Pura Panti Taman Sari, Karangasem : Gerbang Komunikasi dengan Leluhur Desa Tegallinggah, Karangasem

Pura Panti Taman Sari di Desa Tegallingah, Karangasem, Bali, adalah tempat suci yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk menghormati leluhur mereka. Diyakini didirikan setelah Kerajaan Karangasem memenangkan perang melawan Lombok, pura ini menyimpan nilai sejarah dan kesakralan yang masih dijaga hingga kini.

Dec 18, 2024 - 18:00
Nov 12, 2024 - 23:40
Pura Panti Taman Sari, Karangasem : Gerbang Komunikasi dengan Leluhur Desa Tegallinggah, Karangasem

Pura Panti Taman Sari adalah sebuah pura yang terletak di Desa Tegallingah, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali. Pura ini menjadi tempat suci bagi masyarakat Desa Tegallingah untuk menghormati dan memuliakan leluhur mereka. Meski tidak diketahui dengan pasti kapan pura ini didirikan, banyak penduduk yang percaya bahwa pembangunannya terjadi setelah Kerajaan Karangasem berhasil mengalahkan Lombok dalam Perang Karangasem-Lombok. Pura ini menyimpan beragam cerita sejarah dan nilai kesakralan yang masih dilestarikan hingga kini.

Menurut para penglingsir Desa Tegallingah, Pura Panti Taman Sari awalnya didirikan oleh leluhur desa sebagai tempat suci bagi masyarakat untuk melaksanakan persembahyangan bersama. Pada masa itu, penduduk Desa Tegallingah belum memiliki pura untuk bersembahyang bersama, karena mereka hanya memiliki sanggah atau merajan di rumah masing-masing. Maka dari itu, leluhur Desa Tegallingah membangun Pura Panti Taman Sari sebagai tempat ibadah bersama dan untuk memperkuat ikatan spiritual masyarakat desa.

Sanggah Pura Taman Sari (Sumber: Koleksi Pribadi)

Pura Panti Taman Sari memiliki nilai historis dan spiritual yang sangat mendalam bagi masyarakat Desa Tegallingah. Pura ini tidak hanya menjadi pusat persembahyangan, tetapi juga saksi bisu dari perjalanan sejarah dan budaya desa. Pada masa Kerajaan Karangasem, Desa Tegallingah dikenal sebagai lokasi strategis yang digunakan untuk melatih serta mempersiapkan prajurit-prajurit kerajaan sebelum mereka terjun ke medan perang.

Desa ini menjadi arena latihan di mana para prajurit berlatih keterampilan bertempur dengan menunggangi kuda mereka berkeliling desa. Setelah selesai berkuda, mereka akan mengikat kuda-kuda serta peralatan tempur pada dua pohon kamboja yang terletak di desa tersebut. Satu pohon kamboja berada di sebelah utara  (kaja), sementara yang lain terletak di sebelah selatan (kelod). Pohon kamboja di bagian selatan desa dianggap memiliki kekuatan mistis dan diyakini dapat mengabulkan permohonan bagi siapa saja yang bersembahyang di dekatnya dengan niat yang tulus. Dua pohon ini kerap disebut sebagai Pohon Jepun Kembar.

Misteri keberadaan pohon-pohon kamboja ini menjadi perdebatan di kalangan masyarakat Desa Tegallingah. Ada yang berpendapat bahwa pohon kamboja tersebut telah ada jauh sebelum berdirinya Pura Panti Taman Sari, sementara yang lain meyakini bahwa pohon-pohon itu ditanam bersamaan dengan pembangunan pura. Perdebatan ini berlangsung selama bertahun-tahun hingga sebuah prasasti kuno yang disimpan di desa ini dibuka dan dipelajari oleh para ahli sejarah setempat. Prasasti tersebut mengungkapkan bahwa pohon-pohon kamboja ini sudah tumbuh di tempat itu jauh sebelum Pura Panti Taman Sari didirikan, dan akhirnya pura dibangun di sekitar pohon-pohon suci ini, menandakan kesakralan tempat tersebut.

