Ramai namun Tetap Khidmat Perayaan Hari Raya Saraswati di Pura Jagatnatha

Hari Raya Saraswati diperingati umat Hindu sebagai wujud syukur atas turunnya ilmu pengetahuan suci dari Dewi Saraswati. Perayaan yang jatuh pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung ini diisi dengan persembahyangan, pembacaan lontar, serta pemujaan simbol-simbol sakral Saraswati. Pusat kegiatan di Pura Jagatnatha menjadi pengingat bahwa ilmu adalah cahaya suci yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan bersama.

Sep 7, 2025 - 08:17
Sep 7, 2025 - 08:26
Ramai namun Tetap Khidmat Perayaan Hari Raya Saraswati di Pura Jagatnatha
Pura Jagatnatha (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Hari Raya Saraswati merupakan salah satu perayaan suci umat Hindu di Bali yang jatuh setiap 210 hari sekali pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung. Pada tahun ini, tepatnya Sabtu, 6 September 2025, umat Hindu kembali merayakan Saraswati dengan penuh khidmat. Perayaan ini menjadi wujud rasa syukur kepada Dewi Saraswati atas anugerah ilmu pengetahuan, seni, dan kebijaksanaan yang diyakini sebagai cahaya penerang kehidupan.

Suasana umat hindu sembahyang di Pura Jagatnatha (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Sejak pagi hari, ribuan umat Hindu mendatangi Pura Jagatnatha yang terletak di pusat Kota Denpasar. Mereka membawa banten (sesajen), menyalakan dupa, serta memanjatkan doa dengan iringan suara genta yang menambah kesakralan suasana. Tidak hanya masyarakat umum, tetapi juga pelajar, mahasiswa, dan guru turut hadir, karena Saraswati erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Pada hari ini, umat juga melakukan pembacaan lontar dan kitab suci, sebab diyakini ilmu pengetahuan turun dan disucikan pada momen Saraswati.

Banten dan sarana upacara Hari Saraswati (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

 

Makna Saraswati sendiri sangat mendalam. Kata “Saraswati” berasal dari saras yang berarti mata air atau sesuatu yang mengalir terus-menerus, dan wati yang berarti memiliki. Dengan demikian, Saraswati berarti “yang memiliki sifat mengalirkan air kehidupan dan pengetahuan.” Dewi Saraswati dipandang sebagai dewi ilmu pengetahuan sekaligus dewi sungai sebagai sumber kehidupan. Dalam ajaran Hindu, beliau adalah sakti dari Sang Hyang Brahma, digambarkan sebagai wanita cantik dengan empat tangan.

Masing-masing benda sakral yang dibawa Dewi Saraswati memiliki makna penting. Wina atau alat musik melambangkan harmoni seni dan budaya sebagai jalan menuju kebenaran. Kuncup teratai menjadi simbol kesucian dan kebangkitan spiritual meski hidup di tengah dunia. Genitri atau tasbih menggambarkan doa yang tiada henti untuk selalu mengingat Tuhan. Cakepan atau kitab suci melambangkan ilmu pengetahuan yang abadi dan suci. Selain itu, burung angsa menjadi lambang kebijaksanaan untuk membedakan yang baik dan buruk, sementara burung merak melambangkan keindahan serta keagungan ilmu. Dari simbol-simbol ini, umat diingatkan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya untuk kepintaran duniawi, tetapi juga harus disucikan dan digunakan untuk kebaikan bersama.

Tampak luar Pura Jagatnatha Denpasar (Sumber Foto : Koleksi Pribadi)

Pura Jagatnatha dipilih sebagai pusat kegiatan karena merupakan pura besar yang dipersembahkan khusus kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Dengan pelinggih utama berupa Padmasana yang menjulang tinggi, pura ini menjadi simbol kebesaran dan kesucian Tuhan. Pada Hari Saraswati, Sabtu 6 September 2025, pura ini dipadati ribuan umat dari berbagai kalangan yang datang dengan penuh tulus untuk memanjatkan doa.

Suasana perayaan berlangsung khidmat meskipun ramai. Umat Hindu mengikuti rangkaian kegiatan dengan penuh devosi, mulai dari menghaturkan banten, membaca lontar, hingga doa bersama di pelataran pura. Semua itu dilakukan sebagai wujud syukur atas turunnya ilmu pengetahuan yang diyakini sebagai cahaya suci dan sumber kehidupan.

Perayaan Saraswati di Pura Jagatnatha menjadi pengingat bahwa ilmu bukan sekadar sarana duniawi, melainkan anugerah suci yang harus dijaga, disucikan, dan dimanfaatkan untuk kebaikan bersama.