Pura Griya Tanah Kilap: Bentuk Akulturasi Budaya Cina dan Bali

Menggabungkan estetika budaya Cina yang megah dengan keindahan tradisional Bali, pura ini adalah perwujudan unik dari perpaduan budaya yang memukau. Temukan rahasia dan pesona di balik pilar merah Pura Griya Tanah Kilap yang memikat.

Sep 8, 2023 - 17:48
Sep 8, 2023 - 19:40
Pura Griya Tanah Kilap: Bentuk Akulturasi Budaya Cina dan Bali
Pura Griya Tanah Kilap, Kongco (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Pulau Bali memang dikenal dengan budayanya yang unik dan menarik. Salah satu daya tarik utama bagi turis lokal maupun internasional adalah keberadaan ribuan pura yang tersebar di seluruh pulau ini. Pura memiliki sejarah dan desain arsitektur yang memukau, selalu berhasil memikat perhatian para pengunjung.

 

Salah satu nya ada Pura Griya Tanah Kilap yang terletak pada daerah Pemogan tepat nya di Jalan Griya Anyar no. 104, Banjar Gelogor Carik, Denpasar Selatan, Bali. Terletak di tengah kota membuat Pura ini mudah diakses oleh turis maupun warga lokal untuk berkunjung dan bersembahyang.

 

Pura Tanah Kilap terbagi ke beberapa tempat di daerah sekitar nya yaitu, Pura Griya Tanah Kilap, Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap, dan Griya Kongco Tanah Kilap. Menurut ulasan dari para pengunjung di website tripadvisor.co.id mengatakan bahwa keberadaan Kongco di pura ini yang mencuri perhatian mereka disana, karena warna merah dari lampion yang di gantung di sekitar nya menjadi pembeda desain dengan pelinggih lain.

  

Saat berkunjung Anda akan disuguhkan oleh pelinggih utama dari Pura Griya Tanah Kilap yaitu pelinggih Ida Ratu Bhatara Niang Sakti, lalu ke barat ada pelinggih Ratu Bhatari Mas Melanting, Ratu ida Bhatara Segara, Ratu Sang Hyang Siwa Baruna, dan pelinggih Taru Agung Ratu Mas Manik. Diarah Selatan terdapat pelinggih Ida Ratu Gede Dalem, persis di sebelah nya ada pelinggih Kongco yang di bangun pada tahun 2011. 

  

Dibalik visual nya yang unik dan artistik, Pura Griya Tanah Kilap ini menyimpan sejarah cerita masa lalu yang tak kalah menarik. Dari muncul nya sosok nenek, hingga susah nya proyek berjalan di daerah tersebut. Bagaimana bisa ada kongco di pura ini dan kenapa dinamakan Pura Tanah Kilap, akan dijelaskan oleh narasumber yang dekat dengan pendiri Pura Griya Tanah Kilap ini.

 

 

Dibangun nya Pura Geriya Tanah Kilap ini menurut  video wawancara di channel youtube "Bali Bercerita" dengan kesaksian yang diberikan oleh Anak Agung Aji Alit Mangku, beliau merupakan pangelingsir dan pangepon Pura Griya Tanah Kilap saat ini. Sekaligus anak dari almarhum Anak Agung Made Suardana selaku ayah kandung beliau, yang merupakan pelopor pembuatan Pura Geriya Tanah Kilap ini pada tahun 1962. 

 

Pura Griya Tanah Kilap (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Ketika menunggu penumpang di pasar Kuta, almarhum tak terduga bertemu dengan nenek tua yang sadar akan sakit lehernya. Nenek itu menawarkan penyembuhan dan mengajaknya ke kediamannya. Almarhum merasa heran, namun dengan rasa pensaran yang kuat, ia memutuskan untuk mengikuti nenek itu hingga ke daerah Pemogan. Mereka berjalan hingga sampai di perbatasan jembatan yang putus. Di ujung jembatan terdapat Pohon Kayu Santen yang ditunjuk oleh nenek. Sembari almarhum melihat pohon itu, ternyata sosok nenek tersebut sudah hilang. Almarhum terus kepikiran hingga bertemu lagi di mimpi, mereka membuat perjanjian jika almarhum diberi kesembuhan maka akan bersedia membantu mengurus Griya Ratu Niang.

Proses dalam mengurus atau 'ngatur ayah' Griya Ratu Niang, memiliki alur nya khusus di beberapa titik yang berbeda namun masih di sekitar daerah tersebut. Yang pertama ada di bawah Pohon Kayu Santen terdapat lubang semacam goa dibawah akar nya, Pohon Telagi yang terletak tak jauh dari sana, lalu Pohon Sambung Tulang di dekat pabrik. Tempat terakhir adalah sebuah pohon Punyan Kayu Sugih yang berada pada suatu kubangan ketika aliran air surut di sore hari. Disekitar nya ada kuburan dan sebuah batu berisi tulisan Dinasti Qing, Batu ini disembahyangi dengan cara budha mengikuti zaman siwabudha hingga saat ini menjadi Kongco. Lalu kembali ke Griya Ratu Niang di Pohon kayu Santen.

Seiring berjalan nya waktu, almarhum membangun secara bertahap mengembangkan Griya Tanah Kilap ini dan kebetulan pada saat itu juga pemerintah sedang melakukan proyek pembangunan jembatan yang putus, tapi selalu ada kendala. Kemudian almarhum menyarankan kepada pihak pemerintah untuk materuning pada Griya Ratu Niang agar proyek nya bisa berjalan dengan lancar. 

 

Pada tahun 1986 pemerintah memberi bantuan dana untuk membantu pembiayaan Griya Ratu Niang, sekaligus pengesahan Pura Griya Tanah Kilap oleh Parisadha Hindu Dharma dan Dinas Perairan Nusa Penida Bali. Sekaligus pembangunan jembatan bisa berjalan tanpa kendala.

Pura Griya Tanah Kilap kemudian di perluas dari 60m persegi hingga 17,8 Hektar pada saat ini. Nama Tanah Kilap diberikan bukan tanpa alasan, Dinamai Tanah Kilap karena tanah di sekitar pembangunan Griya Ratu Niang berwarna hitam dan mengkilap terkena cahaya matahari. Maka dari itu lah almarhum Anak Agung Made Suardana mempatenkan nama Tanah Kilap sebagai nama Pura kediaman Ida Bhatara Ratu Niang.

Akulturasi budaya ini diawali secara tidak sengaja ketika menemukan prasasti batu Dinasti Qing saat menjalani proses 'ngatur ayah', lalu terus berkembang hingga saat ini di kongco banyak umat hindu dan konghucu bersembahyang disana terutama saat bulan purnama.