Candi Gunung Kawi adalah sebuah kompleks candi yang mempesona di Kabupaten Gianyar, Bali, tepatnya sekitar 10 kilometer sebelah utara Ubud. Lokasinya yang mengagumkan berada di lembah sungai Pakerisan yang subur dan hijau, serta dikelilingi oleh tebing-tebing curam yang memperkuat daya tarik alaminya. Candi ini sangat unik. Biasanya candi berupa batuan utuh yang terbuat dari bata merah atau batu gunung, namun candi ini tidak seperti demikian, melainkan pahatan di dinding tebing batu padas di tepi sungai. Nama Gunung Kawi itu sendiri konon berasal dari kata Gunung dan Kawi. Gunung berarti Gunung atau Pegunungan dan Kawi Berarti Pahatan. Jadi Candi Gunung Kawi berarti Candi yang dipahat di atas gunung.
Candi Gunung Kawi juga memiliki keunikan yang membuatnya menjadi salah satu bangunan suci sejak masa Bali Kuno. Candi-candi ini memiliki nilai spiritual yang tinggi, karena dianggap sebagai tempat bertemunya dunia manusia dengan dunia dewa. Candi-candi ini juga memiliki nilai historis yang tinggi, karena dianggap sebagai tempat mengenang jasa-jasa raja-raja dan keluarganya yang berkuasa pada masa Bali Kuno. Candi-candi ini juga memiliki nilai estetis yang tinggi, karena dianggap sebagai karya seni yang menggambarkan keindahan dan kekhasan Bali.
Candi Gunung Kawi diperkirakan dibangun pada awal abad ke-11 Masehi pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu dari Dinasti Udayana. Dinasti Udayana berkuasa di Bali pada abad ke-10 hingga ke-12 Masehi. Dinasti ini berasal dari raja pertamanya yang bernama Udayana Warmadewa, yang juga dikenal sebagai Marakata. Raja Udayana adalah raja yang berjasa dalam menyatukan Bali dan menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, seperti Sriwijaya dan Mataram. Kompleks candi ini merupakan wujud penghormatan kepada arwah Raja Anak Wungsu dan anggota keluarganya yang meninggal. Prasasti Tengkulak yang berangka tahun 945 Saka, menjelaskan terdapat sebuah kompleks pertapaan bernama Amarawati, yang diduga kuat oleh para arkeolog mengacu pada Kawasan Candi Gunung Kawi.
Raja Udayana adalah raja yang berjasa dalam menyatukan Bali dan menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram. Raja Udayana juga dikenal sebagai raja yang berbakti kepada agama Hindu dan mendirikan banyak candi di Bali. Candi Gunung Kawi merupakan salah satu candi yang didirikan oleh Raja Udayana sebagai tempat pemujaan atau persemayaman arwah dirinya dan keluarganya. Candi-candi ini juga merupakan bukti dari kemampuan dan kreativitas masyarakat Bali dalam mengolah batu menjadi karya seni yang indah dan megah. Candi-candi ini juga merupakan saksi dari perkembangan sejarah dan budaya Bali yang kaya dan beragam.
Candi Gunung Kawi merupakan contoh luar biasa dari seni relief Hindu kuno yang diukir langsung di dalam tebing batu. Terdiri dari sepuluh candi yang terbagi ke dalam tiga titik, satu titik di timur Sungai Pakerisan dan dua titik di barat Sungai Pakerisan. Pada bagian timur sungai, terdapat 5 rangkaian candi yang dianggap merupakan kompleks utama dari kawasan ini. Candi paling utara di rangkaian lima candi ini diperkirakan yang paling awal dibangun. Pada atas candi ini terdapat tulisan beraksara Kadiri Kwdrat yang bertuliskan “Haji Lumah Ing Jalu” yang memiliki makna “Sang raja dimakamkan di jalu (Sungai Tukad Pakerisan)”. Hal ini yang mengindikasikan candi inilah yang dibangun sebagai tempat pemujaan arwah Raja Udayana. Keempat candi lainnya di rangkaian ini diduga kuat dibangun untuk permaisuri dan anak-anak Raja Udayana.
