Keagungan Pura Dasar Buana Gelgel, Simbol Pemersatu Jagat Bali Yang Abadi
Pura Dasar Buana Gelgel, sebuah warisan sejarah Klungkung yang pernah menjadi pusat kerajaan di Bali, melambangkan keagungan dengan berbagai simbol yang menyimpan makna mendalam. Pura ini menjadi wadah bagi unsur-unsur agama dan budaya yang memukau, menciptakan sebuah perpaduan yang memikat.
Di seluruh pulau Bali, tersebar pura-pura atau kuil Hindu yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari dan upacara keagamaan. Salah satu pura yang memiliki peranan istimewa dalam tradisi Bali adalah Pura Dasar Bhuana Gelgel. Pura Dasar Buana Gelgel terletak di Klungkung, Bali.
Konon, Pura Dasar Buana Gelgel diberi nama oleh Dhalem Ketut Ngulesir, yang juga dikenal dengan nama Sri Semara Kepakisan. Raja ini memerintah di Gelgel pada tahun 1302 Saka atau sekitar 1380 Masehi. Pada saat itu, statusnya diangkat menjadi pura kerajaan. Dengan peningkatan status ini, Pura Dasar Buana Gelgel pada masa tersebut menjadi lambang dasar jagat atau fondasi persatuan dan kesatuan masyarakat Bali. Dalam bahasa Bali, "Dasar" berarti dasar atau fondasi, dan "Buana Gelgel" merujuk pada nama dinasti Gelgel yang pernah memerintah Bali. Nama pura ini mencerminkan pentingnya hubungan antara tradisi agama Hindu dan sejarah Bali.
Seni Pada Pura Dasar Buana Gelgel (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)
Pura ini adalah peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Gelgel, yang kemudian direstorasi dan disempurnakan selama berabad-abad. Pura Dasar Buana Gelgel mencakup masa pemerintahan beberapa raja, seperti Dalem Ketut Ngulesir (1293-1527), yang mengawali pemulihan pura ini dengan meniru bentuk pura Majapahit. Kemudian, perbaikan dilanjutkan oleh Raja Dalem Waturenggong (1520-1558), yang memperluas dan memperindah pura ini. Pandita kerajaan, Dang Hyang Nirartha, juga memberikan kontribusi dengan melengkapi pura ini dengan pelingguh Padma Tiga, menjadikannya lebih kompleks dalam struktur dan penampilan bangunannya. Selama pemerintahan Dalem Waturenggong, upaya untuk menggabungkan keempat kelompok masyarakat dalam ibadah di Pura Dasar Bhuana diperkuat. Penggabungan ini menjadi dasar semangat yang mendasari praktik keagamaan di wilayah Kerajaan Dalem Waturenggong pada masa itu.
Pura Dasar Buana Gelgel adalah salah satu contoh terbaik arsitektur pura klasik Bali. Arsitektur ini menggambarkan kekuatan estetika yang luar biasa dengan atap berlapis-lapis yang indah, candi-candi (struktur kecil) yang dihiasi dengan ukiran halus, dan gerbang kuno yang menakjubkan. Selain itu, pura ini dikelilingi oleh taman-taman yang rindang dan pohon-pohon suci, menciptakan atmosfer yang damai dan suci.
Salah satu simbol yang paling mencolok dalam Pura Dasar Buana Gelgel adalah "Candi Bentar," sebuah gerbang kuno berbentuk dua menara setinggi yang sering ditemukan di pintu masuk pura. Candi Bentar menjadi representasi perpisahan antara dunia duniawi (Bhuana Alit) dan dunia roh (Bhuana Agung), mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara dunia materi dan spiritual. Pura Dasar Buana Gelgel terdiri dari Tri Mandala yaitu Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Nista Mandala memiliki dua pohon beringin besar yang memberikan naungan dan suasana sejuk. Madya Mandala memiliki bangunan pelinggih Bale Agung dan Bale Pasanekan. Sementara itu, halaman utama atau Utama Mandala digunakan sebagai pelataran utama untuk persembahyangan dalam berbagai upacara seperti odalan atau pujawali, yang diadakan setiap 6 bulan sekali atau saat Purnama Kapat.
Padmasana Pura Dasar Buana Gelgel (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)
Di dalam pura, terdapat altar-altar yang dihiasi dengan tumpeng (piramida nasi) dan persembahan-persembahan lainnya yang merupakan bagian integral dari upacara keagamaan Hindu Bali. Tiga meru bertingkat turut melengkapi halaman utama Pura Dasar Buana Gelgel. Meru tertinggi adalah Meru Tumpang Solas (sebelas tingkat atap), sebuah tempat persembahyangan yang didedikasikan untuk keturunan Satrya Dalem. Meru Tumpang Telu (tiga tingkat atap) didedikasikan untuk Mpu Gnijaya, leluhur dari Pasek. Ada pula Meru Tumpang Telu lain yang didedikasikan untuk kelompok Pande. Upacara di Pura Dasar Buana Gelgel diwarnai oleh musik dan tarian tradisional yang mengiringi prosesi, menciptakan suasana yang bersemangat dan berwarna.
Saat ini, Pura Dasar Bhuana Gelgel terletak di Desa Pakraman Gelgel yang mencakup 28 banjar dan tiga desa dinas, yaitu Desa Gelgel, Desa Kamasan, dan Desa Tojan. Pura Dasar Buana Gelgel bukan hanya tempat persembahyangan, tetapi juga pusat aktivitas sosial dan budaya. Pura ini memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas Bali yang khas. Dalam setiap perayaan besar dan upacara adat, masyarakat Bali berkumpul di pura ini untuk beribadah bersama dan memperkokoh ikatan sosial mereka.
Pura Dasar Buana Gelgel adalah contoh sempurna tentang bagaimana Bali telah mempertahankan keharmonisan antara agama dan budaya yang berharga. Pura ini adalah tempat yang mengajarkan kita untuk merayakan keberagaman dan memahami pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup. Sebagai tempat suci dan simbol keharmonisan, Pura Dasar Buana Gelgel akan terus memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Ini adalah salah satu warisan berharga yang memperkaya kekayaan budaya pulau ini dan mengingatkan kita akan keindahan dan keagungan tradisi Bali yang abadi.