Tradisi Dug-Dug Mong: Ritme Mistis Warisan Desa Batuyang
Dug-Dug Mong adalah tradisi tahunan di Desa Batuyang, Sukawati, Bali, yang dirayakan pada Kajeng Kliwon Sasih Kepitu. Berasal dari abad ke-11 pada masa pemerintahan Raja Jayapangus, tradisi ini diciptakan untuk melindungi desa dari bencana. Nama ini menggambarkan suara alat musik kendang ("dug-dug") dan kemong ("mong"). Ritual yang menampilkan parade barong dan musik gamelan ini dipercaya dapat mengusir bahaya dan mempererat persatuan komunitas.
Di Desa Batuyang, Sukawati, Gianyar, Bali, sebuah tradisi yang sarat makna bergema setiap tahun, membawa jejak mistis yang diwariskan oleh leluhur. Tradisi ini dikenal sebagai Dug-Dug Mong, sebuah ritme yang tak hanya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga menyimpan sejarah panjang dan spiritualitas yang mendalam.
Dug-Dug Mong dilaksanakan setiap tahunnya pada hari Kajeng Kliwon Sasih Kepitu, sebuah hari suci dalam kalender Bali. Tradisi ini berakar dari kepercayaan kuno masyarakat Bali yang telah ada sejak abad ke-11 Masehi, pada masa pemerintahan Raja Jayapangus. Kala itu, Bali kerap dilanda bencana dan peperangan antar wilayah yang memakan banyak korban jiwa. Untuk menangkal berbagai bencana tersebut, Raja Jayapangus memerintahkan pembuatan 11 barong di seluruh Bali. Salah satunya adalah barong di Desa Batuyang, yang kemudian melahirkan tradisi Dug-Dug Mong.
Kendang dan Kemong Instrumen Pengiring Tradisi Dug-Dug Mong (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Nama Dug-Dug Mong berasal dari suara instrumen pengiring tradisi ini: kendang yang menghasilkan bunyi "dug-dug" dan kemong yang berbunyi "mong." Selain sebagai simbol ritme yang menghentak, suara tersebut dipercaya memiliki kekuatan mistis untuk mengusir marabahaya dan memberikan perlindungan bagi desa dan warganya.
Bagi masyarakat Desa Batuyang, Dug-Dug Mong bukan sekadar ritual, melainkan warisan spiritual yang menjaga harmoni desa. Tradisi ini memiliki makna mendalam, termasuk menangkal marabahaya yang diyakini mampu melindungi
desa dari ancaman bahaya, serta menjadi sarana untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dari Sang Hyang Widhi bagi seluruh warga. Selain itu, ritual ini juga mempererat persatuan masyarakat, menjadi ajang berkumpul, gotong royong, dan memperkuat tali persaudaraan antarwarga.
Prosesi Pelakasanaan Tradisi Dug-Dug Mong (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Prosesi Dug-Dug Mong dimulai dengan persiapan yang matang. Masyarakat Desa Batuyang secara bergotong royong mempersiapkan berbagai sesaji dan perlengkapan upacara lainnya. Puncak dari tradisi ini adalah arak-arakan barong yang berkeliling desa, diiringi alunan musik gamelan serta tarian tradisional yang semakin menambah aura mistis dan sakral dari acara tersebut.
Dug-Dug Mong adalah lebih dari sekadar upacara. Ini adalah refleksi dari hubungan yang mendalam antara manusia, alam, dan kekuatan mistis yang menjaga harmoni di Desa Batuyang. Sebuah tradisi yang penuh makna dan selalu dirindukan setiap kali menggema.