Mengulas Kesakralan Tradisi Pemakaman yang Unik dari Masyarakat Desa Trunyan
Pemakaman adalah salah satu tahap terpenting dalam perjalanan manusia ke alam akhirat. Berbagai budaya di seluruh dunia memiliki cara unik dalam merayakan dan menghormati orang-orang yang telah meninggal. Di Indonesia, terdapat banyak tradisi pemakaman yang beragam, dan salah satunya adalah tradisi pemakaman yang unik yang dilakukan oleh masyarakat Desa Trunyan di Pulau Bali. Tradisi ini telah menjadikan Trunyan dikenal sebagai salah satu destinasi budaya yang penuh dengan misteri dan keunikan.
Desa Trunyan terletak di tepi Danau Batur yang indah, dikelilingi oleh perbukitan hijau yang menjadikannya sebagai lokasi pemakaman yang sangat istimewa. Yang membuatnya begitu unik adalah bahwa di sini, mayat-mayat yang meninggal tidak dikubur atau dibakar seperti tradisi umumnya, tetapi dibiarkan terbuka di bawah langit terbuka.
Dilansir dari kanal Youtube Pujangga Nagari Nusantara, Tradisi pemakaman di Desa Trunyan ini dikenal dengan nama "Mepasah". Menurut kepercayaan masyarakat Trunyan, mayat yang diletakkan di pemakaman ini tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap, meskipun dibiarkan tanpa perlindungan atau pemakaman yang biasa. Ini dianggap sebagai berkah dari dewa-dewa setempat.
Desa Trunyan (Sumber Photo : Pujangga Nagari Nusantara)
Pemakaman Mepasah ini terdiri dari tiga tempat yang berbeda: satu untuk orang yang meninggal karena wabah penyakit, satu untuk yang meninggal karena kecelakaan atau bunuh diri, dan yang terakhir untuk yang meninggal karena alasan alami. Tempat pemakaman ini terletak tidak jauh dari desa, di bawah pohon Taru Menyan yang disebut-sebut memiliki kemampuan untuk menghilangkan bau busuk dari mayat-mayat tersebut.
Pada upacara pemakaman Mepasah, mayat yang telah meninggal akan diletakkan di atas tanah, ditutupi dengan kain putih, dan diberi dupa. Prosesi pemakaman ini biasanya dilakukan oleh keluarga terdekat yang merawat mayat tersebut selama beberapa hari sebelumnya. Meskipun mayat dibiarkan terbuka, kepercayaan masyarakat Trunyan adalah bahwa dewa-dewa akan menjaga agar bau busuk tidak menyebar.
Pemakaman Desa Trunyan (Sumber Photo : Pujangga Nagari Nusantara)
Selain pemakaman unik ini, Desa Trunyan juga memiliki tradisi lain yang berhubungan dengan kematian. Mereka mempraktikkan tradisi memotong rambut penduduk yang telah meninggal sebelum mereka dimakamkan. Ini adalah tanda penghormatan terakhir kepada orang yang telah pergi.
Tradisi pemakaman unik ini telah menarik perhatian banyak wisatawan dan antropolog selama bertahun-tahun. Masyarakat Trunyan dengan bangga menjaga warisan budayanya yang kaya dan melestarikan tradisi unik ini. Mereka berharap dapat terus melanjutkan tradisi ini dan mengajarkan generasi muda tentang nilai-nilai kesakralan dan keberlanjutan budaya mereka.
Mengunjungi Desa Trunyan dan melihat langsung pemakaman Mepasah adalah pengalaman yang sangat mengesankan. Ini memberikan kita wawasan yang mendalam tentang bagaimana budaya dan kepercayaan masyarakat lokal dapat membentuk cara mereka memandang kematian. Sementara dunia terus berubah, tradisi seperti pemakaman Mepasah di Desa Trunyan tetap menjadi bagian yang tak ternilai dari warisan budaya Indonesia yang perlu dihargai dan dilestarikan.