Tilem Kajeng, Tradisi Masyarakat Sanur Kaja Pada Piodalan Pura Dalem Kedewatan Sanur
Tilem Kajeng merupakan tradisi masyarakat Desa Sanur Kaja pada piodalan Pura Dalem Kedewatan Sanur sebagai bentuk rasa syukur dan upacara persembahan yadnya kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Tilem Kajeng merupakan tradisi upacara suci yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sanur Kaja yang menurut pada penanggalan kalender bali jatuh pada hari tilem atau bulan mati dalam agama hindu. Pada penanggalan kalender bali, disebutkan bahwa jika ‘Tilem’ bertemu dengan ‘Kajeng’, masyarakat tidak diperbolehkan melakukan suatu ritual atau persembahan suci. Dengan begitu, piodalan ‘Tilem Kajeng’ ini dilaksanakan 3 hari setelahnya. Tradisi piodalan ini hanya terjadi di Desa Sanur Kaja, tepatnya pada Pura Dalem Kedewatan Sanur.
Pada dasarnya, setiap desa yang berada di Bali memiliki Pura Dalem-nya masing-masing. Pura Dalem biasanya berdampingan dengan kuburan (hindu). Uniknya, Pura Dalem Kedewatan Sanur tidak berdampingan dengan kuburan. Maka dari itu, piodalan ‘Tilem Kajeng’ ini hanya dilaksanakan di Pura Dalem Kedewatan Sanur tersebut.
Upacara piodalan ini berlangsung selama 2 hari dimana hari pertama adalah puncak acara dan hari kedua merupakan umanis piodalan atau yang biasa masyarakat sebut dengan umanis Tilem Kajeng. Rangkaian upacara tersebut dimulai dengan yang namanya upacara Melasti pada hari pertama. Seluruh masyarakat Desa Sanur Kaja yang beragama hindu tepatnya berkumpul di Griya Jero Gede Sanur.
Dalam sejarahnya, dahulu pendiri Desa Sanur adalah leluhur yang bersinggah di Griya Jero Gede Sanur. Dengan begitu, para leluhur dan Ida Bhatara Sesuhunan Desa Sanur ditempatkan di Griya Jero Gede Sanur. Tradisi upacara piodalan ‘Tilem Kajeng’ ini merupakan bentuk pembersihan dan penyucian kepada para leluhur dan Ida Bhatara Sesuhunan tersebut. Maka dari itu, para masyarakat berkumpul di Griya Jero Gede Sanur.
Sesudahnya berkumpul, masyarakat akan melakukan ritual pertama dengan diiringi tarian Baris Tumbak. Setelah melakukan ritual tersebut, masyarakat segera menuju Pantai Sanur untuk melaksanakan upacara Melasti. Para leluhur dan Ida Bhatara dibersihkan dan diupacarai kembali terlebih dahulu di Pantai Sanur tersebut sebelum menuju ke Pura Dalem Kedewatan Sanur.
Tilem Kajeng di Desa Sanur Kaja (Koleksi Editor)
Setelah menyelesaikan upacara Melasti, para leluhur dan Ida Bhatara menuju ke Pura Dalem Kedewatan Sanur dan disambut dengan tarian sakral seperti Rejang Dewa. Kemudian, para leluhur dan Ida Bhatara dibawa menuju jeroan pura dan ditempatkan atau dilinggihkan dimasing-masing pelinggih yang ada.
Masyarakat akan melakukan upacara sembahyang bersama di Pura Dalem Kedewatan Sanur. Tradisi ini dilanjutkan dengan upacara ‘Ngiterin Baliasa’. Dalam upacara ini, para leluhur dan Ida Bhatara yang melinggih di Pura Dalem Kedewatan Sanur akan diajak mengelilingi jeroan pura sebanyak 3 kali. Dengan begitu, rangkaian puncak upacara ‘Tilem Kanjeng’ pada hari pertama berakhir.
Pada hari kedua yang dimana disebut umanis Tilem Kajeng, Banjar Pemucuk (banjar terpilih dan akan bergilir) akan melaksanakan acara ‘Mepeed’ yaitu para masyarakat berbaris dan berjalan menuju Pura Dalem Kedewatan Sanur sambil membawa persembahan yang berasal dari hasil bumi.
Upacara dilanjutkan dengan persembahan tarian sakral berupa Tari Topeng, Tari Baris dan lainnya. Selesainya, dengan tarian dan upacara persembahan lainnya, masyarakan melakukan persembahyangan bersama kembali. Di akhir upacara, dilakukan upacara terakhir yaitu ‘Medatengan’ yang nantinya para pemedek akan kerasukan atau keserupan. Hal ini terjadi karena menandakan bahwa para roh leluhur dan roh Ida Bhatara turun ke bumi sebelum akhirnya kembali lagi pada tepatnya.
Ida Bhatara Sesuhunan (Koleksi Editor)
Penutup dari upacara piodalan ini adalah para leluhur dan Ida Bhatara yang ditempatkan di Pura pada hari pertama, akan dibawa pulang kembali ke Griya Jero Gede Sanur dan melakukan ritual ‘Nyineb Piodalan’ yang menandakan upacara telah selesai.
Upacara piodalan ‘Tilem Kajeng’ ini diadakan 6 bulan sekali. Tradisi ini sudah dilakukan lebih dari puluhan tahun lamanya dan masih berjalan hingga saat ini dengan budaya yang masih sangat kental.