Pura Griya Tanah Kilap: Bentuk Akulturasi Budaya Cina dan Bali
Menggabungkan estetika budaya Cina yang megah dengan keindahan tradisional Bali, pura ini adalah perwujudan unik dari perpaduan budaya yang memukau. Temukan rahasia dan pesona di balik pilar merah Pura Griya Tanah Kilap yang memikat.
Pulau Bali memang dikenal dengan budayanya yang unik dan menarik. Salah satu daya tarik utama bagi turis lokal maupun internasional adalah keberadaan ribuan pura yang tersebar di seluruh pulau ini. Pura memiliki sejarah dan desain arsitektur yang memukau, selalu berhasil memikat perhatian para pengunjung.
Salah satu nya ada Pura Griya Tanah Kilap yang terletak pada daerah Pemogan tepat nya di Jalan Griya Anyar no. 104, Banjar Gelogor Carik, Denpasar Selatan, Bali. Terletak di tengah kota membuat Pura ini mudah diakses oleh turis maupun warga lokal untuk berkunjung dan bersembahyang.
Pura Tanah Kilap terbagi ke beberapa tempat di daerah sekitar nya yaitu, Pura Griya Tanah Kilap, Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap, dan Griya Kongco Tanah Kilap. Menurut ulasan dari para pengunjung di website tripadvisor.co.id mengatakan bahwa keberadaan Kongco di pura ini yang mencuri perhatian mereka disana, karena warna merah dari lampion yang di gantung di sekitar nya menjadi pembeda desain dengan pelinggih lain.
Saat berkunjung Anda akan disuguhkan oleh pelinggih utama dari Pura Griya Tanah Kilap yaitu pelinggih Ida Ratu Bhatara Niang Sakti, lalu ke barat ada pelinggih Ratu Bhatari Mas Melanting, Ratu ida Bhatara Segara, Ratu Sang Hyang Siwa Baruna, dan pelinggih Taru Agung Ratu Mas Manik. Diarah Selatan terdapat pelinggih Ida Ratu Gede Dalem, persis di sebelah nya ada pelinggih Kongco yang di bangun pada tahun 2011.
Dibalik visual nya yang unik dan artistik, Pura Griya Tanah Kilap ini menyimpan sejarah cerita masa lalu yang tak kalah menarik. Dari muncul nya sosok nenek, hingga susah nya proyek berjalan di daerah tersebut. Bagaimana bisa ada kongco di pura ini dan kenapa dinamakan Pura Tanah Kilap, akan dijelaskan oleh narasumber yang dekat dengan pendiri Pura Griya Tanah Kilap ini.
Pura Griya Tanah Kilap (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)
Ketika menunggu penumpang di pasar Kuta, almarhum tak terduga bertemu dengan nenek tua yang sadar akan sakit lehernya. Nenek itu menawarkan penyembuhan dan mengajaknya ke kediamannya. Almarhum merasa heran, namun dengan rasa pensaran yang kuat, ia memutuskan untuk mengikuti nenek itu hingga ke daerah Pemogan. Mereka berjalan hingga sampai di perbatasan jembatan yang putus. Di ujung jembatan terdapat Pohon Kayu Santen yang ditunjuk oleh nenek. Sembari almarhum melihat pohon itu, ternyata sosok nenek tersebut sudah hilang. Almarhum terus kepikiran hingga bertemu lagi di mimpi, mereka membuat perjanjian jika almarhum diberi kesembuhan maka akan bersedia membantu mengurus Griya Ratu Niang.
Akulturasi budaya ini diawali secara tidak sengaja ketika menemukan prasasti batu Dinasti Qing saat menjalani proses 'ngatur ayah', lalu terus berkembang hingga saat ini di kongco banyak umat hindu dan konghucu bersembahyang disana terutama saat bulan purnama.