Pura Taman Narmada Bali Raja: Tapak Tilas Kawitan Mahagotra Tirta Harum
Salah satu Pura Kawitan yang terkenal di Bangli adalah Pura Taman Narmada Bali Raja. Pura tersebut merupakan suatu peninggalan sejarah yang unik yaitu sebuah Pura yang dikelilingi oleh Taman dan merupakan peninggalan Kerajaan Tamanbali.
Manusia dalam kelemahannya selalu ingin mencari cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Salah satu cara yang dipercaya oleh umat beragama di dunia ini adalah dengan mendirikan sebuah tempat suci. Tempat suci atau sthana bagi umat Hindu disebut Pura. Ada 4 jenis pura yang dikenal masyarakat Bali, yaitu Pura Kahyangan Jagat, Pura Kahyangan Tiga, Pura Swagina, dan Pura Kawitan. Salah satu Pura Kawitan yang terkenal di Bangli adalah Pura Taman Narmada Bali Raja. Pura ini merupakan suatu peninggalan sejarah yang unik yaitu sebuah Pura yang dikelilingi oleh Taman dan merupakan peninggalan Kerajaan Tamanbali.
Pura Taman Narmada Bali Raja terletak di Desa Tamanbali, Kabupaten Bangli. Pura ini dapat ditempuh dari kota Denpasar yaitu melalui jalan utama Denpasar, Gianyar, dan Bangli yang berjarak kurang lebih sekitar 33 km atau satu jam perjalanan. Dari kota Bangli bisa ditempuh dengan cara mengambil jalan ke arah selatan dengan jarak tempuh kurang lebih 5 km. Sejarah berdirinya Pura Taman Narmada Bali Raja sangat erat kaitanya dengan Pura Tirta Harum yang berada di Desa Tegalwangi, Klungkung. Hal itu tertuang dalam Babad Satria Tamanbali.
Asal mula berdirinya pura ini, diceritakan bahwa Sanghyang Subali pergi dari petapaannya di Gunung Agung, Pedanda Sakti tersebut, merasa lelah dan kehausan karena menempuh perjalanan yang jauh. Kemudian Sang Pedanda pun turun ke sungai Melangit untuk mendapatkan air yang bisa diminumnya. Setelah menyusuri tepi sungai, beliau tidak menemukan sumber mata air. Beliau yang kala itu sambil membawa tongkat kemudian menancapkan tongkat saktinya di sebuah batu besar yang tepat berada di tebing sungai. Tak lama, muncul mata air yang berbau harum dari belahan batu. Bersamaan dengan keluarnya air, muncul pula seorang gadis cantik nan rupawan bernama I Dewa Ayu Njung Asti. Akhirnya gadis itu diminta untuk menjaga mata air suci tersebut dan tempat itu bernama Tirta Harum.
Aroma air yang harum tercium oleh Bhatara Wisnu, sehingga memutuskan untuk turun dan melakukan pemandian di mata air Tirta Harum. Saat itu, Bhatara Wisnu tak sengaja meninggalkan air maninya berupa buah. Singkatnya, Dewi Njung Asti, memakan buah tersebut sehingga menjadi hamil dan akhirnya diajak ke Wisnu Loka oleh Bhatara Wisnu. Suatu hari, Sanghyang Subali meminta permohonan kepada Bhatara Wisnu untuk mempunyai seorang anak. Sembari menunggu permohonannya terkabul, beliau bersama saudaranya selalu menjaga mata air suci dan membuat suatu taman menyerupai Majalangi dan diberi nama Taman Bali.
Pelinggih Pulo (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Akhirnya, permohonan Sanghyang Subali terkabul yakni kelahiran seorang putra anugrah Bhatara Wisnu, dari Dewi Njung Asti, dan diberi nama Sang Gangga Tirta. Singkat cerita, Sang Angga Tirta atau Sang Anom menikah dengan Dewi Ayu Mas, yang merupakan anak dari Sanghyang Sekar Angsana Dalem. Mereka pun tinggal di Taman Bali dan mendirikan kerajaan disana. Sebelum moksa, Bhatara Subali memberikan beberapa nasihat kepada Sang Anom, untuk mengingatkan keturunannya agar selalu mengemong tempat asalnya yakni Tirta Harum. Selain itu, Beliau juga memberikan nama keturunan Sang Anom yang dikenal sebagai Ksatria Taman Bali atau Mahagotra Tirta Harum. Tak lupa, Beliau juga menitipkan taman yang telah dibuatnya untuk tetap dirawat. Mengingat nasihat tersebut, Sang Anom dalam masa pemerintahannya mendirikan suatu tempat pemujaan yakni Pura Kawitan Maha Gotra Tirta Harum dan juga Pura Taman Narmada Bali Raja.