Pohon Kamboja Kelod (Sumber: Koleksi Pribadi)

Penduduk Desa Tegallingah melaksanakan persembahyangan di Pura Panti Taman Sari pada hari-hari piodalan yang dianggap suci, seperti:

  • Galungan
  • Kuningan
  • Purnama Sasih Kapat
  • Buda Wage Kliwon

Setiap perayaan Purnama Sasih Kapat, para pengurus desa memiliki tradisi khusus untuk membersihkan prasasti yang terdapat di Pura Panti Taman Sari. Prasasti ini memiliki nilai sejarah dan spiritual yang penting bagi masyarakat setempat. Awalnya, prasasti ini disimpan di salah satu rumah penduduk asli Desa Tegallingah sebagai simbol peninggalan leluhur desa. Namun, kemudian prasasti tersebut dibungkus rapi dan dipindahkan ke Pura Panti Taman Sari, di mana masyarakat dapat lebih leluasa untuk menghormati dan merawatnya sebagai bagian dari warisan budaya dan spiritual desa.

Suasana Galungan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Galungan merupakan salah satu hari raya terbesar bagi umat Hindu dan menjadi momen istimewa bagi masyarakat Desa Tegallingah. Pada hari suci ini, penduduk desa berkumpul di Pura Panti Taman Sari untuk melaksanakan persembahyangan bersama, menciptakan suasana kebersamaan dan kekhidmatan yang mendalam. Perayaan Galungan bukan hanya menjadi kesempatan untuk berdoa dan bersyukur bersama, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka yang telah berupaya mendirikan Pura Panti Taman Sari.

Melalui perayaan ini, masyarakat Desa Tegallingah menghargai dan mengenang tujuan luhur para leluhur yang membangun pura sebagai tempat untuk berkumpul dan sembahyang bersama. Dalam suasana Galungan, umat Hindu di desa ini memperkuat ikatan spiritual mereka, menyatukan harapan dan doa sebagai komunitas yang terikat oleh sejarah dan nilai-nilai kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Pura Panti Taman Sari menjadi pusat perayaan, mengingatkan mereka akan arti penting kebersamaan dalam menjaga dan melanjutkan warisan leluhur.

Prasasti Pura Taman Sari (Sumber : Koleksi Pribadi)

Prasasti ini menceritakan kisah seorang pria yang diyakini sebagai salah satu penduduk pertama Desa Tegallingah. Dalam prasasti tersebut, dikisahkan bahwa pria ini adalah orang pertama yang menempati desa ini dan kemudian mengajak para pelintas yang melewati wilayah tersebut untuk bergabung dan menetap. Bersama-sama, mereka membangun rumah dan membentuk komunitas awal desa, yang menjadi cikal bakal terbentuknya Desa Tegallingah seperti yang dikenal sekarang.

Selain kisah tentang pembentukan desa, prasasti ini juga mencatat secara rinci garis keturunan para penduduk Desa Tegallingah, menjadikannya sebagai sumber sejarah penting yang menghubungkan generasi sekarang dengan leluhur mereka. Prasasti ini tidak hanya menggambarkan asal-usul desa tetapi juga menggambarkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang menjadi fondasi kehidupan masyarakat desa. Hingga kini, prasasti tersebut dihormati sebagai simbol ikatan sejarah dan identitas budaya yang mendalam bagi penduduk Desa Tegallingah.

Sebagai simbol sejarah dan warisan leluhur, Pura Panti Taman Sari terus menjadi bagian penting dalam kehidupan spiritual dan sosial masyarakat Desa Tegallingah. Dengan berbagai tradisi yang dijalankan, seperti persembahyangan pada hari-hari piodalan, pembersihan prasasti pada Purnama Sasih Kapat, hingga perayaan Galungan yang mempererat ikatan antarwarga, pura ini menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun. Pura Panti Taman Sari bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi pengingat akan kebersamaan, penghormatan kepada leluhur, serta kebanggaan atas warisan budaya yang kaya. Melalui pura ini, masyarakat Desa Tegallingah mewarisi pesan-pesan kebajikan yang menghubungkan mereka dengan masa lalu dan menginspirasi mereka untuk menjaga serta melestarikan budaya yang telah ada selama berabad-abad.