Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga

Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari di Denpasar mencerminkan spiritualitas Hindu melalui konsep Catur Marga dan dihormati sebagai pusat Dewata Nawa Sanga. Pura ini menjaga esensi arsitektur tradisionalnya sambil menjadi saksi sejarah dan budaya. Dengan pelinggih yang melambangkan keseimbangan alam, pura ini menjadi simbol harmoni spiritual dan warisan budaya Bali.

Dec 21, 2024 - 21:06
Nov 15, 2024 - 21:46
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Sumber : Koleksi Pribadi
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari: Empat Jalan Ilmu dalam Lingkaran Dewata Nawa Sanga

Pulau Bali adalah pulau yang lekat dengan spiritualitas dan budaya Hindu yang dalam. Salah satu tempat suci yang menjadi simbol spiritualitas ini adalah Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari. Pura ini bukan sekadar tempat persembahyangan, tetapi juga pusat bagi empat jalan ilmu, atau Catur Marga, yang meliputi ilmu pengetahuan (Jnana Marga), perbuatan baik (Karma Marga), pengabdian (Bhakti Marga), dan pengendalian diri (Raja Marga). Konsep ini membantu umat Hindu dalam perjalanan hidup mereka untuk mencapai keseimbangan spiritual melalui sembilan pelindung arah yang dikenal sebagai Dewata Nawa Sanga.

Gerbang Utama Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari ( Sumber : Koleksi Pribadi )

Lokasi dan Sejarah Singkat

Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari terletak di Banjar Peguyangan Kaja, Desa Peguyangan, Kota Denpasar, Bali. Lokasinya mudah diakses oleh pengunjung, termasuk turis yang tertarik untuk mempelajari budaya spiritual Bali. Sebagai tempat ibadah Hindu, pura ini memiliki makna penting bagi masyarakat setempat dan menjadi tempat berlangsungnya berbagai ritual dan upacara.

Pura ini sudah ada sejak lama dan telah melalui beberapa kali renovasi besar, terutama pada tahun 1995 dan 2007. Renovasi tersebut dilakukan untuk memastikan struktur pura tetap kuat dan mampu bertahan sebagai situs budaya dan spiritual di Bali. Meski telah diperbarui, renovasi ini tetap mempertahankan bentuk asli pura dan tidak mengubah esensi arsitektur tradisionalnya, yang kaya akan makna dan simbolisme. Setiap elemen di dalam pura, dari pelinggih hingga taman dan kolam, diatur sedemikian rupa untuk menciptakan suasana yang sakral dan harmonis dengan alam sekitar​

 Suasana Pura yang Sakral dan Harmonis dengan Alam Sekitar​ ( Sumber : Koleksi Pribadi)

Empat Jalan Ilmu: Catur Marga
Konsep Catur Marga yang menjadi landasan di pura ini terdiri dari empat jalan utama menuju kebijaksanaan spiritual: Jnana Marga (Ilmu Pengetahuan): Jalan ini mengajarkan pentingnya wawasan dan kebijaksanaan untuk memahami alam semesta dan Sang Hyang Widhi. Karma Marga (Perbuatan Baik): Ajaran ini memprioritaskan perbuatan baik yang membawa keharmonisan bagi diri dan lingkungan. Bhakti Marga (Pengabdian): Jalan pengabdian melatih rasa syukur melalui persembahan dengan tulus. Raja Marga (Pengendalian Diri): Meditasi dan pengendalian diri dipraktekkan untuk mencapai ketenangan batin.

Konsep dan Struktur Palinggih Dewata Nawa Sanga
Pada pusat area pura terdapat pelinggih utama untuk Hyang Siwa, yang berfungsi sebagai poros dari keseluruhan kompleks pura. Di sekitar pelinggih ini terdapat sembilan pelinggih lain yang berperan sebagai pelindung arah. Setiap pelinggih mewakili Dewata Nawa Sanga, sembilan dewa penjaga arah yang dipercaya menjaga dan menyeimbangkan alam semesta dari segala penjuru.

Struktur Palinggih dan Penempatan Dewata Nawa Sanga
Konsep Dewata Nawa Sanga yang diterapkan di pura ini melibatkan sembilan dewa penjaga yang berada di sembilan arah mata angin. Pusat dari semua pelinggih adalah Palinggih Hyang Siwa, yang berfungsi sebagai titik utama tempat umat bermeditasi dan menghimpun energi spiritual. Bangunan ini memiliki struktur simetris dengan tujuh tangga di setiap sisi, menciptakan suasana sakral di pusat pura.

Palinggih Hyang Siwa ( Sumber Gambar : Koleksi Pribadi )

Mengelilingi Hyang Siwa, terdapat pelinggih lain yang dipersembahkan kepada para Dewata penjaga arah. Misalnya, di sisi timur terdapat Palinggih Hyang Iswara, yang diposisikan bersama tetamanan khusus dan tempat permohonan tirta yang disebut Tirta Sanjiwani.

Tetanaman Khusus  ( Sumber Gambar : Koleksi Pribadi )

 Di sebelah utara, terdapat Palinggih Hyang Wisnu dengan Tirta Kamandalu yang dipercayai sebagai simbol air kehidupan. Arah barat dihuni oleh Palinggih Hyang Mahadewa dengan Tirta Kundalini, sementara di selatan adalah Palinggih Hyang Brahma yang menguasai Tirta Pawitra. Setiap tetamanan ini dirancang untuk menjaga keseimbangan elemen alam di sekitar pura, dilengkapi dengan kolam teratai dan perantenan​.

Ritual dan Penggunaan Tirta
Ritual yang dilakukan di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari mencakup upacara pengaruman dan persembahan tirta, yang berfungsi untuk membersihkan diri dan menyeimbangkan energi rohani. Tirta ini diambil dari berbagai pelinggih yang masing-masing memiliki makna berbeda, mulai dari Tirta Kamandalu yang membawa kesejahteraan hingga Tirta Sanjiwani yang dipercayai mampu memberikan energi kehidupan. Dalam ritual ini, umat memohon berkah dan perlindungan dari para Dewata, serta menguatkan hubungan mereka dengan alam dan sang Pencipta.

Tirta Kamandalu ( Sumber Gambar : Koleksi Pribadi )

Simbol Harmoni Catur Marga dan Dewata Nawa Sanga
Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari adalah simbol harmoni dalam ajaran Catur Marga dan Dewata Nawa Sanga. Pura ini menjadi penanda penting dalam spiritualitas masyarakat Bali yang menghargai keseimbangan kosmis dan hubungan antara diri dengan alam. Setiap pelinggih dan elemen di pura ini mencerminkan kesadaran spiritual yang menyatu dalam budaya dan tradisi masyarakat Bali, menjadikan pura ini tak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga warisan budaya yang lestari.