Mengenal Aci Tabuh Rah Pengangon, Tradisi Klasik nan Unik di Desa Kapal

Bali memiliki beragam adat dan tradisi yang lestari di setiap daerahnya. Di desa Kapal, ada tradisi unik yang dilestarikan oleh masyarakatnya hingga kini. Tradisi tersebut bernama Aci Tabuh Rah Pengangon.

Sep 26, 2023 - 06:00
Sep 23, 2023 - 15:07
Mengenal Aci Tabuh Rah Pengangon, Tradisi Klasik nan Unik di Desa Kapal
Prosesi Aci Tabuh Rah Pengangon (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)

Aci Tabuh Rah Pengangon merupakan tradisi sakral yang sangat dilestarikan oleh masyarakatnya di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Tradisi ini merupakan wujud syukur dan permohonan untuk kemakmuran ke hadapan Sang Hyang Widhi dalam wujudnya sebagai Siwa.

Kemunculan tradisi ini erat kaitannya dengan datangnya Patih Kebo Iwa yang diutus langsung oleh Raja Bali Asta Sura Ratna Bumi Banten yang datang ke Desa Kapal unutk merestorasi Pura Puru Sada sekitar abada 13 Masehi. Ketika Kebo Iwa tiba di Desa Kapal, masyarakat di sana mengalami musim paceklik.

Mengetahui kondisi tersebut, Patih Kebo Iwa melakukan samadhi di Khayangan Puru Sada untuk memohon petunjuk dalam memecahkan masalah yang terjadi disana. Patih Kebo Iwa kemudian mendapatkan petunjuk agar masyarakat melakukan persembahan yang ditujukan kepada Sang Hyang Siwa Pasupati.

Persembahan yang dilakukan menggunakan sarana ketupat dan bantal sebagai perwujudan purusa dan predana (sumber kehidupan). Purusa (laki laki) disimbolkan dengan bantal, dan predana (perempuan) disimbolkan dengan ketupat.

Dalam pengertiannya, Aci Tabuh Rah Pengangon berarti, Aci berarti persembahan, Tabuh berarti mengumandankan, Rah berarti tenaga, Pengangon merupakan nama lain Sang Hyang Siwa. Jadi dapat disimpulkan Aci Tabuh Rah Pengangon merupakan sebuah persembahan yang dikumandangkan berupa tenaga yang dipersembahkan kepada Sang Hyang Siwa.

Aci Tabuh Rah Pengangon itu sendiri merupakan traidisi dimana terjadinya penyatuan purusa dan predana yang dilakukan ketika pelempar ketupat dan bantal ke udara sehingga terjadinya persatuan kedua unsur yang menymbolkan penciptaan kehidupan.

Tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon, dilaksanakan tiap tahunnya, tepatnya di Purnama sasih Kapat penanggalan Kalender Bali. Tradisi ini dilaksanakan di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kapal.

Prosesi akan diawali dengan persembahyangan bersama di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kapal yang berikutnya masyarakat akan berkumpul di area jaba pura untuk bersiap melaksanakan tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon.

Bagian pertama prosesi dilakukan oleh sekelompok kecil orang yang dilakukan di depan areal bale panjang Pura Desa dengan kelompok yang dibagi dua, kelompok perempuan dan kelompok laki-laki. Prosesi ini dilakukan kurang lebih 15-30 menit sampai ketupat dan bantal yang ada di kedua belah pihak sudah habis dilempar.

Prosesi kedua merupakan prosesi yang dilakukan di area luar pura, yaitu di Jalan Raya Kapal tepat di depan Pura Desa Lan Puseh. Prosesi ini melibatkan seluruh masyarakat yang ada di desa Kapal. Masyarakat bebas berada di kelompok mana, baik di bagian utara maupun selatan. Masyarakat akan saling melempar ketupat dan bantal ke kelompok yang bersebereangan hingga ketupat dan bantal yang ada semua habis terlempar dan hancur.

Pelaksanaan Aci Tabuh Rah Pengangon (Sumber Foto: Koleksi Redaksi)

Setelah prosesi selesai, akan ada dari pihak pemadam kebakaran dan dinas kebersihan yang akan membatu membersihkan sisa sisa dari prosesi Aci Tabuh Rah Pengangon dibantu oleh masyarakat.

Menurut kepercayaan masyarakat, tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon wajib hukumnya untuk diselenggarakan tiap tahunnya. Pada masa perang kemerdekaan sekitar tahun 1944, tradisi ini sempat tidak diselenggarakan. Akibatnya, masyarakat mengalami banyak musibah dan penyakit.

Oleh karena itu, walaupun terjadi pandemi Covid-19, masyarakat tidak berani untuk tidak menyelenggarakan tradisi ini. Tradisi tetap dilaksanakan dengan skala yang kecil dan tertutup pada masa pandemi Covid-19.

Tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon saat ini sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda dan berkedudukan di Desa Adat Kapal. Tradisi ini akan terus ada dan tetap lestari di masyarakatl, khususnya di Desa Kapal sebagai wujud persembahan dan rasa syukur masyarakat ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi dengan anugrah yang telah diberikan.