Pura Dalem Balingkang : Kisah Cinta Raja Bali dan Putri dari China Berakhir dengan Kutukan

Pura Dalam Balingkang: Memiliki Sejarah dan Asal Usul yang Menghubungkan Keberadaan Raja Jayapangus dan Putri dari China, Kisah Tersebut Menjadi Cerita Menarik Tentang Kebudayaan Hindu dan Budha” buatlah judul menjadi lebih singkat dan menarik.

Sep 17, 2023 - 14:00
Sep 11, 2023 - 21:08
Pura Dalem Balingkang : Kisah Cinta Raja Bali dan Putri dari China Berakhir dengan Kutukan
“Pura Dalam Balingkang: Memiliki Sejarah dan Asal Usul yang Menghubungkan Keberadaan Raja Jayapangus dan Putri dari China, Kisah Tersebut Menjadi Cerita Menarik Tentang Kebudayaan Hindu dan Budha”

Kisah Menarik: Hubungan Raja Jayapangus dan Putri dari China dalam Konteks Kebudayaan Hindu dan Buddha. Diceritakan pada zaman dahulu seorang raja bernama Sri Jayapangus memerintah di Bukit Panarajon. Memiliki permaisuri yang bernama Kang Cing Wie, yang merupakan putri dari sodagar pedagang china. Ketika itu, para sodagar china datang ke bali dan menjalani hubungan pertemanan dengan kerajaan bali yang di perintahkan oleh Sri Jayapangus. Dari hubungan ini lah raja Sri Jayapangus dan Kang Cing Wie di pertemukan hingga akhirnya mereka menikah.

 

Akan tetapi, dari pernikahan tersebut tidak dikaruniai keturunan sehingga raja Sri Jayapangus memutuskan untuk melanglangbuana dan bertapa diwilayah Gunung Batur. Kehadiran sang raja ternyata menarik hati sang dewi, yang mengusai wilayah tersebut yaitu, dewi Danu tiada lain ialah dewi penunggu dari Danau Batur. Dalam pertapaan tersebut Sri Raja Jayapangus akhirnya tergodan oleh kecantikan dewi Danu.

 

Hingga pada akhirnya, raja dari kerajaan balingkang tersebut menikahi dewi Danu sampai akhirnya dikaruniai seorang anak. Hingga akhirnya Kang Cing Wiy mengetahui pernikahan tersebut. Sehingga Kang Cing Wie pun menyerang dewi danu, akibat itu dewi danu pun murka karena jayapangus menyadari betapa besar cintanya terhadapat Kang Cing Wie. Hingga pada akhirnya dewi Danu pun, mengutuk mereka menjadi patung. Akibat kutukan tersebut membuat masyarakat menjadi kehilangan raja nya dan menimbulkan luka yang paling dalam. Kesedihan rakyat ini membuat dewi Danu tersadar telah berbuat kesalahan.

 

Maka dari itu untuk mengenang raja dan permaisurinya rakyat balingkang memanifestasikanya dengan sebuat Barong yang di sebut dengan Barong Landung dan kini di linggihkan atau diletakan di Pura Dalem Balingkang ini. Yang di Yakini bahwa dahulu disinilah letak istana kerajaan balingkang.

 

Sejarah dari Pura Dalem Balingkang, Dalem Balingkang, dalem yang berasal dari nama keraton yang berarti "kuta dalem," sedangkan Balingkang yang berasal dari kata "Bali" dan "Ingkang." Yang dihubungkan dengan pernikahan Raja Jayapangus dengan Putri China yang bernama Kang Cing Wie, digabungkan menjadi "Bali-ing-kang" yang sekarang bernama Balingkang.

 

Bangunan Pura Dalem Balingkang ini sebelumnya merupakan sebuah istana, dan bangunan istana tentu memiliki sebuah benteng yang memagarinya, memiliki fungsi penting untuk menjaga keberadaannya dari serangan musuh, termasuk tembok alam perbukitan yang melingkari, yakni gunung Batur terlihat indah dan mempesona.

 

Pura Dalem Balingkang berdiri megah dan cantik, tidak hanya memiliki sejarah atau asal-usul yang unik tentang perkawinan dua buah budaya berbeda pada masa jaman lampau, tetapi juga pemandangan alam sekitarnya terlihat begitu indah mempesona, sehingga perjalanan spiritual anda ke Pura Dalem Balingkang menjadi sebuah wisata rohani yang menyegarkan.

Pura Dalem Balingkang (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Pengaruh Kebudayaan China di Bali khususnya Desa Pinggan. Di Pura Dalem Balingkang terdapat pelinggih yang bernama Subandar kata Subandar diambil dari ayah Kang Cing Wie yang bernama I Subandar. Pelinggi ini identik dengan warna merah yang terdapat bion-bion atau lampu yang bergantungan. Disana juga terdapat tempat menaruh dupa sehabis sembhyang dan terdapat juga Uang Kepeng atau Pis Bolong yang besar. Di linggih atau stana Ratu Ayu Mas Subandar itu juga terdapat tempat pemujaan dengan simbol koin China (uang kepeng) berukuran besar. yang semasa hidupnya adalah permasisuri raja yang berasal dari negeri China yang bernama Kang Cing Wie, pelinggih tersebut berkaitan untuk memohon keberuntungan.

 

Pada saat orang china melakukan persembahyangngan, peralatan upacaranya lebih sederhana dari pada umat hindu. Mereka juga menggunakan dupa sama seperti orang bali. Setelah selesai persembahyangan mereka menancapkan dupa di suatu tempat, Sedangkan banten orang Bali lebih berpariasi. Bahkan ada orang china yang mekemit (Tidur) Ketika odalan di Pura Dalam Balingkang. Itu membuktikan orang china sangat bersahabat dengan Desa Pinggan dan mampu berinteraksi baik dengan Masyarakat disana.

 

Setiap tahun nya semakin banyak orang china yang datang ke Pura Dalem Balingkang untuk bersembahyang di pelinggih ratu ayu subandar. Masyarakat desa pinggan sangat baik menerima kedatangan orang china, mereka bisa saling mengerti dan berdampingan saat melakukan upacara, misalnya orang china melakukan sembhyang, masyarakat Desa Pinggan bisa menunggu orang china selesai melakukan persembahyangan begitu pula sebaliknya. Jadi dapat di katakana mereka bisa berdampingan dengan sangat baik, meskipun kebudayaan dan agama mereka berbeda. Bukan orang keturunan china saja yang sembahyang di pelinggih Ratu Ayu Subandar melainkan seluruh Masyarakat Desa Pinggan.

Stana Ratu Ayu Mas Subandar (Sumber Photo : Kolesi Redaksi)