Konsep pembagian tata ruang Pura Taman Narmada Bali Raja terbagi menjadi dua yaitu Utama Mandala dan atau Madya Mandala. Madya mandala atau sering disebut jaba tengah adalah halaman tengah dari Pura Taman Narmada Bali Raja. Area ini dikelilingi oleh kolam dan taman yang cukup luas dan indah. Kolam tersebut terletak di sebelah selatan area pura, memanjang dari Timur sampai Barat Pura Taman Narmada Bali Raja. Pada Area Madya Mandala terdapat bangunan pelengkap, yakni Bale Pesantian, Bale Gong dan Bale Kulkul. Selain itu, terdapat pula beberapa pelinggih, diantaranya Pelinggih Lebuh (tempat pemujaan kepada Betara Sang Hyang Baruna sebagai penguasa laut), Pelinggih Apit Lawang (dua buah pelinggih kembar sebagai penjaga pintu masuk menuju ke area Utama Mandala), dan Pelinggih Ulun Danu (tempat pemujaan ke Pura Ulun Danu atau Ida Dewi Danu), serta Pelinggih Pulo yang terletak menyendiri di jaba tengah pura tepatnya ditengah-tengah kolam menghadap ke arah Selatan. Pelinggih Pulo merupakan stana dari Hyang Betara Subali (Kawitan Semeton Maha Gotra Tirta Harum) karena beliau seorang pendeta maka dibuatkan pelinggih menyendiri di luar pura atau tengah taman
Pelinggih Pengaruman (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Area Utama mandala atau Jeroan merupakan area paling suci (sakral) dari pura. Saat memasuki halaman jeroan Pura Taman Narmada Bali Raja, Anda akan disambut oleh candi bentar yang berfungsi sebagai penyucian atau penglukatan. Pada Area Jeroan terdapat beberapa bangunan pelinggih, diantaranya: Pelinggih Pengaruman merupakan pelinggih utama yang terletak di tengah-tengah utama mandala; Pelinggih Pengaruman berfungsi sebagai tempat witana (tempat pertemuan) para Dewa dan Dewi pada saat pujawali; Kemudian, terdapat Gedong Penyineban adalah tempat pemujaan kepada I Dewa Njung Asti (Pereratu Ratih Megelung); Selanjutnya, Pelinggih Meru Tumpang Telu merupakan tempat memuja Sang Hyang Aji Rembat (Betara Ratu Dukuh Sakti); Berikutnya, Pelinggih Taksu Agung Ida Betara. Pelinggih yang terletak di sebelah Utara ini adalah tempat pemujaan I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan; Kemudian terdapat Pelinggih Padmasana berfungsi untuk memuja Siwa Raditya; Selanjutnya terdapat Pelinggih Gedong yang merupakan pelinggih dari Ida Betara Sakti Wawu Rauh; Berikutnya, Pelinggih Pengerurah Agung terletak disebelah Timur yang merupakan tempat memohon keselamatan binatang; Bale Paselang merupakan Bangunan tempat berstananya Sang Hyang Semara Ratih yang umumnya digunakan sebagai tempat para sulinggih saat upacara tertentu; Terakhir, Pelinggih Pepanggungan merupakan tempat berstananya Rerencangan pura. Agar para Rerencangan pura tidak mengganggu jalannya upacara. Selain pelinggih, terdapat juga bangunan pelengkap pada area utama mandala yakni Bale Piasan dan Bale Pawedan Jero Mangku.
Piodalan di Pura Taman Narmada Bali Raja dilaksanakan pada Saniscara Kliwon Landep. Pura ini memiliki keunikannya tersendiri, dimana lokasinya yang dikelilingi oleh taman dan danau yang sangat indah. Pura Taman Narmada Bali Raja juga menjadi bukti nyata dari perjalanan sejarah terbentuknya kerajaan di Kabupaten Bangli sekaligus cikal bakal Ksatria Taman Bali beserta Mahagotra Torta Harum. Maka dari itu, Pura harus tetap dijaga kelestariannya agar nanti kita dapat selalu berkunjung dan mengetahui salah satu pura bersejarah di Kabupaten Bangli, Desa Taman Bali.