Pura Pasek Gelgel Pegatepan: Pilar Pemujaan Leluhur dalam Tradisi Keluarga Pasek Gelgel
Terletak di Desa Pegatepan, Klungkung, Pura Dadia Pasek Gelgel Pegatepan adalah tempat suci yang menggabungkan keindahan arsitektur tradisional Bali dengan nilai-nilai spiritual yang mendalam. Didirikan sebagai penghormatan kepada leluhur keluarga Pasek, pura ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai saksi sejarah perkembangan budaya dan agama Hindu di pulau Dewata.
Pura Dadia Pasek Gelgel Pegatepan adalah salah satu pura keluarga (pura dadia) yang penting bagi masyarakat Bali, khususnya bagi keturunan dari keluarga besar Pasek yang berasal dari wilayah Gelgel, Klungkung. Pura ini memiliki kaitan sejarah yang erat dengan masa kejayaan kerajaan Gelgel, yang dahulu merupakan pusat kekuasaan di Bali sebelum era kerajaan Klungkung. Pasek sendiri merujuk pada salah satu kelompok keluarga (kasta) di Bali yang memiliki sejarah panjang dalam struktur sosial dan keagamaan Bali.
Sejarah Pura Dadia Pasek Gelgel Pegatepan
Pura Dadia Pasek Gelgel Pegatepan memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan masa kejayaan Kerajaan Gelgel di Bali dan peran penting keluarga Pasek dalam struktur sosial dan keagamaan Bali. Pendirian pura ini tak lepas dari sejarah panjang keluarga Pasek, yang keturunannya dipercaya berasal dari Mpu Gede Pasek, seorang tokoh yang datang ke Bali setelah runtuhnya Majapahit pada abad ke-14.
Plakat "Pura Dadya Agung Pasek Gelgel" (Sumber: Koleksi Pribadi)
Sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka yang berperan besar dalam perkembangan Bali, keturunan Pasek mendirikan Pura Dadia di Pegatepan, Klungkung, yang berdekatan dengan pusat kekuasaan Gelgel. Pura ini menjadi tempat pemujaan roh leluhur keluarga Pasek dan simbol penghormatan serta spiritualitas. Fungsi pura dadia ini adalah menjaga hubungan spiritual antara keturunan Pasek yang masih hidup dengan leluhur mereka.
Sisi Kanan Areal Utama Mandala Pura Dadya Agung Pasek Gelgel (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pura Dadia Pasek Gelgel Pegatepan juga mencerminkan pentingnya warisan leluhur dalam masyarakat Bali, terutama di kalangan keluarga Pasek. Pendirian pura ini pada masa kejayaan Gelgel menunjukkan kedalaman ikatan antara keluarga Pasek dan kerajaan, serta peran mereka dalam menjaga kebudayaan dan agama Hindu di Bali. Hingga kini, pura ini tetap menjadi tempat pemujaan yang penting bagi keturunan Pasek di seluruh Bali, yang datang untuk melaksanakan upacara keagamaan dan memperkuat ikatan spiritual mereka dengan leluhur.
Arsitektur dan Tata Ruang
Sebagai pura dadia, Pura Dadia Pasek Gelgel Pegatepan dibangun dengan mengikuti aturan arsitektur tradisional Bali yang dikenal sebagai "Asta Kosala Kosali". Struktur pura ini terdiri dari beberapa bangunan suci (palinggih) yang digunakan untuk memuja roh leluhur, dengan pelinggih utama yang mewakili roh leluhur Pasek. Bangunan pura biasanya dikelilingi oleh tembok pelindung yang disebut "penyengker", yang melambangkan batas antara dunia fisik dan dunia spiritual.
Areal Utama Mandala Pura Dadya Agung Pasek Gelgel (Sumber: Koleksi Pribadi)
Arsitektur pura ini dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan suasana yang sakral dan menenangkan bagi mereka yang bersembahyang. Pura ini juga dilengkapi dengan bale atau paviliun terbuka untuk melaksanakan berbagai upacara dan kegiatan keagamaan lainnya.
Upacara dan Perayaan
Setiap pura di Bali memiliki kalender upacara yang diikuti oleh umat Hindu. Pura Dadia Pasek Gelgel Pegatepan mengadakan berbagai upacara sepanjang tahun, termasuk Piodalan, yang merupakan perayaan ulang tahun pura yang dilakukan setiap enam bulan sekali (210 hari) berdasarkan kalender Bali. Pada saat piodalan, keturunan Pasek dari berbagai wilayah biasanya datang berbondong-bondong untuk bersembahyang bersama, memperkuat ikatan kekeluargaan dan spiritual.
Selain Piodalan, ada juga upacara Nyegara Gunung, yang merupakan upacara penting dalam tradisi Bali untuk menghormati leluhur dan memohon berkah. Upacara ini menghubungkan simbol gunung (representasi alam spiritual) dan laut (representasi dunia fisik), yang merupakan dua elemen utama dalam kosmologi Bali.