Pingit Pusering Jagad yang bertempat di Pura Desa Banjar Adat Selati. Piodalan Pengelukatan Beji Selati ini jatuh pada Tumpek Wayang, Rahina Saniscara, Kliwon, Wuku Wayang. Beji selati memiliki 7 sumber mata air alami yang dipecah menjadi 13 pancoran. Yakni 3 pancoran yang dinamai pancoran Trimala, 5 pancoran dinamai pancoran Pancamala, pancoran Ganapati, pancoran Asta Pungku, Tirta Pingit, Tirta Sarining Telas, dan pancoran Bangkwanta.
Pengelukatan ini memiliki cara melukat yang unik, yang terdapat prosesi menggunakan tanah merah dengan membalurinya di sekujur tubuh, dan merupakan salah satu tata cara dari rangkaian proses melukat. Tanah merah tersebut merupakan tanah alami yang ada sejak dahulu kala di area Beji Selati, tanpa ada campur tangan manusia serta jauh dari pencemaran.
Pelinggih Matur Piuning (Sumber Photo : Koleksi Penulis)
Menurut Jro Mangku Bujangga Beji Selati, menyatakan bahwa tanah merah di pengelukatan Beji Selati telah digunakan oleh nenek moyang atau pelingsir di Banjar/Dusun Selati pada dahulu kala digunakan untuk membersihkan gigi serta menghilangkan sakit gigi. Berjalannya seiring waktu, banyak pengunjung yang datang untuk melukat menggunakan dengan tanah merah. Pengunjung yang datang umumnya dengan keluhan gatal-gatal, upas, dan kadang orang yang berkunjung menyatakan bahwa kedatangannya merupakan berdasarkan keinginan pribadi atau adanya pawisik untuk datang ke Pengelukatan Beji Selati.
Patung Lingga Naga (Sumber Photo : Koleksi Penulis)
Sebelum melakukan pengelukatan di Beji Selati adapun tata cara yang sudah disediakan di Pengelukatan Beji selati, terdapat tata cara untuk menggunakan tanah merah yang menjadi acuan bagi pengunjung saat melakukan proses melukat. Langkah pertama, diawali dengan menghaturkan sesajen berupa canang atau pejati di pelinggih matur piuning yang di sebut Sedan Penyapa. Langkah kedua, melakukan persembahyangan dengan memberi tahukan maksud dan tujuannya datang ke Pengelukatan Beji Selati kepada Ida Bhatara Dalam Pingit. Langkah ketiga, turun ke Beji untuk menghaturkan pejati dan canang di area Beji serta 13 pancoran setelah melakukan proses mebanten, pemangku yang ada di Beji Selati akan ngenter atau mengaturkan bakti/banten. Langkah keempat pamedek melukat dasar di Campuhan yang disebut dengan pertemuan dua mata air menjadi satu. Langkah kelima, diawali dengan melukat di pancoran 3, yang disebut dengan pancoran Trimala. Langkah keenam, melukat di pancoran 5, yang disebut dengan pancoran Pancamala. Langkah ketujuh, dilakukan prosesi metamba tanah merah. Tanah merah ini diambil di Bangkwanta dan di taruh di patung Lingga Naga, lalu dihaluskan dan dicampur dengan sedikit air, hingga halus, lalu dibalurkan ke tubuh dan tunggu beberapa menit agar mengering. Langkah kedelapan, melukat di pancoran Asta Pungku. Langkah kesembilan, melukat di pancoran Ganapati. Langkah kesepuluh, melukat di Tirta sarining Telas. Langkah kesebelas, melukat di Tirta Pingit. Langkah kedua belas, melukat terakhir di pancoran Bangkwanta. Langkah terakhir dari proses pengelukatan yaitu, proses persembahyangan yang di pandu oleh Jro Pemangku di Pengelukatan Beji Selati dan akan mendapatkan gelang tridatu yang dipakaikan langsung oleh Jro Pemangku. Itulah tata cara dari Pengelukatan Beji Selati.
Dengan melakukan proses melukat, kita tidak hanya dapat membersihkan diri, pikiran dan hati. Tetapi juga mendapatkan pengalaman spiritual.