Keunikan Pura Batu Jineng : Sumber Mata Air Suci di tengah Desa Sudimara

Pura Beji Batu Jineng di Tabanan adalah situs spiritual yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Dikenal dengan mata air sucinya yang diyakini membawa keberkahan dan penyembuhan, pura ini menjadi pusat kehidupan spiritual masyarakat setempat. Keajaiban seperti fenomena pancuran ajaib dan kisah inspiratif warga yang menerima wahyu menambah daya tariknya. Tidak hanya menjadi tempat sakral untuk ritual adat, Pura Beji Batu Jineng juga berperan sebagai destinasi wisata spiritual yang memperkuat ekonomi lokal dan melestarikan tradisi budaya.

Sep 28, 2025 - 06:00
Sep 11, 2025 - 08:59
Keunikan Pura Batu Jineng : Sumber Mata Air Suci di tengah Desa Sudimara
Pura Beji Batu Jinang (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)

Pura Beji Batu Jineng adalah pura yang memiliki nilai spiritual dan sejarah yang mendalam, terletak di Banjar Adat Sudimara Kelod, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Asal mula pura ini berkaitan erat dengan sebuah batu besar bernama Batu Jineng yang di tumbuhi pohon beringin. Batu ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai tempat bersemayamnya Yang Dukuh Sakti, penguasa Sungai Yeh Empas, yang menjadi tempat spiritual bagi masyarakat sekitar.

Menurut I Gusti Ketut Putra Hariyana, cucu dari I Gusti Ketut Jelun dan seorang prejuru adat Banjar Sudimara Kelod, Di sekitar Batu Jineng, ditemukan sebuah sumber mata air yang dipercaya bersumber dari Gunung Batukaru. Air ini dianggap suci oleh masyarakat setempat dan sering digunakan dalam berbagai upacara keagamaan spiritual yadnya. Awalnya, mata air ini dialirkan menggunakan saluran berupa  bambu, tetapi seiring berjalannya waktu, saluran tersebut diganti dengan botol-botol yang dipotong untuk menjadi pancuran. Pura ini memiliki dua pancuran yaitu Lanang untuk laki laki dan Istri untuk perempuan, yang dipisahkan oleh Pura Beji.

Air suci dari Beji Batu Jineng tidak hanya digunakan untuk upacara adat tetapi juga dipercaya mampu sugesti menyembuhkan berbagai macam penyakit niskala. Banyak orang dari luar desa datang untuk melukat ritual pembersihan diri dan mengambil air ini sebagai sarana pelengkap upacara keagamaan. Selain itu, air ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sumber air minum karena kualitasnya yang alami dan langsung layak konsumsi.

Dahulu, akses menuju Beji Batu Jineng melalui jalan setapak yang berbatu dan curam. Namun, pemerintah Kabupaten Tabanan memfasilitasi akses jalan untuk mempermudah masyarakat dan pengunjung menuju lokasi Pura. Perbaikan infrastruktur ini menjadi wujud perhatian pemerintah Kabupaten Tabanan untuk melestarikan situs budaya dan spiritual seperti Pura Beji Batu Jineng.

Pura Beji Batu Jineng menyimpan banyak sekali Kisah Spiritual. Salah satu cerita yang menarik adalah tentang Pekak Rendi, seorang warga setempat yang mendapatkan wahyu di pura ini. Ia mampu membuat dan mengangkat lesung batu yang sangat besar, sesuatu yang biasanya membutuhkan tenaga empat orang untuk melakukanya. Kemampuan luar biasa ini diyakini sebagai berkah dari Pura Beji Batu Jineng.

Pura Beji Batu Jinang (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)

Selain kisah Pekak Rendi, ada banyak cerita lain yang menambah daya tarik spiritual dari pura ini. Salah satu fenomena unik yang sering diceritakan warga adalah tentang air pancuran tersebut yang terlihat seperti tertidur atau tidak mengalir tetapi tetap terdengar gemericik air pancuran yang mengalir. Hal ini dianggap sebagai salah satu keajaiban yang menunjukkan kekuatan spiritual tempat ini. Banyak masyarakat sekitar yang percaya bahwa kehadiran pura ini membawa berkah besar bagi desa dan lingkungannya.

Di samping itu, beberapa orang juga mengisahkan pengalaman pribadi mereka setelah memanfaatkan air suci dari pura ini. Ada yang merasa sembuh dari penyakit niskala dan ada yang merasakan mendapatkan ketenangan batin, atau bahkan mendapatkan inspirasi spiritual untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini semakin memperkuat keyakinan masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian dari pura ini.

Piodalan di Pura Beji Batu Jineng dilakukan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Tumpek Bubuh. Pada hari tersebut, seluruh masyarakat Sudimara datang untuk bersembahyang sebagai bentuk hujud syukur dan bakti kepada yang besentana di Pura Beji Batu Jinang. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk sujud bakti masyarakat yang diyakini melindungi desa mereka.

Upacara ini tidak hanya menjadi momen spiritual tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antarwarga desa. Seluruh penduduk bekerja sama mempersiapkan perlengkapan dan sarana upacara, membersihkan pura, dan menjaga suasana spiritual. Tradisi Gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Banjar Sudimara kelod mencerminkan nilai-nilai kebersamaan yang masih kuat dipegang oleh masyarakat setempat.

Selain upacara piodalan, Pura Beji Batu Jineng juga menjadi tempat permohonan,pengayatan untuk menjaga selama yadnya berlangsung seperti upacara adat melukat, potong gigi, dan upacara pernikahan. Air suci dari pura ini selalu menjadi elemen penting dalam setiap ritual, menunjukkan betapa pentingnya keberadaan mata air ini bagi kehidupan masyarakat Sudimara.

Pura Beji Batu Jinang (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)

Keberadaan Pura Beji Batu Jineng tidak hanya memiliki nilai spiritual tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Mata air yang dihasilkan menjadi sumber air minum utama bagi warga desa, serta digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci. Air yang jernih dan segar ini dipercaya memiliki energi positif yang mampu memberikan kesehatan dan kesejahteraan.

Selain itu, pura ini juga menjadi daya tarik wisata spiritual bagi orang-orang dari luar desa. Banyak pengunjung yang datang untuk merasakan suasana spiritual di sekitar pura untuk melakukan meditasi, atau sekadar menikmati keindahan alamnya. Kehadiran pengunjung ini turut memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, misalnya melalui penjualan hasil bumi atau produk kerajinan tangan.

Masyarakat setempat juga menjaga kesakralan pura dengan penuh dedikasi. Setiap bulan, dilakukan kegiatan bersih-bersih pura secara bergotong royong. Hal ini dilakukan untuk memastikan tempat ini tetap suci dan terjaga dari kerusakan. Dukungan pemerintah dalam menyediakan akses jalan yang baik juga membantu memperkuat peran pura ini sebagai pusat spiritual dan budaya yang penting di Tabanan.

Pura Beji Batu Jineng bukan sekadar tempat persembahyangan, juga menjadi simbol kebudayaan, spiritualitas, dan kehidupan masyarakat Sudimara. Dari mata air suci yang dianggap membawa berkah hingga kisah-kisah spiritual yang menginspirasi, pura ini menjadi pusat kehidupan bagi masyarakat setempat. Dengan tradisi yang terus dijaga dan dukungan infrastruktur yang memadai, Pura Beji Batu Jineng akan tetap menjadi salah satu warisan budaya Bali yang berharga bagi generasi mendatang.