Pohon Dadap, Dikenal Sebagai Kayu Sakti Karena Sejuta Manfaatnya

Pohon dadap dikenal sebagai kayu sakti karena memiliki banyak manfaat, dimulai dari penggunaannya sebagai Usadha hingga dijadikan sebagai sarana pelengkap upacara masyarakat Hindu di Bali. Tumbuhan dadap disebutkan dalam lontar Usadha Taru Pramana, Usadha Kuranta Bolong, dan Usadha Tiwang. Berikut ulasannya.

Oct 10, 2023 - 10:10
Sep 23, 2023 - 10:03
Pohon Dadap, Dikenal Sebagai Kayu Sakti Karena Sejuta Manfaatnya
Daun dadap, batang pohon dadap, dan obat dari daun dadap yang dihaluskan dengan bahan lain (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Pohon Dadap, Dikenal Sebagai Kayu Sakti Karena Sejuta Manfaatnya

Pohon dadap dikenal sebagai kayu sakti karena memiliki banyak manfaat, dimulai dari penggunaannya sebagai Usadha hingga dijadikan sebagai sarana pelengkap upacara masyarakat Hindu di Bali. Usadha merupakan manuskrip yang memuat pengetahuan mengenai obat-obatan, tata cara meracik obat, terapi, dan ilmu pengobatan tradisional Bali. Usadha Bali diyakini menerapkan pengetahuan dari Kitab Ayur Weda yang kemudian dicocokkan serta disesuaikan dengan lingkungan dan budaya masyarakat Bali. Terdapat beberapa macam Usadha Bali, seperti Usadha Taru Pramana, Usadha Kuranta Bolong, Usadha Tiwang, Usadha Kucacar, Usadha Paneseh, Usadha Dalem, Usadha Buduh, dan Usadha Ila. Usadha-usadha tersebut memiliki fokus, tata cara pengobatan, dan kekhasannya masing-masing.

 

Usadha Taru Pramana merupakan ilmu pengobatan yang menggunakan metode herbal yang memuat catatan berbagai jenis tanaman obat herbal beserta fungsinya dalam pengobatan. Dalam lontar Usadha Taru Pramana banyak disebutkan macam-macam tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti pohon dadap, jambu biji, tumbuhan pule, belimbing, jempiring, tumbuhan sirih, tumbuhan pepaya, tumbuhan kelor, kedelai, daun intaran dan masih banyak lagi. 

 

Daun dadap (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

 

Dalam lontar Usadha Taru Pramana disebutkan bahwa tumbuhan dadap memiliki seluruh kandungan zat tanaman sejuk dan berguna untuk mengobati perut kembung karena masuk angin. Berdasarkan Usadha Taru Pramana, tata cara pembuatan obatnya dengan mencampur bagian kulit pohon dicampur dengan ketumbar sebanyak 11 biji dan garam arang, lalu campuran tersebut dilumat, diperas, disaring, dan diminum. Pohon dadap juga dikenal sebagai “kayu sakti” karena pohon dadap memiliki fungsi yang sangat banyak bagi kehidupan masyarakat khususnya umat Hindu di Bali. Selain itu, pohon dadap juga disebut sebagai “kayu kehidupan” karena dapat mencegah keguguran bagi wanita hamil. 

 

Tumbuhan dadap (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

 

Selain untuk mengobati perut kembung, di dalam Usadha Taru Pramana juga disebutkan bahwa daun dadap juga dapat menyembuhkan penyakit yang bersifat panes atau panas karena dadap memiliki khasiat tis atau dingin. Penggunaan daun dadap untuk obat pereda panas atau demam sudah dilakukan oleh masyarakat Bali sejak dahulu. Pembuatan obatnya dapat dilakukan dengan menumbuk daun dadap dan dijadikan boreh, lalu ditempelkan pada dahi seseorang yang sedang sakit. Dikarenakan juga kandungan dari daun dadap yang berisi flavonoid, maka daun dadap juga dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik. Flavonoid merupakan senyawa aktif pada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai antimikroba dan antivirus, oleh karena itu pada manusia dapat digunakan sebagai penyembuhan beberapa penyakit seperti demam, batuk, pilek, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Tak hanya daun, batangnya pun dapat dimanfaatkan juga menjadi obat pengencer dahak dan sebagai peluruh kenicng. Bersama dengan daun, bunga dari tumbuhan dadap juga dapat dimanfaatkan untuk melancarkan haid bagi wanita.

