Pura Dalem Solo: Situs Cagar Budaya Desa Sedang

Pura Dalem Solo, sebuah tempat suci yang telah menjadi situs cagar budaya di desa adat sedang, merupakan salah satu contoh luar biasa dari kekayaan budaya Indonesia. Dengan bangunan arsitektur kuno yang megah dan sejarahnya yang kaya, Pura Dalem Solo tidak hanya menjadi tempat ibadah umat hindu, tetapi juga mengandung segudang sejarah dan warisan yang mendalam bagi masyarakat setempat dan merupakan sebuah kekayaan budaya Bali yang otentik.

Oct 7, 2023 - 06:35
Sep 23, 2023 - 11:31
Pura Dalem Solo: Situs Cagar Budaya Desa Sedang
Pura Dalem Solo (koleksi redaksi)

Pura sebagai bangunan suci telah mengakar dalam kehidupan masyarakat sejak zaman dahulu. Mereka bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga tempat spiritual, sosial, dan seni yang memengaruhi kehidupan sehari-hari orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak pura-pura ini telah menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah, mereka telah menjadi situs cagar budaya yang tak ternilai harganya. Tak terkecuali Pura dalem solo.

 Tampak depan dari pura dalem solo (sumber: koleksi redaksi)

Pura Dalem Solo merupakan pura yang terletak di Desa Sedang, Abiansemal, Badung yang berjarak sekitar 11 km dari Denpasar. Pura ini umumnya digunakan sebagai tempat ibadah masyarakat desa Sedang. Namun, seiring dengan berjalan waktu, Pura Dalem Solo ini telah menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah umat Hindu. Tetapi sudah menjadi situs benda cagar budaya di bawah pembinaan Balai Pelestarian Purbakala Bali. Meski hingga kini sejarah pasti keberadaan pura ini masih digali, namun keberadaanya sempat disinggung dalam Lontar Tattwa Catur Bhumi.

Di dalam lontar tersebut disebutkan salah satu keturunan dari Kerajaan Majapahit bergelar Ida Ratu Sakti bertolak untuk menuju ke pulau Bali. karena sesuai petunjuk yang beliau dapatkan, ketika menjalankan yoga, banyak tempat suci di Bali yang representatif digunakan sebagai tempat menjalankan samdhi. Singkat cerita, Ida Ratu Sakti sampai di Bali diiringi para pasukannya dan sebagai tempat tinggal Ida Ratu Sakti, dibangunkan sebuah puri yang dinamakan ‘Puri Dalem Sala’. Puri Dalem sala di duga kuat sebagai nama terdahulu dari pura dalem solo itu sendiri. Namun, seiring perkembangan waktu, istilah penyebutannya mengalami perubahan menjadi Pura Dalem Solo. Ini juga berkaitan dengan keturunan Dalem Solo yang diminta memerintah Bali saat itu.

Bentuk dari bangunan Prasada (Sumber: Koleksi Redaksi)

Karena pendirian awal dari pura ini berada pada zaman majapahit, maka terdapat beberapa arsitektur dan juga bangunan pada pura dalem solo ini yang terbilang kuno. Satu diantaranya adalah bangunan Prasada, yaitu sebuah bangunan yang secara arsitektural dikenal dengan bangunan konstruksi susunan batu, ini juga merupakan bangunan utama yang sering di jumpai di bangunan-bangunan candi di Pulau Jawa. Pada Pura Dalem Solo, konstruksi Prasada dikerjakan dengan menggunakan bahan batu bata. Prasada, sebagai bangunan sakral dalam agama Hindu, dianggap sebagai tempat yang suci untuk menghormati arwah leluhur atau penguasa yang telah meninggal dan telah menjalani serangkaian upacara penyucian roh.

Bentuk dari bangunan Meru (Sumber: Koleksi Redaksi)

Kemudian terdapat meru atap tumpeng yang menambah koleksi banguan kuno di areal pura dalem solo. Bangunan meru ini memiliki konstruksi atap tumpang lima, yang atapnya terbuat dari ijuk, dimana atap meru ditopang oleh struktur konstruksi kayu dengan empat tiang penyangga. Kemudian terdapat arca pancuran dengan sikap duduk bersila serta beberapa arca Gegambuhan yang diperkirakan berasal dari periode abad ke-18masehi. 

Keberadaan pura dalem solo itu sendiri terkenal dengan tradisi tarian Sang Hyang Jarannya setiap sasih kelima, ini diduga kuat sebagai salah satu stana Ida Ratu Sakti. Tarian sang hyang jaran ini biasanya bukan bukan untuk tontonan masal. Tarian sang hyang jaran ini  adalah suatu tarian sakral yang berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk mengusir wabah penyakit yang sedang melanda suatu desa atau daerah. Dalam pementasannya, biasanya para penari nya akan mengalami kerasukan pada saat pementasan. Dalam keadaan seperti inilah mereka menari-nari, terkadang mereka menari di atas bara api dan selanjutnya berkeliling desa untuk mengusir wabah penyakit. Biasanya pertunjukan ini dilakukan pada malam hari sampai tengah malam.