Sungai Campuhan Ubud: Sungai Unik Di Dekat Desa Ubud
Bali merupakan pulau yang terkenal karena berbagai keunikannya. Keunikan yang dimiliki Bali antara lain seperti budaya, tempat suci, makanan, dan juga geografis alamnya. Keunikan kondisi alam yang ada di Bali merupakan salah satu daya tarik yang membuat turis luar negeri ingin datang dan berlibur di Bali. Di setiap jengkal daerah Bali tentunya memiliki keunikan alam dan geografis masing-masing, tak terkecuali di daerah Ubud. Di daerah Ubud banyak terdapat objek alam yang menarik untuk ditelusuri. Salah satunya yaitu Sungai Campuhan.
Sungai Campuhan terletak di bagian barat dari pusat desa Ubud. Sungai campuhan hanya berjarak sekitar 900 meter dari perempatan Ubud. Untuk melihat Sungai kita bisa melihatnya dari arah atas melalui jembatan ataupun ke bagian bawah menuruni jalan yang ada di sana. Suasana di daerah Sungai sangat sejuk, karena masih banyak terdapat pepohonan yang membuat suasana di sekitarnya menjadi asri.
Sungai Campuhan terbilang unik karena merupakan muara dari pertemuan antara dua Sungai yaitu Sungai Oos dan Sungai cerik. Oos berasal dari kata Usadha yang berarti obat, sedangkan kata cerik berarti kecil. Muara pertemuan dua Sungai ini menciptakan pemandangan Sungai yang langka. Karena terdapat pertemuan dua Sungai tersebut, dipercaya bahwa di daerah Sungai Campuhan memiliki aura kekuatan magis yang kuat.
Sungai Campuhan Ubud (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)
Pada zaman dulu daerah Sungai Campuhan dijadikan tempat pertapaan oleh salah satu Pendeta yang bernama Maharsi Markandeya. Pada kala itu Maharsi Markandeya merasakan kekuatan magis yang kuat pada tempat ini sehingga beliau membangun tempat pertapaan sebagai tempat untuk menyucikan diri, yang kemudian setelah sekian lama berkembang menjadi Pura Payogan Agung Gunung Lebah. Selain itu Maharsi Markandeya beserta pengikutnya juga merabas hutan di sekitar untuk dijadikan wilayah pertanian dan pemukiman. Hal ini yang kemudian menjadi cikal bakal desa Ubud.
Pura Payogan Agung Gunung Lebah (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)
Nama Pura Gunung Lebah berasal dari dua kata yaitu Gunung dan Lebah. Gunung berarti bukit dan Lebah yang berarti Lembah, sehingga secara makna lokasi tempat Pura ini berada di Lembah Bukit Campuhan. Keberadaan Pura Payogan Agung Gunung Lebah seakan menambah keindahan pemandangan daerah Sungai Campuhan. Dengan Sungai yang mengalir di bawahnya serta Pura yang berdiri megah di atas bukit Sungai, merupakan kombinasi yang benar-benar memanjakan mata. Pada masa kini Pura Payogan Agung Gunung Lebah digunakan sebagai tempat persembahyangan oleh Masyarakat Ubud dan sekitarnya.
Di Sungai Campuhan juga sering digunakan Masyarakat untuk melaksanakan upacara agama seperti prosesi nganyut. Nganyut merupakan salah satu rangkaian dari upacara ngaben. Nganyut berarti prosesi menghanyutkan segala kekotoran yang masih tertinggal dalam roh orang yang sudah meninggal. Nganyut biasanya dilakukan di laut atau Sungai. Prosesi nganyut disimbolisasikan dengan menghanyutkan abu jenazah. Karena daerah Ubud cukup jauh dari daerah lautan maka Masyarakat lebih sering melakukan prosesi nganyut di Sungai Campuhan dibandingkan ke laut.