Nyepi Segara : Menghormati Dewa Baruna di Pulau Nusa Penida

Temukan pesona Bali, "Pulau Dewata," dan tradisi unik Nyepi Segara. Jelajahi lanskap memukau dari pantai hingga sawah dan pelajari keheningan dalam serta penghormatan terhadap alam selama perayaan ini di Nusa Penida. Nyepi Segara menghormati dewa laut Baruna dan menggarisbawahi pentingnya melindungi kehidupan laut. Nikmati pengalaman budaya dan lingkungan ini.

Oct 14, 2023 - 06:10
Sep 27, 2023 - 22:16
Nyepi Segara : Menghormati Dewa Baruna di Pulau Nusa Penida
Pantai Kelingking Nusa Penida (Sumber Foto: Koleksi Redaksi

Bali, yang sering disebut sebagai "Pulau Dewata", mempesona para pengunjung dengan kecantikannya yang tak tertandingi. Terletak di antara lautan Hindia dan Samudra Pasifik, pulau ini menawarkan pantai-pantai yang memikat, teras sawah yang hijau memukau, dan budaya yang kaya dengan seni, tarian, dan upacara tradisional yang mendalam. Namun, salah satu aspek paling unik dan menarik dari budaya Bali adalah perayaan Nyepi Segara, sebuah tradisi yang melibatkan keheningan penuh makna dan penghormatan kepada alam, khususnya lautan yang mengitarinya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pesona Bali dan bagaimana keunikan pulau ini tercermin dalam perayaan Nyepi Segara yang memukau.

 

Nyepi Segara adalah bentuk perayaan Hari Raya Nyepi yang sangat khusus di Pulau Nusa Penida. Nyepi sendiri adalah hari raya Hindu yang dikenal sebagai Hari Tahun Baru Saka. Namun, di Nusa Penida, Nyepi diiringi dengan penghentian seluruh aktivitas di laut. Kegiatan seperti memancing, snorkeling, dan bahkan menyentuh air laut dilarang selama 24 jam. Tradisi unik ini diikuti oleh semua penduduk pulau, dari pemuda hingga orang tua, tanpa kecuali. Sehingga, seluruh komunitas Nusa Penida berpartisipasi dalam perayaan ini.

Upacara Nyepi Segara (Sumber Foto: Pujangga Nagari Nusantara)

Nyepi Segara biasanya jatuh pada bulan Maret atau April setiap tahunnya, mengikuti penanggalan Saka Hindu. Perayaan dimulai pada pukul 06.00 pagi dan berlangsung hingga pukul 06.00 pagi keesokan harinya. Ini adalah saat di mana pulau ini benar-benar mereda, dan segala macam aktivitas di laut dihentikan.

 

Tradisi Nyepi Segara dilaksanakan di seluruh pulau Nusa Penida, yang terletak sekitar 20 kilometer di sebelah tenggara Bali. Pulau ini adalah bagian dari Kabupaten Klungkung dan dihuni oleh sekitar 45.000 penduduk. Pantai-pantai Nusa Penida yang terkenal seperti Crystal Bay dan Atuh Beach menjadi sunyi, karena tidak ada aktivitas wisata atau perkapalan selama Nyepi Segara.

 

Tradisi Nyepi Segara di Nusa Penida, Bali, tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga mengandung sejarah yang dalam dan kaya akan makna. Tradisi ini memiliki akar yang kuat dalam kepercayaan Hindu yang telah ada di pulau ini selama berabad-abad.

 

Tradisi Nyepi Segara berasal dari legenda kuno yang berkaitan dengan Dewa laut, Baruna, yang dianggap sebagai pelindung Nusa Penida. Konon, dewa ini sangat marah saat penduduk Nusa Penida tidak menghormatinya dan merusak ekosistem laut. Untuk mengatasi kemarahan dewa, penduduk setempat bersumpah untuk menghentikan semua aktivitas di laut selama satu hari setiap tahun sebagai bentuk penghormatan dan permohonan maaf.

Ilustrasi Dewa Laut, Baruna (Sumber Foto: Pujangga Nagari Nusantara)

Seiring berjalannya waktu, tradisi ini berkembang menjadi Nyepi Segara yang kita kenal hari ini. Selain sebagai ungkapan rasa hormat kepada Dewa Baruna, Nyepi Segara juga menjadi cara penduduk Nusa Penida memelihara dan menjaga keindahan bawah laut yang dianggap sebagai warisan berharga.

 

Sejarah Nyepi Segara juga mencerminkan hubungan erat antara kepercayaan agama Hindu dan keberlanjutan lingkungan. Tradisi ini mengajarkan pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam, serta penghargaan terhadap kehidupan laut yang melimpah di sekitar pulau ini.

 

Tradisi Nyepi Segara di Nusa Penida, Bali, memiliki makna yang mendalam bagi penduduk pulau ini. Selain sebagai ungkapan penghormatan kepada Dewa laut, Baruna, yang dianggap sebagai pelindung pulau, Nyepi Segara juga adalah simbol penghargaan dan kesadaran terhadap keindahan ekosistem laut yang melimpah di sekitar Nusa Penida. Dalam penghentian aktivitas di laut selama 24 jam, masyarakat setempat memperlihatkan komitmen mereka untuk melestarikan sumber daya alam yang berlimpah di perairan sekitar pulau ini. Hal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, serta mengajarkan nilai-nilai keberlanjutan yang membutuhkan perhatian dan tindakan nyata. Dengan demikian, Nyepi Segara bukan hanya perayaan agama, tetapi juga peringatan akan tanggung jawab kolektif kita dalam menjaga dan melindungi lingkungan yang di cintai.

Upacara Nyepi Segara (Sumber Foto: Pujangga Nagari Nusantara)

Pada Nyepi Segara, warga Nusa Penida berkumpul di tempat ibadah Hindu untuk bersembahyang dan melakukan upacara keagamaan. Selain itu, mereka juga menjaga pantai-pantai untuk memastikan bahwa tidak ada yang melanggar larangan berenang atau memancing. Meskipun suasana tenang dan hening menguasai pulau, perayaan ini juga diwarnai dengan upacara tradisional yang meriah dan penuh makna.

 

Keamanan selama Nyepi Segara sangat diutamakan. Pihak berwenang dan masyarakat bekerjasama untuk memastikan bahwa larangan-larangan di laut diikuti dengan ketat. Pelanggaran larangan ini bisa dikenakan sanksi yang serius, termasuk denda. Oleh karena itu, pengunjung yang datang ke Nusa Penida selama Nyepi Segara juga diharapkan untuk menghormati tradisi ini.

 

Dengan demikian, Nyepi Segara adalah perayaan yang unik dan penuh makna di Nusa Penida, Bali. Selama 24 jam, pulau ini merenung dan merayakan keindahan lautnya dengan menghentikan aktivitas di laut sebagai bentuk penghargaan terhadap alam dan kepercayaan Hindu. Tradisi ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga ekosistem laut yang rapuh di sekitar pulau ini. Sementara itu, sejarahnya yang kaya memperkaya pengalaman ini dengan makna dan kebijaksanaan yang dalam.