Pura Penataran Pande Tamblingan : Pusat Pembuatan Senjata Pada Zaman Bali Kuno
Pura Penataran Pande Tamblingan, yang terletak di Desa Munduk, Bali, adalah salah satu situs budaya bersejarah yang menonjol di pulau ini. Pura ini menjadi peringatan terhadap sekelompok pandai besi Bali kuno, yang disebut Pande, yang memiliki peran penting dalam pembuatan senjata dan perkakas perang. Terletak di tepi Danau Tamblingan yang indah, pura ini juga menggambarkan kekayaan budaya Bali dengan arsitektur khasnya, termasuk atap berlapis-lapis meru. Meskipun mengalami penghancuran pada masa lampau oleh tentara Majapahit, Pura Pande Tamblingan masih menjadi saksi bisu sejarah Bali dan menjadi tempat pemujaan yang tenang dan sejuk bagi para pande atau pandai besi yang berperan penting dalam masyarakat Bali.
Bali adalah pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya yang kaya. Salah satu aspek budaya Bali yang menarik adalah pura, yaitu tempat ibadah umat Hindu. Bali memiliki ribuan pura yang tersebar di berbagai daerah, mulai dari pura besar yang menjadi ikon wisata, hingga pura kecil yang menjadi tempat suci bagi masyarakat setempat. Salah satu pura yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan religi yang tinggi adalah Pura Penataran Pande Tamblingan.
Pande adalah sekelompok pandai besi yang memiliki keahlian dalam pembuatan senjata dan perkakas perang. Mereka mendapatkan perlakuan istimewa dari para raja Bali karena keahlian mereka sangat penting bagi pertahanan kerajaan. Prasasti-prasasti kuno menunjukkan bukti eksistensi Pande di berbagai wilayah Bali, termasuk Tamblingan, yang merupakan pusat pembuatan senjata.
Pura Penataran Pande Tamblingan (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Pura Pande Tamblingan adalah pura yang terletak di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Pura ini didirikan sebagai wujud srada bhakti atau rasa hormat dan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Hyang Pasupati, dewa pelindung para pande atau pandai besi. Pura ini terletak di tepi Danau Tamblingan, salah satu danau kembar yang indah di Bali, dan memiliki arsitektur khas Bali dengan atap berlapis-lapis yang disebut meru. Di halaman pura, terdapat beberapa peninggalan pra-sejarah dan patung yang menggambarkan tokoh-tokoh dalam mitologi Hindu.
Namun, wilayah Tamblingan mengalami penghancuran oleh tentara Majapahit di bawah pimpinan Arya Cengceng. Pande Tamblingan yang selamat terpaksa mengungsi dan menyembunyikan prasasti-prasasti serta perabot memande lainnya. Upaya pemulangan mereka oleh raja Bali juga gagal, dan akhirnya, komunitas Pande Tamblingan tidak pernah kembali ke wilayah Tamblingan. Keturunan mereka pun menyembunyikan identitas Pande-nya, dan banyak di antara mereka membaur dengan komunitas Pande yang datang ke Bali setelah jatuhnya Majapahit. Ini menjadi salah satu babak kelam dalam sejarah komunitas Pande Tamblingan yang dikenal dengan keahlian dalam senjata dan peralatan perang.
Berbicara tentang Pura Penataran Pande Tamblingan yang dahulu dikenal sebagai Pura Catur Lepus, tidak bisa lepas dari penemuan Situs Tamblingan yang berawal dari penemuan sebuah lempeng prasasti tembaga oleh Pan Niki (warga Desa Wanagiri) pada tahun 1997. Prasasti yang berangka tahun 1306 Isaka tersebut, yang selanjutnya disebut Prasasti Tamblingan berisi perintah penguasa wilayah pada waktu itu kepada Warga Pande Besi di Tamblingan yang telah lama meninggalkan desanya, agar segera kembali ke Tamblingan untuk bekerja sebagaimana biasanya seperti dahulu. Prasasti yang hingga saat ini masih tersimpan rapi di Pura Pamulungan Agung, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, dan terbuat dari lempengan tembaga dimana kedua sisinya berisi tatahan aksara dan bahasa Jawa Kuno.
Situs Kuno Perabot Memande (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Pura ini dibangun pada tahun 2007 dan penemuan perabot memande yang ada di pura ini diperkirakan sudah ada sejak dinasti kerajaan Bali kuno. Situs bengkel logam kuno (Perapen) di dekat pura menunjukkan bahwa di sana pernah ada kegiatan pembuatan senjata dan peralatan logam untuk keperluan kerajaan. Artefak logam yang ditemukan, seperti pisau, pedang, dan lainnya, menunjukkan keterampilan tinggi para pande dalam mengolah logam dikawasan Tamblingan ini.
Pura Penataran Pande Tamblingan adalah tempat pemujaan bagi para pande atau pandai besi yang berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya Bali. Arsitektur pura ini mencerminkan kekayaan budaya Bali dengan tiga bagian utama, yaitu Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Pura ini memiliki pemandangan alam yang indah dengan latar belakang Danau Tamblingan dan Gunung Lesung, serta menawarkan suasana yang tenang dan sejuk.
Perapen di Pura Penataran Pande Tamblingan (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Terdapat sebuah Perapen atau bengkel besi di pura ini, Perapen adalah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat melakukan aktivitas khususnya melakukan pekerjaan mengolah bahan logam yang menghasilkan barang bernilai seni seperti keris, pisau dan lainnya. Prapen juga dipandang sebagai tempat suci karena di dalamnya terdapat sebuah pelinggih yang diyakini sebagai tempat memuja Dewa Brahma, karena itulah disana terdapat patung dari dewa Brahma
Di belakang pura Penataran Pande Tamblingan ini juga terdapat pelinggih yang di keramatkan karena Ida Bhatara Linggir bersemayam disini, konon disinilah para leluhur pande tamblingan memohon taksu untuk senjata yang sudah mereka buat. Untuk mencapai pelinggih ini kita harus berjalan menyusuri anak tangga yang berada di belakang pura. Pada pelinggih ini terdapat dua patung harimau yang akan menyambut kita saat akan memasuki pelinggih ini, terdapat juga patung Ida Bhatara Linggir dan pohon besar yang memakai wastra merah.
Pelinggih Ida Bhatara Lingsir (Sumber Photo : Koleksi Pribadi)
Pura Pande Tamblingan menjadi saksi bisu perkembangan Bali dan pusat kegiatan keagamaan serta sosial masyarakat Pande. Meskipun tidak ada catatan pasti tentang siapa yang membangunnya, pura ini tetap menjadi bagian integral dari sejarah dan budaya Bali yang patut dijaga dan dijelajahi oleh para wisatawan yang ingin merasakan keindahan dan kekayaan pulau ini. Pura ini memiliki pemandangan alam yang indah dengan latar belakang Danau Tamblingan dan Gunung Lesung. Pura ini juga menawarkan suasana yang tenang dan sejuk dengan udara pegunungan yang segar. Pura ini cocok bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan dan kekayaan budaya Bali.
Pande Tamblingan terletak di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Untuk mencapai pura ini, pemedek harus menempuh perjalanan sekitar 70 kilometer dari Kota Denpasar, atau sekitar 2 jam berkendara. Pemedek juga harus melewati jalan setapak yang berkelok-kelok di antara pepohonan hutan, perkebunan dan danau Tamblingan. Pemedek akan disambut oleh pemandangan pura yang megah dan menawan, yang berdiri di atas tanah yang luas dan rata. Pemedek juga bisa menikmati keindahan Danau Tamblingan yang berada di depan pura.