Pura Gelap Besakih : Simbol Penerangan Alam Semesta
Pura Besakih adalah sebuah kompleks pura yang terletak di Lereng Gunung Agung, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Kompleks Pura Besakih ini terdiri dari 1 Pura Pusat atau disebut Pura Penataran Agung besakih dengan 19 Pura Pendampingnya. Namun, dalam konteks Pura Besakih, ada satu bangunan suci yang mungkin tidak semua orang tahu, yaitu Pura Gelap Besakih. Nama "Gelap" mungkin menimbulkan pertanyaan, tetapi sebenarnya, ini adalah bangunan suci yang memiliki arti yang penuh dengan makna.
Pulau Bali merupakan pulau yang dijuluki sebagai pulau seribu pura. Julukan tersebut memiliki maksud bahwa setiap daerah di Bali pasti terdapat pura. Pura merupakan sebuah tempat suci bagi umat Hindu khususnya di Bali. Pura difungsikan sebagai tempat ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Salah satu kompleks pura terbesar di Bali yaitu Pura Besakih.
Pura Besakih adalah sebuah kompleks pura yang terletak di Lereng Gunung Agung, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. kompleks ini adalah pusat spiritual terpenting di Bali dan dianggap sebagai "Pura Tertinggi" di pulau Bali. Kompleks Pura Besakih ini terdiri dari 1 Pura Pusat atau disebut Pura Penataran Agung besakih dengan 19 Pura Pendampingnya. Namun, dalam konteks Pura Besakih, ada satu bangunan suci yang mungkin tidak semua orang tahu, yaitu Pura Gelap Besakih. Nama "Gelap" mungkin menimbulkan pertanyaan, tetapi sebenarnya, ini adalah bangunan suci yang memiliki arti yang penuh dengan makna.
Pura Gelap merupakan salah satu bagian dari kompleks Pura Besakih yang berlokasi paling tinggi diantara bangunan suci lainnya. Untuk menuju Pura ini, harus berjalan setapak dijalan menanjak sekitar 5 menit dari bagian kanan Pura Penataran Agung Besakih. Lokasi Pura Gelap paling ujung dengan posisi paling tinggi, sehingga dapat menyaksikan keindahan alam di bawahnya, termasuk sejumlah pura lainnya di kompleks Pura Besakih dengan lebih leluasa, udara terasa sejuk menyelimuti, suasana alamnya damai, ideal untuk tujuan wisata rohani. Pemandangan alam indah juga menjadi tempat yang menarik bagi para wisatawan yang sedang dalam kunjungan tour di kawasan objek wisata pura Besakih.
Panorama dari Pura Gelap (Sumber Foto : Koleksi Penulis)
Nama "Pura Gelap" mungkin mengejutkan bagi banyak orang, terutama karena konotasi negatif yang biasanya melekat pada kata "gelap." Namun, dalam konteks Pura Gelap Besakih, kata "gelap" tidak memiliki arti yang sama seperti dalam bahasa sehari-hari atau Bahasa Indonesia. Istilah "gelap" di sini lebih merujuk pada arti spiritual yang mendalam. Nama Pura Gelap diambil bukan karena tempat tersebut gelap tanpa cahaya atau berada pada sebuah goa, tetapi malah sebaliknya, berada di alam terbuka yang penuh sinar. Kata gelap sendiri berasal dari bahasa Kawi yaitu “klap” yang artinya petir atau kilat, sebagai sumber sinar penerangan yang menyinari seluruh alam semesta ini.
Pura Gelap yang juga merupakan salah satu dari Pura Catur Lawa adalah sthana Dewa Iswara yang menempati posisi Timur (purwa) dilambangkan dengan warna putih, yang juga merupakan simbol cahaya atau sinar matahari yang memberikan penerangan bagi alam semesta atau buwana agung, sehingga terhindar dari kegelapan. Apabila memasuki areal pura ini, maka dominasi pengangge (wastra) berwarna putih, sesuai simbol warna dari lokasi pura Gelap tersebut.
Piodalan di Pura Gelap dilaksana setiap 6 bulan sekali yaitu pada hari Soma Kliwon Wariga. Lalu terdapat pula upacara Aci Pengenteg Jagat. Upacara Aci Pengenteg Jagat dilaksana setiap 1 tahun sekali pada saat Purnama Sasih Karo di Pura Gelap Besakih. Upacara ini bertujuan untuk memohon kestabilan jagat raya atau alam semesta. Sehingga umat manusia serta alam sekitar stabil dan sejahtera.
Meru Tumpang Tiga (Sumber Foto : Koleksi Penulis)
Pelinggih utama di Pura Gelap Besakih ini adalah Meru Tumpang Tiga sebagai media untuk memuja Batara Iswara sebagai manifestasi Tuhan pelindung arah timur dari alam semesta ini. Batara Iswara juga sebagai Dewa kecemerlangan dan kecerahan dari Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Atap Meru yang bertingkat-tingkat tersebut melambang pengelukunan Dasaksara dan lambang urip bhuwana. Pengelukunan Dasaksara adalah Aksara ''Om'' yang bisa dikembangkan menjadi tiga aksara, lima, tujuh sampai sebelas aksara. Maknanya secara filosofis sama. Meru Tumpang Tiga makna filosofisnya sama dengan Meru Tumpang Lima sampai Sebelas.
Menurut Kekawin Dharma Sunia, Meru itu adalah lambang alam atau Bhuwana stana Tuhan yang sesungguhnya. Meru Tumpang Tiga di Pura Gelap lambang Tri Bhuwana yaitu Bhur, Bhuwah dan Swah Loka. Artinya Tuhan sebagai Batara Iswara menyinari kehidupan di Tri Bhuwana tersebut. Di dalam Meru Tumpang Tiga ini terdapat batu simbol Lingga stana Batara Siwa. Di samping itu, di Pura Gelap ada Pelinggih Sanggara Agung yang menyerupai Padmasana untuk menstanakan tirtha yang diambil dari Pura Tirtha saat ada upacara penting di Pura Penataran Agung Besakih.
Di Pura Gelap terdapat juga Pelinggih Dasar Sapta Patala. Pelinggih ini digunakan sebagai media memuja Tuhan sebagai jiwa alam bawah yang terdiri atas tujuh lapisan yang disebut Sapta Patala. Unsur-unsur Sapta Patala ini setelah mendapatkan sinar alam semesta barulah akan berfungsi sebagaimana mestinya. Kerja sama alam inilah yang menghasilkan unsur-unsur alam yang menyebabkan berlangsungnya kehidupan di bumi ini.