 

Selain dalam lontar Usadha Taru Pramana, di dalam lontar Usadha Karunta Bolong juga menyebutkan bahwa pohon dadap dapat dimanfaatkan sebagai obat atau tamba. Kata Kuranta memiliki arti penggunaan tanaman atau tumbuhan yang memiliki sifat-sifat obat sebagai metode penyembuhan penyakit. Sedangkan kata Bolong memiliki arti kosong, terlewati, tidak terhambat, dan lubang yang dapat dilewati. Jadi Usadha Kuranta Bolong memiliki arti sekumpulan ilmu pengetahuan mengenai sistem obat-obatan dan penyembuhan tradisional Bali terhadap penyakit anak-anak balita dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat-sifat obat. Lontar Usadha Kuranta Bolong adalah salah satu dokumen berharga dalam tradisi Bali yang mendokumentasikan penggunaan tumbuhan dadap sebagai salah satu bahan obat tradisional. Pohon dadap, menurut lontar Usadha Kuranta Bolong, memiliki kualitas obat yang efektif untuk mengatasi berbagai penyakit, termasuk penyakit panas pada balita. Penggunaannya melibatkan pencampuran daun dadap dengan bahan-bahan lain yang telah teruji dan terbukti dalam pengobatan tradisional Bali. Dalam praktiknya, pengetahuan dari lontar ini menjadi penting untuk merawat kesehatan anak-anak balita dengan cara yang alami dan tradisional, menggabungkan kebijaksanaan lokal dan pengalaman turun-temurun dalam pengobatan.

 

Adapun yang disebutkan dalam lontar Usadha Kuranta Bolong:

Tamba rare saban tur gerah muwang sarun sarana : don wuku wuku 3 muncuk, pupuk kene rare ike make wedaknie sarana don dapdap kuning, cekuh.

 

Manuskrip di atas jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti:

Memakai obat daun uku uku 3 pucuk, setelah ditumbuk di tempelkan ke ubun ubunnya, lagi bedaknya yaitu dengan menggunakan daun dapdap yang kuning dan kencur, ditumbuk, dan dibedakkan

 

Obat pereda panas dari daun dadap yang dihaluskan dengan kencur dan kemangi (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)

 

Selain di dalam lontar Usadha Taru Pramana dan lontar Usadha Kuranta Bolong, pohon dadap juga disebutkan sebagai obat di dalam lontar Usadha Tiwang. Tiwang adalah suatu kondisi penyakit yang ditandai dengan sejumlah gejala yang mencakup perasaan tubuh yang terasa lemah dan nyeri, kegelisahan, mata yang terasa perih, serta otot yang menjadi kaku hingga pada kasus yang parah dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran atau pingsan. Jenis tiwang dapat dibagi menjadi beberapa macam, yakni Tiwang Utara, Tiwang Tojos, Tiwang Kretas, Tiwang Bojog, Tiwang Gurita, Tiwang Bangke, dan Tiwang Udang. Dalam lontar Usadha Tiwang, juga mendokumentasikan penyakit lain seperti batuk dan mokan, yang merupakan kondisi dengan gejala berupa pembengkakan dan rasa nyeri. Adapun beberapa jenis penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan tumbuhan dadap  dalam lontar Usadha Tiwang sebagai berikut.

  •      Tiwang kretas dengan gejala adanya pembengkakan dekat pusar dan dahak lengket. Pembuatan obatnya dengan mencampurkan daun dadap, rimpang kunyit, dan tebu kemudia diminum.
  • Tiwang bojog dengan gejala alis dan mulut bergerak seperti gerakan kera. Pembuatan obatnya dengan mencampurkan daun dadap, isen kapur, dan katumbah kemudian digunakan di ulu hati dan di perut.
  • Digunakan untuk meredakan batuk dengan mencampur daun dadap, daun tingkih, dan bawang kemudian dihaluskan dan digunakan sebagai bedak.
  • Tuju Upas dengan gejala badan terasa lemas. Pembuatan obatnya dengan mencampurkan daun dadap wong, sari kuning, dan adas kemudian dihaluskan dan diusapkan. 

 

Sesuai dengan sebutannya “kayu sakti” karena banyak manfaatnya, tak hanya dijadikan sebagai obat, pohon dadap juga dapat digunakan dalam sarana upacara agama oleh masyarakat Hindu di Bali. Pohon dadap serep (Erythrina sumburbans) kerap ditanam oleh masyarakat Bali di pekarangan rumahnya dan ikut mewarnai ritual keagamaan di Bali. Daunnya dapat dimanfaatkan sebagai hiasan, untuk melengkapi suatu persiapan dari suatu persembahan atau banten. Beberapa lembar daun dadap dihaluskan kemudian dicampur dengan beras yang telah direndam, maka jadilah yang disebut dengan “tepung tawar”. Tepung tawar ini nantinya akan digunakan sebagai pelengkap dari Banten Penyeneng. Makna di balik penggunaan tepung tawar adalah untuk melakukan ritual pembersihan diri secara simbolis dan mencapai pembebasan dari segala kekotoran dan dosa yang telah terjadi. Dalam upacara Pawiwahan, pohon dadap digunakan dalam upacara Pepegatan. Batang dari pohon dadap yang memiliki dua cabang, masing-masing cabang tersebut diikat menggunakan benang, diisi dengan pis bolong sejumlah sebelas, berisi kwangen, kemudian dibentangkan. Pengantin akan melangkahi dan menginjak benang tadi hingga putus. Pepegatan memiliki makna transisi dari masa brahmacari atau masa mencari ilmu pengetahuan menuju masa Grahasta atau kehidupan berumah tangga.

 

Demikian merupakan manfaat dari tumbuhan dadap, dimulai dari penggunaannya sebagai obat sehingga sebagai sarana upacara agama Hindu di Bali. Tak heran karena manfaatnya yang begitu banyak hingga pohon dadap ini disebut sebagai kayu sakti.