Gugusan Candi di Timur Sungai Pakerisan (Sumber : Koleksi Pribadi)
Menurut Dr. R. Goris, seorang akreolog asal Belanda, empat candi yang berada di sisi barat Sungai Pakerisan, diperkirakan adalah kuil yang didedikasikan bagi keempat selir dari Raja Udayana. Sedangkan, satu candi lainnya yang posisinya lebih ke selatan diduga dibangun untuk salah seorang pejabat tinggi kerajaan setingkat perdana menteri atau penasihat raja.
Candi-candi disini memiliki ciri khas berupa kubus dengan atap berbentuk piramida yang disebut stupa. Stupa ini melambangkan gunung suci yang menjadi tempat tinggal dewa-dewa. Candi-candi ini juga memiliki pintu masuk yang berbentuk gapura dengan hiasan berupa kepala kala yang melambangkan penghancur kejahatan. Candi-candi ini diperkirakan berfungsi sebagai tempat pemujaan atau persemayaman arwah raja-raja dan keluarganya.
Salah satu ciri utama arsitektur Candi Gunung Kawi adalah candi-candi yang monolitik dan besar. Setiap candi memiliki ketinggian sekitar 7 meter dan lebar sekitar 2,5 meter, dengan pintu masuk yang berukuran besar dan kuil yang dalam. Yang paling mencolok adalah relief-relief yang memenuhi dinding candi-candi ini. Relief-relief tersebut menggambarkan berbagai tokoh mitologi Hindu, termasuk dewa-dewi, makhluk-makhluk fantastis seperti gajah, serta tokoh-tokoh manusia yang diyakini merupakan anggota keluarga kerajaan yang dihormati.
Candi-candi yang berbentuk arca memiliki ciri khas berupa patung manusia yang mengenakan pakaian adat Bali. Patung-patung ini diperkirakan menggambarkan raja-raja dan keluarganya yang berkuasa pada masa Bali Kuno. Patung-patung ini juga memiliki hiasan berupa mahkota, anting-anting, kalung, gelang, dan ikat pinggang yang melambangkan kemegahan dan kejayaan. Patung-patung ini ditempatkan di depan candi-candi yang berbentuk candi sebagai penghormatan dan perlindungan.
Candi-candi yang berbentuk relief memiliki ciri khas berupa gambar-gambar yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali pada masa lalu. Relief-relief ini menampilkan adegan-adegan seperti bertani, berburu, dan berdagang. Relief-relief ini juga menampilkan motif-motif hewan, tumbuhan, dan geometris yang melambangkan kekayaan alam dan budaya Bali. Relief-relief ini ditempatkan di samping candi-candi yang berbentuk candi sebagai hiasan dan cerita.
Perbandingan Ukuran Candi dengan Pengunjung (Sumber : Koleksi Pribadi)
Candi Gunung Kawi adalah situs suci bagi umat Hindu Bali. Setiap periode tertentu, pada perayaan hari raya piodalan, ribuan umat Hindu berkumpul di sini untuk beribadah, mengadakan prosesi, dan melakukan ritual keagamaan lainnya. Kedamaian dan keindahan alam sekitar, bersama dengan aura keagamaan yang kuat, menjadikannya tempat yang ideal untuk mencari kedamaian dan kesucian spiritual.
Kompleks candi ini mencakup kompleks candi Tirta Empul yang terkenal dengan kolam suci. Kolam ini digunakan untuk ritual penyucian, di mana umat Hindu Bali mandi dan membersihkan diri secara rohani. Air yang mengalir terus-menerus dari mata air suci di kolam ini diyakini memiliki kekuatan penyembuhan dan kesucian.
Candi Gunung Kawi tidak hanya menjadi tempat ibadah penting bagi umat Hindu Bali, tetapi juga destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan sejarah dan budaya Bali yang kaya. Pengunjung sering kali harus menuruni tangga yang curam untuk mencapai kompleks candi yang indah ini, yang memberikan pengalaman petualangan yang tak terlupakan di tengah alam tropis Bali yang menakjubkan.
Arsitektur Candi Gunung Kawi menciptakan atmosfer yang memukau dengan gabungan keindahan alam yang spektakuler dan seni yang mengesankan. Arsitektur ini adalah bukti kekayaan seni dan agama Hindu dalam budaya Bali, dan Candi Gunung Kawi tetap menjadi salah satu destinasi wisata yang paling menarik dan bersejarah di pulau ini, mengundang para pengunjung untuk merasakan keindahan dan sejarahnya yang mendalam.